Dua

225 28 16
                                    


PANGERAN HENRY dan ayahnya, Raja Ronald, sedang bermain catur di balkon istana sore itu. Sejauh ini kelihatannya Henrylah yang akan menang. Raja Ronald berhenti sejenak untuk merencanakan pergerakan bidak-bidak caturnya. Kegiatan bermain catur ini adalah kegiatan rutin mereka setiap sore. Bagi Raja Ronald, ini perlu dilakukan untuk melatih kemampuan mengatur strategi yang penting dikuasai oleh seorang pemimpin kerajaan. Karena Henry adalah anak sulung dan suatu saat akan mewarisi takhta kerajaan, maka dia juga harus pandai mengatur strategi.

Saat itu Henry merasa adalah saat yang tepat untuk meminta izin kepada ayahnya untuk pergi ke gunung Geern. "Ayah, aku hendak menjelajahi gunung Geern di Utara besok," kata Henry.

"Hmm? Untuk apa kau kesana?" tanya Raja Ronald yang merasa perjalanan itu cukup mendadak.

"Aku ingin melihat hewan langka yang hidup di sana."

"Kau bisa menyuruh pengawal untuk menangkapnya dan membawanya ke sini," usul Raja Ronald.

"Tidak, Ayah. Aku tidak ingin mereka meninggalkan habitat mereka. Aku akan melihatnya secara langsung."

Henry yakin ayahnya akan mengizinkannya untuk pergi ke gunung karena Raja sendiri sebenarnya adalah seorang petualang. Di masa mudanya dia pernah menjelajah ke negeri-negeri yang jauh. Dia bahkan pernah membunuh seekor reptil raksasa di suatu negeri, yang dia yakini adalah seekor naga.

"Baiklah. Hewan apakah itu yang ingin kau lihat, Anakku?" Raja Ronald mengangkat satu bidak caturnya.

"Unicorn."

Mendengar itu Raja Ronald meletakkan kembali bidak catur tadi di posisi awal, lalu tergelak. Kumis lebatnya terangkat. "Kau pasti bercanda. Unicorn tidak nyata. Itu cuma dongeng untuk anak-anak. Kau lucu sekali, Nak."

"Mereka nyata, Ayah. Seorang penjelajah memberitahuku tentang itu. Ayah sendiri pernah membunuh seekor naga. Bagaimana mungkin ayah mengatakan unicorn tidak nyata."

Raja terdiam mengamati bidak-bidak catur di hadapannya. Karena posisinya yang menunduk, beberapa helai rambutnya menggantung di depan dahinya.

"Baiklah kalau itu maumu, Anakku. Aku mengizinkanmu untuk menjelajah ke sana. Kupikir kau juga butuh melihat dunia luar, bukan hanya istana ini saja."

Sekarang Henry sudah mendapatkan izin dari ayahnya dan dia tidak akan menunda perjalanannya lagi. "Terimakasih, Ayah. Besok aku akan memulai perjalananku."



DI BALIK dinding di dekat balkon, Pangeran Kevin menguping pembicaraan ayah dan kakaknya. Dia tadinya ingin memberitahu mereka bahwa dirinya akan ikut dalam perjalanan itu. Tapi mendengar perkataan kakaknya yang tidak mau menangkap unicorn, Kevin menjadi bimbang. Dia bersungut-sungut karena keputusan itu. Padahal dia harus menangkap satu untuk Putri Margareta. Pangeran Kevin lalu membalikkan punggungnya dan beranjak pergi. Otaknya terus bekerja mencari ide agar bisa menangkap unicorn tanpa diketahui kakaknya.

Seorang prajurit berjalan bersama seorang pemuda dari arah berlawanan. Kelihatannya mereka hendak menemui raja.

"Siapa pemuda ini?" tanya Kevin pada prajurit.

"Dia pengurus kuda yang baru, Pangeran."

Kevin memperhatikan pemuda yang tampak pemalu itu. Lalu dia mendapat ide yang menarik.

"Siapa namamu?"

"Aku Caleb."

"Baiklah, Caleb, kau boleh langsung bekerja sekarang. Ayahku sedang tidak bisa ditemui. Kau sudah melihat istal?"

"Belum, Pangeran."

"Prajurit, kau boleh pergi." Prajurit itu memberi hormat lalu pergi.

"Ikuti aku. Aku akan menunjukkanmu istalnya," kata Kevin.

Caleb merasa aneh tapi juga terhormat karena sang pangeran sendiri mau mengantarkan dirinya melihat istal. Di istal terdapat beberapa ekor kuda kerajaan. Mereka berada di dalam bilik-bilik mereka masing-masing. Kondisi fisik mereka baik. Sepertinya pengurus kuda sebelumnya bekerja dengan memuaskan.

"Nah, Caleb, ini adalah kuda-kuda yang harus kauurus mulai hari ini. Tolong perlakukan mereka dengan baik. Terutama kuda yang itu." Kevin menunjuk ke kudanya yang berwarna hitam dengan kaki abu-abu.

"Saya akan bekerja dengan baik," kata Caleb.

"Aku ingin dengar pengalamanmu dalam mengurus kuda."

"Kemampuan mengurus kuda diajarkan oleh kakakku. Aku mulai mengurus kuda sejak umur sepuluh tahun. Dirumah, kami memiliki puluhan kuda yang terawat dengan kualitas yang baik. Aku juga bisa menjinakkan kuda liar. Sejauh ini aku sudah menjinakkan lima kuda liar." Caleb berusaha membuat Kevin terkesan padanya.

Dari ceritanya, Caleb sepertinya anak yang hebat. Dia mungkin adalah orang yang cocok untuk menangkap unicorn, pikir Kevin. Lalu dia pun memberitahukan rencananya padanya.

"Aku punya tugas khusus untukmu. Ini sangat rahasia dan aku ingin tidak seorang pun selain kau dan aku yang mengetahuinya."

"Tugas apakah itu?" Caleb merasa tambah terhormat. Padahal dia masih pekerja baru, tapi sudah mendapatkan tugas khusus.

"Besok aku dan kakakku, Pangeran Henry, akan berangkat ke gunung Geern. Aku ingin kau berpura-pura menjadi seorang prajurit dan mengawalku dalam perjalanan. Nanti kau harus menangkap unicorn disana."

"Baik." Caleb sebenarnya tidak percaya dan bingung dengan apa yang dia dengar. Tapi baginya tugas ini adalah hal yang istimewa dan dia akan melakukannya dengan baik.

"Ingat, jangan sampai orang lain tahu kalau kau bukan prajurit sungguhan." Suara Kevin pelan.

Petualangan Mencari UnicornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang