Bagian 11- Faith

46 4 2
                                    

Wen Ling masih mengenggam tangan Yue, mereka berdua terus berlari menuju tempat pertikaian.

Sesekali Wen Ling menengok kearah Yue yang masih menangis sesengukan. Kejadian tadi sungguh sangat buruk andaikan ia terlambat sedetik saja.

Yue sibuk membenarkan pakaiannya sambil terus berlari mengikuti langkah Wen Ling.
"Terima kasih, Wen Ling." ucap Yue lirih masih menelan duka teramat dalam.

Wen Ling menangkap sorot mata sedih dari Yue.

"Ya. Tak usah sungkan... Sudah kewajibanku menolong kakak iparku." jawab Wen Ling dengan tersenyum.

Yue menganguk perlahan dan membalas senyuman Wen Ling.
"Lian, Ying... Kalian harus tenang, jangan sampai terjadi sesuatu." batin Yue dalam hatinya, sorot matanya meredup berharap cemas.

Tak lama kemudian, Wen Ling dan Huan Yue sampai pada tempat Lian dan Ying.
Wen Ling segera memeluk Lien Hua dan ikut berteriak histeris karena melihat keadaan Qiao Lian yang terdesak.

Yue terus meneriakkan nama keduanya bergantian, bola mata birunya mulai berair karena menahan kepedihan teramat sangat.

Ying tidak memperdulikan keadaan sekitarnya, masih kukuh dengan pendiriannya. Ying berkali - kali menyerang Lian dengan membabi buta.

Lian sama sekali tidak membalas serangan Ying, ia sibuk menghindar membuat Ying semakin geram.

"Ying hentikan! aku tak bisa bertarung denganmu." teriak Lian frustasi karena Ying sama sekali tidak memberinya celah berkelit kecuali menyerang.

"Hentikan bagaimana caranya? Kalian orang dinasti Han yang menyandangkan status paling hina padaku! Bunuh saja aku, kenapa tidak balas menyerang!" Ying juga berteriak frustasi melayangkan pedang kearah Lian tanpa ampun.

Lian tersentak kaget mendengar pengakuan Ying, membuatnya terlambat merespon serangan Ying.

CRRASH!

Bunyi daging terkoyak bersama darah merah yang tersembur kemana - mana.

Ying menjatuhkan pedang yang di genggamnya, matanya membulat sempurna karena terkejut.

"A...aku?!" kata Ying tercekat ketika melihat baju Lian basah oleh darah.
Yue berlari mendekati Ying reflek memukulinya keras, air matanya memecah.

"Apa yang kamu lakukan? Dia itu Lian, Lian yang ikhlas melakukan apa saja demi dirimu! Lian yang selalu melindungimu... Dia orang yang sangat berarti bagi kita. Kenapa kamu tega melakukan semua ini? Aku benci padamu Ying!" ucap Yue masih menangis keras sambil memukuli tubuh Ying.

Ying terdiam seolah masih tidak percaya dengan kejadian tadi. Lian yang sudah tidak berdaya berkelit justru dengan lapang dada menerima serangan Ying.

Wen Ling bersama Lien Hua berlari mendekati Lian yang mengerang kesakitan.

Air mata kedua gadis itu juga ikut meleleh melihat keadaan Lian, Ying membeku menyaksikan kejadian itu.

"Apa yang telah kulakukan, keributan apa yang telah kuperbuat? Mereka berdua sangat berarti bagiku, aku telah melukai hati mereka. Kenapa aku bisa... " batin Ying masih berdiri mematung menyaksikan air mata Yue juga darah yang mengalir di tubuh Lian.

Terdengar suara keributan dari jauh lambat laun makin jelas, suara derap langkah pengawal istana Han yang mulai mendekat.

"Disini! Di tempat ini ada seseorang yang melaporkan bahwa ada seseorang yang menyerang putra mahkota!" Teriak beberapa pengawal bersamaan.

"Kenapa suasananya sepi sekali, apa benar disini?" tanya pengawal.

"Si budak terhukum hendak membunuh Pangeran Lian!" teriak salah satu orang pengawal.

Mata Lian membulat besar, ia berkeringat dingin dan wajahnya pucat pasi.

"Ying, cepat pergi dari sini!" ucap Lian cepat tak mau kalah dengan perasaan campur aduknya, "jika tidak segera nanti tidak keburu lagi."

Ying menatap wajah Lian dengan mamang, ia melihat goresan luka di pipi Lian karena ulahnya.

"Lian...dalam keadaan seperti ini kamu masih berusaha melindungiku." batin Ying, "kabur... Apa masih ada tanah air dan rumahku yang akan kutuju?"

"Ying cepat pergi pokoknya, ke mana saja sebisamu!" sahut Yue sambil mendorong tubuh Ying menjauhi Lian yang bersama dengan Wen Ling dan Putri Lien Hua.

"Aku tak akan kemana-mana. Nyawaku tak berharga!" teriak Ying, "Aku berhutang terlalu banyak pada kalian... Biat kubayar tuntas sekaligus!" batin Ying.

Yue berteriak keras, air matanya meledak-ledak.

"AKU TIDAK MAU TAHU! Pokoknya aku ingin kalian baik-baik saja! Kumohon... Jangan bawa emosi bisa kan?" teriak Yue menyayat hati. Semua yang berada disana menatapnya dengan perasaan yang sama rapuhnya.

"Aku ingin... Aku masih ingin pergi bersama kalian ke bukit untuk melihat bunga blue leadwort yang senantiasa dapat bertahan selama ada sinar mentari... Kumohon pergilah, aku tak ingin kamu mati..." ucap Yue dengan tangisan terisak.

Selama ada sinar mentari, bunga blue leadwort akan bertahan hidup... Meskipun kesepian dia senantiasa akan terus mekar berbunga bagai hamparan laut biru.

"Cepatlah pergi, aku sama sekali tidak menyalahkanmu. Jangan diambil hati." ucap Lian lembut dengan senyumannya ia mencoba membuat Ying percaya padanya.

"Lian. Aku percaya suatu hari nanti niatku akan terwujud, aku akan menantikannya. Aku akan pergi...maaf melukai hati kalian." ucap Ying sambil berlari memanjat genting.

"Ying, setelah perpisahan ini... Apa kita akan bertemu lagi? Kapan kita dapat bertemu kembali?" batin Yue memandang kepergian Ying.

"Kakak Lian, mari kupapah ke dalam rumah." ucap Wen Ling.

"Kakak Lian, kenapa kamu membebaskannya? " ucap Lien Hua sambil memapah Lian.

"Hamba datang terlambat, hukumlah hamba!" ucap salah satu pengawal dengan menunduk hormat di depan Lian yang sedang dipapah oleh tiga orang gadis.

"Tidak apa, kalian boleh pergi!" ucap Lian dengan wajah pucat.

" Yue, Lian kenapa... dalam kekacauan hubungan ini kamu selalu menjadi korban perasaan...kenapa kamu selalu mampu memberi dengan lapang dada. Mereka telah melukai hatimu, kan... Melihat parut luka yang menggores ditubuhmu juga hatimu...hatiku terasa pedih sekali." batin Lien Hua menatap pungung Lian yang dipapah oleh Wen Ling dan Huan Yue. Ia berhenti terpaku menatap sesaat lalu berlari pergi.

Istana utama Han

Kaisar Qiao Xing Murka mendengar kabar pangeran Qiao Lian terluka.

"Kalian tak berguna! Menangkap satu orang saja tidak mampu. Kerja apa kalian ini? Tangkap dia hidup - hidup! Siapapun tidak boleh mengusiknya." ucap kaisar Qiao Xing.

"Kenapa bisa begitu, bukankah yang mulia belum mengeluarkan titah? Kenapa sudah tersebar kabar Ying akan disingkirkan ke wilayah perbatasan, pantas saja dia mengamuk!" ucap Permaisuri Mei Xiang.

"Ini mencurigakan... Hari itu yang kupanggil pangeran Huaining dan Pangetan Zhao Bee ke istana. Saat membahas strategi memadamkan pemberontakan di perbatasan, aku menyinggung tentang Ying. Putra Zhao Bee sempat masuk melaporkan sesuatu pada ayahnya... " ucap Kaisar Qiao Xing.

" Kudengar dia pernah konflik dengan Ying. Maka yang menyebarkan titah palsu tidak salah lagi... Pasti Pangeran Zhao Bee." ucap Permaisuri Mei Xiang.

" Ayahanda, Ibunda... Maafkan aku, sebenarnya saat kejadian penyerangan Chang Ying kepada kakak Qiao Lian. Pangeran Zhao Bee hendak menodai Huan Yue, saat itu aku juga hendak menuju lokasi penyerangan tersebut. Tanpa sengaja menemukan mereka berdua dalam keadaan seperti itu, karena pangeran Zhao Bee tidak mendengarkan peringatan dariku. Terpaksa aku membungkamnya dengan kekerasan." ucap Wen Ling melaporkan kejadian tersebut sambil menunduk hormat.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deep Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang