WILL
Stormfly berenang dengan kecepatan tinggi ke dalam gua. Gua itu sangat gelap. Sebagai putra Apollo yang notabene adalah dewa matahari, Will membenci gelap. Will memerintahkan Stormfly untuk membuka mulutnya, menjadi penerangan.
Di dalam gelapnya gua, Will melihat seseorang yang dirantai. Penampilannya babak belur. Sontak saja, Will melompat turun dari punggung Stormfly dan berlari menghampiri orang itu.
"Ayah!"
Sebelum Will mencapai ayahnya, sebuah dinding logam yang kokoh muncul begitu saja di hadapannya, membuatnya tersentak ke belakang.
"Kalau kau ingin menolongnya, kau harus melawanku" suara Phyton menggema di dalam gua tersebut. "Tapi sayangnya, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku"
"Phyton!" seru Will. "Show yourself!"
Sosok Phyton nampak di fokus, terselimuti gelapnya gua. Tubuhnya serupa ular raksasa, dengan kepala menyerupai kepala naga. Sisiknya mengkilap, dan Will yakin kalau itu sekeras baja. Taringnya tajam dan lidah runcingnya yang bercabang, mendesis-desis.
Stormfly menggeram. Lucy mengelus leher bagian bawahnya, menenangkan. "Tenang, Stormfly.. Kau harus harus fokus untuk melawan Phyton"
"Melawanku, huh?" Phyton mendesis lagi. "..I'm stronger than you, demigod"
Will mengeluarkan anak panahnya. Ia memasangnya di busur, dan membidikkannya tepat ke dada Phyton. Bidikan yang mustahil meleset, namun meleset lantaran Lucy membuyarkan konsentrasinya. Ia telah menggunakan empat dari sepuluh anak panah yang ia punya.
"Wait.." sela Lucy. "..Jelaskan padaku kenapa kau menculik Dewa Apollo?"
Phyton mencabut anak panah yang menancap di tanah hanya seinci darinya dan mendesis ke arah Will. "Kenapa kau tidak ceritakan saja?"
Lucy melirik ke arah Will. Putra Apollo tersebut menghela napas berat. "Kau sudah tahu mengenai sejarah Leto? Ibu dari ayahku dan Artemis"
"Tentu saja" kata Lucy. "Mengenai Leto yang.. Tidak punya tempat untuk melahirkan dan ia meminta saran ke Gua Delphi, yang di ambil alih Phyton"
Will mengangguk. "Saat Apollo mendengar hal tersebut, ia langsung membunuh Phyton tepat di antara kedua matanya"
"Tapi itu sudah berlalu!" bantah Phyton. "Kini keadaan akan berbalik"
"Kalau kau ingin membalaskan dendammu, kenapa kau tidak bunuh saja ia dari tadi?"
Will memberi tatapan 'apa kau benar-benar mengharapkan itu?'
Lucy memberi tatapan maaf pada putra Apollo itu.
"Aku tahu kalian akan ke sini, jadi.." Phyton menghentikan ucapannya. "..aku tidak sabar membunuhnya di depan matamu"
Will menggeram. Ia mengambil anak panahnya dan membidik, bidikan yang mustahil meleset. Namun, Phyton menghindar dengan cepat.
"Kau tidak akan bisa melawanku!" kata Phyton. Ia berenang dengan kecepatan tinggi dan menusuk Stormfly dengan ekornya. Seketika Stormfly membeku.
"Stormfly!" teriak Lucy. Ia menatap Phyton dengan tatapan tajam dan mengintimidasi ala Annabeth. Ia mengambil belatinya dan menerjang Phyton.
Phyton berkelit, dan menghantamkan batu besar di sampingnya ke arah Lucy. Batu itu besar. Cukup untuk meremukkan seluruh tulang Lucy jika mengenainya.
"Lucy! Awas!" Will memperingatkan.
Kaget, Lucy refleks berhenti dari larinya. Tepat saat itu, batu yang dilemparkan Phyton mengenai lengan kirinya. Lucy meringis kesakitan. Melihatnya, emosi Will memuncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Sun (Percy Jackson Fanfic)
Fanfiction"Bulan akan sendirian, Empat blasteran 'kan mulai pencarian, Sang putra laut akan memimpin, Musik dan akal kan patahkan rantai" Percy, Annabeth, Will dan Lucy akan memulai perjalanan baru. Mengarungi laut dengan seekor naga untuk melepaskan dewa yan...