Mencari Transportasi

1K 87 3
                                    

PERCY

Lagi-lagi Percy bermimpi di malam harinya. Ia memimpikan ayahnya, Poseidon. Ayahnya berbicara lewat mimpinya itu.

"Ayah?"Percy berkata.

"Percy, aku ingin memberikan saran tentang misimu" Poseidon berdiri dari singgasananya.

"Saran seperti apa?"

"Waktuku sempit. Temui aku di sini, aku akan memberitahumu" ucap Poseidon sementara citranya mulai kabur.

"Of course

Mimpi berubah. Kini Percy berada di tempat Apollo ditahan. Keto dan Phorcys sedang berdebat.

"Perlukah kita pindahkan dia? Tempat ini memuakkan. Lagi pula demigod itu pasti menyangka kalau kita sembunyikan dia di Laut Med--" ucapan Keto terputus karena Phorcys telah membekap mulutnya.

"Apa lagi, Phorcys?" Keto menatap Phorcys berang.

"Diamlah. Ada yang menonton lagi" Phorcys meraup sebilah pedang dari lantai dan menerjang ke arah Percy.

Percy terbangun sambil terengah-engah. Ia bisa bersumpah kalau pedang itu hanya berjarak sesenti dari lehernya. Percy bergegas bangun dan berganti pakaian, lalu ia berlari ke kabin 6. Hari masih saja gelap, sehingga sulit menentukan waktu.

"Annabeth! Buka pintu!" Percy menggedor pintu kabin Athena. Pintu mengayun membuka. Yang muncul justru Lucy, dengan tampang khas orang baru bangun tidur.

"Mana Annabeth?" tuntut Percy.

"Di dalam. Masuk saja" Lucy menguap sekilas dan meninggalkan Percy. Percy menerjang masuk dan mendapati seluruh anak Athena tengah tidur. Lucy sudah terlelap lagi di ranjangnya. Percy mendekati ranjang Annabeth yang tengah tidur.

"Wise girl, bangunlah" Percy menepuk pipi Annabeth pelan. Mata Annabeth mengerjap membukan, menampakkan iris mata abu-abu sewarna badai.

"Kenapa?" Annabeth duduk tegak. Rambut pirangnya kusut. Matanya masih setengah terpejam.

"Bicara di danau kano saja. Jangan di sini" kata Percy.

"Tunggu sebentar" Annabeth beranjak menuju kamar mandi. Percy mengetuk-ngetuk tepi ranjang dengan gugup. Matanya mengamati isi kabin, apapun selain para anak Athena yang masih terlelap.

Lima menit kemudian, Annabeth keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengenakan kaus jingga perkemahan blasteran dan celana jeans panjang. Rambutnya diikat ke belakang.

"Ayo" Percy menarik tangan Annabeth dan berjalan menuju danau kano. Sungguh ia tidak akan tahan kalau harus bertahan lebih lama lagi di sekeliling anak jenius yang tengah tidur.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Annabeth to the point.

"Aku mendapatkan visi lagi" Percy menjabarkan visinya pada Annabeth.

"Sudah?" tanya Annabeth begitu Percy selesai menjabarkan visinya.

"Yap. Apa yang harus kulakukan?" 

"Temui ayahmu. Apa lagi? Aku akan beritahu Chiron. Cepetlah" Annabeth mendorong Percy dan memeluknya. "Be careful"

Percy melepaskan diri perlahan dan berjalan menuju tepi pantai, lalu melompat. Ia memerintahkan air untuk membawanya ke bawah. Istana Poseidon mulai terlihat. Dan yang pertama kali menyadari kehadiran Percy adalah Tyson, adik tirinya. Tyson menerjang Percy dengan pelukannya.

"Tyson! Tidak--bisa--napas" Tyson akhirnya melepaskan Percy dari pelukannya.

"Kak, ada apa kemari? Kau mau berkunjung ke rumah baruku?" Tyson memandang Percy dengan satu mata besarnya, berharap.

The Missing Sun (Percy Jackson Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang