Bagian 10 - Real

70 7 3
                                        

Tak ada yang perlu disesali, tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya.
Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah kemana, dan aku akan mengerti, memahami dan aku akan menerimanya.

Sebulan kemudian...

Lien Hua duduk di kediaman Ratu Mei Xiang, raut wajahnya sedih. Ratu Mei Xiang termenung menatap Lien Hua iba. Mereka berdua memikirkan kejadian di istana akhir-akhir ini.

"Belakangan ini kakak Lian dan Yue jarang bicara... Dan kakak Lian tampak murung, ini sungguh mengkhawatirkan."

ucap Lien Hua menghembuskan napas berat, "waktu itu memang ketahuan Ying menaruh perhatian pada Yue, tapi tak disangka  urusannya berkembang menjadi rumit."

Lien Hua memalingkan muka kearah lain.

"Beberapa kali aku memperingati Ying, tapi itu tidak mengubah apa-apa. Kasusnya jadi mandek dan akibatnya tak baik bagi kakak Lian, Yue dan Ying."

Lien Hua menerawang jauh dari tatapan matanya.

"Ya... Gunjingan bisa menjadi fitnah yang paling kejam, Lian dan Yue pasti akan menjadi sasaran empuk begitupun dengan Ying. Mungkin akan aku cari kesempatan untuk berbicara dengan yang mulia." kata Ratu Mei Xiang sambil berpikir tentang kekacauan di istana.

"Membicarakannya dengan yang mulia? Apakah Ratu punya ide?" Tanya Lien Hua tak memahami maksud Ratu Mei Xiang.

"Belum... Aku hanya teringat, akhir-akhir ini terjadi pemberontakan di perbatasan negri Shang, mereka menuntut kepulangan putra mahkota."

Ratu Mei Xiang menyentuh ujung dagu seakan berfikir keras.

"Pemberontakan belum berhasil diredam meskipun sudah beberapa kali dikirimkan pasukan kesana. Jika hal ini disiasati dengan cerdik mungkin kasus Ying bisa diselesaikan sekaligus, agar jangan sampai pemberontakan berkepanjangan."

Ratu Mei Xiang tersenyum simpul penuh misteri sambil menyentuh ujung rambutnya.

"Apa maksud Ratu, rumput dihabisi hingga ke akar-akarnya?" Batin Lien Hua dengan wajah pucat pasi.

Seusai bicara dengan Ratu Mei Xiang sepatah dua kata, Putri Lien Hua pamit undur diri.

Tanpa membuang waktu sedikitpun, Ratu Mei Xiang datang menemui Raja Xiao Qing.

"Paduka, hamba mohon maaf atas kelancangan ini. Hamba berfikir iba pada Ying, berilah ia kesempatan untuk memadamkan pemberontakan dan meraih anugerah gelar kehormatan." ucap Ratu Mei Xiang dengan merunduk hormat pada Raja Xiao Qing.

"Mengutus Ying ke perbatasan untuk memadamkan pemberontakan?" kata Raja Xiao Qing menatap lurus pada Ratunya.

"Dengan begitu yang mulia tak lagi direcoki pemberontakan, sekaligus dapat menguji apa dia memiliki niat membangkang. Pada saat betsamaan dapat dilangsungkan pernikahan Lian dan Yue." ucap Ratu Mei Xiang tersenyum simpul.

"Sekali dayung dua pulau terlampaui, Bukankah ini penyelesaian baik?"

Ratu Mei Xiang tersenyum manis pada Raja Xiao Qing.

"Hmm... Cara yang jitu, tapi Ratu tak boleh mencampuri urusan pemerintahan." kata Xiao Qing sambil tersenyum.

"Eh? Mencampuri urusan pemerintahan... Tak sampai sejauh itu. Aku hanya membanti meringankan masalaj yang dihadapi 'honey'."

Ratu Mei Xiang beranjak dari tempat dia terduduk, berjalan mendekati Raja Xiao Qing. Ia mengecup lembut dahi suaminya itu.

"Honey?" Kata Raja Xiao Qing sambil memegangi dahinya.

Deep Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang