Inilah Jalurku!

40 4 0
                                    

*keesokanharinya
Setelah pemakaman Andika, Andrean dan Sesita langsung pulang kerumah. Kesedihan keduanya tidak bisa dibendung. Terutama Sesita yang terus menangis sejak semalam
"Sudahlah Sesita. Biarkan Andika tenang disana. Berhentilah menangis" ucap Andrean
"I...i..ini salahku Kak. Salahku!" jawab Sesita
"Salahmu bagaimana? Aku tidak mengerti" tanya Andrean
"Se...se...sebenarnya... A..Aku sudah tahu kalau Kak Andika akan pergi balapan melawan Joe. Di...Di..Dia tidak ingin Kau,Aku,dan Kak Ichsan jadi korban kekejaman Joe. Ta...ta....tapi Aku malah diam saja. Seharusnya Aku bilang padamu. Pasti Kita masih bisa menyelamatkannya. Ta..tapi, tapi..... semuanya terlambat" jawab Sesita. Air mata Sesita mengalir semakin deras setelah dia mengakui kesalahannya itu. Andrean hanya bisa diam, dan memeluk Adiknya itu hingga tenang.
"Sudah sudah. Lagipula semuanya sudah terjadi. Kita tidak mungkin mengembalikan Andika kembali. Sudah jangan menangis" ucap Andrean seraya membelai rambut Adiknya. Setelah satu jam Sesita akhirnya berhenti menangis. Dirinya pergi kekamarnya dan memilih tidur bersama Kakanya untuk melupakan masalah itu. Andrean hanya bisa memandangi Adiknya yang kelelahan itu, karena sejak semalam Adiknya tidak tidur sama sekali.
"Tidurlah Sesita. Maafkan Aku, Sesita. Maafkan Aku" ucap Andrean didalam hati.
Beberapa menit kemudian ada telepon masuk dari Ichsan diponsel Andrean.
"Halo Ndre, boleh Aku bicara?" tanya Ichsan
"Ya tentu saja" jawab Andrean
"Sebelumnya jika kau berada didekat Adikmu menjauhlah dulu. Aku ingin berbicara soal Andika. Aku takut Dia mendengarnya" Lanjut Ichsan
"Baiklah" Andrean lalu keluar dari kamarnya dan membiarkan Sesita tertidur
"Ya ada apa San?" tanya Andrean
"Begini, mobil Andika sudah Aku ambil dari kantor polisi. Sekarang mobil itu ada dibengkelku" jawab Ichsan "Sekarang semua keputusan ada ditanganmu. Kau mau memperbaiki mobil itu atau mengambil onderdil yang masih bisa dipakai dimobil itu? Terserah dirimu" lanjut Ichsan
"Boleh Aku kebengkelmu? Biar Aku bisa melihat mobil itu sekarang" tanya Andrean
"Boleh saja. Tapi bagaimana dengan Sesita?"
"Dia sudah tidur. Tunggu Aku disana" Andrean menutup teleponnya. Setelah mengambil jaket miliknya Dia berangkat ke bengkel Ichsan. Sesampainya disana, Dirinya sudah ditunggu Ichsan.
"Hai Ndre. Kau tidak apa-apa?" tanya Ichsan
"Tidak apa-apa" jawab Andrean "Dimana mobil Andika sekarang?" lanjut Andrean
"I..itu disana" Ichsan menunjuk mobil Andika yang diletakkan di selatan bengkel. Mobil Andika sendiri kondisinya hangus. Dan nyaris tidak mungkin untuk dikendarai kembali. Andrean yang awalnya biasa saja saat melihat mobil itu, tiba-tiba dia teringat kejadian masa lalunya. Kejadian saat dirinya nyaris menghantam truk dan nyaris tewas. Wajah Andrean pun memucat
"Andrean? Kau tidak apa-apa?" tanya Ichsan. Andrean hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Ichsan. Tiba-tiba Andrean mengambil beberapa pipa besi dan merusak rongsokan mobil itu secara membabi buta.
"DASAR MOBIL BODOH! MOBIL BODOH! KAU TELAH MERENGGUT NYAWA ADIKKU! SEKARANG RASAKAN INI!" Andrean terus merusak rongsokan mobil itu. Ichsan sendiri berusaha menahan Andrean.
"Andrean sadarlah! Jangan lakukan itu Andrean! Hentikan Andrean!" ucap Ichsan. Andrean tidak menggubris ucapan Ichsan dan terus merusak rongsokan itu. Hingga pada akhirnya
"ANDREAN! HENTIKAN!" Rani tiba-tiba datang. Andrean pun berhenti merusak rongsokan mobil itu dan teridam memandang Rani yang membawa sebuah buku.
"Kau lihat buku ini! Ini adalah buku catatan Andika" ucap Rani "Disini tertulis kalau dirinya ingin melihat mobil itu terus melaju. Jika memang tidak bisa diperbaiki, Dia hanya ingin melihat mobil itu dibuang dirongsokan tempat kau membuang mobil lamamu. Tapi kenapa kau malah merusak mobil itu secara membabi buta? KAU INGIN MELIHAT ADIKMU BERSEDIH DI ALAM SANA? JAWAB PERTANYAANKU ANDREAN!" Tegas Rani. Andrean tiba-tiba tersadar dan membuang pipa besi yang ada ditangannya itu
"A...apa yang Aku lakukan. Maafkan Aku Andika. Maaafkan Aku" Andrean berlutut lalu mengeluarkan air matanya didepan rongsokan mobil Andika yang baru saja dirusaknya.
"Tenangkan dirimu Andrean. Aku mengerti kau masih belum bisa menerima ini semua. Tetapi rencana Tuhan lain. Dia lebih sayang dengan Andika. Jadi lupakan saja" ucap Ichsan
"Terima kasih San. Terima......." tiba-tiba Andrean kehilangan kesadarannya. Ichsan dan Rani langsung mengangkat tubuh Andrean dan membawanya kerumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Andrean langsung diperiksa oleh dokter.
"Dokter, bagaimana keadaan Andrean?" tanya Ichsan
"Andrean mengalami depresi berat. Dia harus istirahat selama tiga minggu" jawab Dokter
"Apakah dia depresi karena ditinggal Adiknya Dok?" tanya Rani
"Ya bisa saja. Jika seseorang kehilangan anggota keluarganya dia bisa saja depresi berat seperti Andrean ini" jawab Dokter. "Oh ya apakah kalian sudah menguhubungi anggota keluarga Andrean?" tanya Dokter
"Sudah Dok. Sebentar lagi dia datang" jawab Ichsan
"Hhhmmmm ya sudah. Kalau begitu saya permisi" Dokter pun meninggalkan ruangan. Beberapa menit setelahnya Sesita datang
"Kak Ichsan,Kak Rani, kenapa Kak Andrean?" tanya Sesita
"Dia mengalami depresi berat. Dia harus istirahat tiga minggu" jawab Ichsan
"Astaga Kak Andrean. Ah ini semua salahku!" sesal Sesita
"Sudahlah jangan berkata seperti itu. Biarkan yang lalu berlalu Sesita. Jangan memikirkan perbuatanmu itu secara berlebihan" ucap Rani "Sekarang kita doakan saja Kakakmu ini agar cepat sembuh dan bisa kembali beraktifitas seperti biasanya" lanjut Rani
"Baik Kak, terima kasih Kak. Terima kasih" ucap Sesita

The 3600second DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang