Fajar yang Tidak Menyingsing

2.1K 110 2
                                    

WILL

Will terbangun dengan perasaan aneh. Dia juga merasa jauh lebih kuat pagi ini. Perasaannya bertambah aneh saat dia keluar dari pondok tujuh. Pondok Apollo. Pondok yang termasuk berisik karena nyayian mereka dan pondok yang memiliki rambut pirang.

Kembali ke cerita.

Hari masih gelap, padahal ia merasa sudah tidur lama sekali. Untuk memastikan, ia mengerling jam yang terlingkar di pergelangan tangannya. Pukul sembilan. Kaget, ia langsung berlari ke rumah besar dan menggedor pintu.

"Chiron! Buka pintunya!" teriaknya, Tak berapa lama, pintu terbuka dan muncul Chiron dalam wujud manusianya di kursi roda.

"Ada apa terburu-buru?" Chiron bertanya dengan suara tenangnya. "Ini masih malam, bukan? seharusnya kau di tempat tidur"

"Ini sudah pagi, Pak Chiron!"

"Bukankah ini musim dingin? Ayahmu selalu malas saat musim dingin"

"Tapi ini jam sembilan Chiron! Sembilan. Ayah tidak akan semalas itu! Artemis pasti mengingatkannya" bentaknya.

Chiron menatapnya sambil tercengang, lalu berkata. "Pergi dan bangunkan yang lain. Suruh mereka melakukan aktivitas biasa. Aku akan memikirkannya nanti"

"Tapi—" Will sudah akan membentak sebelum mendesah. "Baiklah"

"Kita akan adakan rapat konselor nanti" Kata Chiron, dan ia berbalik masuk ke dalam rumah besar.


Will berpacu menuju barisan pondok dan masuk ke pondok tujuh. Semua saudaranya masih terlelap. Ia menghampiri Eliza, wakilnya, dan mengguncangkan tubuhnya.

"Eliza! Bangun! Sudah pukul sembilan!" seru Will.

Eliza tersentak kaget. Dia duduk di tempat tidurnya. "Will! seharusnya kau sudah membangunkanku dari tadi!" bentak Eliza.

"Jangan salahkan aku! Coba lihat sendiri keluar!" bentak Will balik. Eliza menatap Will dengan shock, tidak biasa kakaknya itu membentaknya. Dia selalu tenang setiap saat. Eliza membuka jendela di sebelah tempat tidurnya, melihat hari masih gelap.

Eliza menatap saudaranya itu. "Apakah kau yakin jam milikmu tidak salah?"

"Tentu saja benar, lihat saja jam lain, pasti sama!" bentak Will entah untuk sekian kalinya.

Eliza angkat tangan, menyerah. "Oke ... oke, tenangkanlah dirimu. Aku hanya bercanda" kata Eliza menyengir jahil.

"Kau tahu, aku sedang tidak ingin bercanda!"

"Sorry ... sorry. Soalnya kau ini lagi 'out of character'. Aku akan bangunkan yang lain. Tenangkanlah dirimu dulu baru kau bangunkan para konselor pondok lain" Kata Eliza, beranjak menuju tempat tidurnya menuju kamar mandi.


Will bejalan menuju pondok enam. Athena. Pondok yang dipenuhi anak-anak pintar, berambut pirang dan bermata kelabu. Saat memasuki pondok itu, ia mendapati Annabeth tertidur di balik tumpukan kertas-kertas arsitektur.

Will jalan mendekati Annabeth, dia tahu Annabeth tidak suka jika seseorang berrteriak (kecuali saat perang tentunya). Jadi, dia mendekatkan mukanya di telinga Annabeth dan berbisik pelan, membangunkannya.

Kaget, Annabeth dengan refleks melempar buku yang sedang di genggamannya ke arah Will. Will sontak menghindar dari serangan buku yang dilempar Annabeth.

"Calm down, Annabeth. Ini aku, Will" kata Will mencoba membangunkan Annabeth yang setengah tidur.

"Ada apa membangunkanku malam-malam?" tanya Annabeth. Will memutar matanya malas, dan mulai menjelaskan.

The Missing Sun (Percy Jackson Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang