Enam

153 12 1
                                    


SATU PERSATU, Kevin dan kedua prajurit terbangun. Kevin menggosok matanya dan melihat sekelilingnya.

"Apa yang terjadi? Sepertinya aku tadi tertidur," Kevin menegakkan punggungnya.

"Dimana Gordon?"

"Tidak perlu menanyakan dia. Dia itu pencuri. Kalian tertidur karena meminum teh yang diberikan olehnya. Dia ingin mengambil barang-barang berharga kita. Namun aku memergokinya dan mengusirnya. Dan serigala-serigala yang kita temui di hutan, mereka adalah peliharaannya," kata Henry menjelaskan.

"Aku tidak menyangka," Kevin tercengang.

"Aku sudah bilang."

"Ya, ternyata kau benar. Intuisi yang bagus." Kevin agak menyesal tidak menaruh curiga pada Gordon. Dia terlihat seperti orang baik yang menawarkan bantuan. Nyatanya orang itu hanya menghambat mereka, bukannya mempercepat.

"Bagaimana dengan obat yang dia berikan ke kita? Apakah ini benar-benar akan menyembuhkan kita?" Caleb bertanya.

"Oh. Haruskah kita melepaskan balutan ini?" tanya Kevin.

Henry terdiam sejenak, menimbang-nimbang. Apa yang diberikan Gordon bisa saja tidak berdampak apa-apa bagi mereka. Atau yang terburuk, bisa memperparah keadaan mereka. Dia akhirnya memutuskan, "Ya, kita buka saja."

"Aku akan ke dapur untuk memeriksa apakah ada bahan yang bisa di pakai untuk menyembuhkan luka kita. Aku cukup tahu tentang tanaman obat," usul Ron.

"Baik. Kau pergilah memeriksanya."

Ron pun pergi ke dapur untuk memeriksa. Dia melihat jajaran stoples-stoples berisi beberapa jenis tanaman obat dan dari antaranya dia menemukan apa yang dia cari. Dengan kemampuannya dalam mengenali jenis-jenis tanaman obat, Ron mencoba meracik obat untuk mereka. Bahan-bahan itu dia kumpulkan dan lumatkan yang kemudian akan dioleskan ke luka mereka, menggantikan yang dibuat oleh Gordon.

"Kita sebaiknya melanjutkan perjalanan kita. Bagaimana keadaan kalian?" tanya Henry.

"Lebih baik dari sebelumnya. Walau masih terasa sedikit sakit. Tapi aku bisa melanjutkan perjalanan," jawab Kevin.

"Ya, aku juga mulai membaik. Bagaimana denganmu Caleb?" Ron berpaling ke Caleb yang sedang memperhatikan balutan lukanya.

"Kurasa aku juga membaik," kata Caleb.

Henry merasa kesal atas apa yang menimpa mereka. Selanjutnya dia harus lebih waspada. Meski begitu, mereka sekarang sudah sehat lagi. Badannya sudah segar kembali. Mereka sudah siap untuk melanjutkan pencarian mereka.

Mereka semua keluar dari pondok kayu itu, pergi dengan kuda-kuda mereka untuk meneruskan perjalanan yang masih jauh.


SETELAH BERJALAN lama melewati beberapa desa, sungai dan hutan, rombongan kerajaan melewati pinggir pantai penuh bebatuan besar dan karang. Suasananya begitu bagus, membuat mereka berhenti untuk menikmatinya. Angin berhembus kencang ke arah mereka. Sinar mentari bersinar terang di langit, aroma laut menyelusup ke hidung mereka. Burung-burung camar beterbangan dalam jumlah yang banyak di atas laut, beberapa nelayan menyiapkan perahu kecil mereka.

"Wah, menyenangkan sekali berada di pantai. Di sini rasanya hangat, tidak seperti di istana kita yang sejuk."

"Ya, benar." Henry memejamkan matanya, merasakan hembusan angin yang membelai wajahnya. Ini baru pertama kali baginya dan Kevin berada di pantai, sehingga dia begitu menikmati sensasi menginjak pasir pantai yang halus.

Saat dia membuka matanya dia melihat pemandangan yang aneh. Sebuah benda yang tajam dan panjang terlihat keluar dari air dan masuk lagi. Henry bertanya-tanya tentang apa yang baru saja dia lihat.

"Kevin, kau melihat itu?"

"Ya, itu seperti tombak," mata Kevin menyipit, melihat benda aneh itu di kejauhan.

"Menurutku itu terlihat seperti tanduk unicorn."

"Apa? Apa menurutmu unicorn hidup di lautan?"

"Bukan. Mungkin itu hewan lain yang memiliki tanduk."

Tidak lama, mereka melihat kepala hewan yang memiliki tanduk itu. Tentu saja itu bukan unicorn. Hewan itu kelihatannya seperti sejenis ikan berkulit halus.

"Itu narwhal," kata seorang nelayan yang tidak sengaja mendengar perbincangan mereka. "Di bulan ini mereka memang biasa berimigrasi ke pantai ini,"

"Narwhal, ya."

Mereka semua memandang makhluk unik itu. Bentuknya hampir seperti paus dengan warna putih di bagian bawahnya dan totol-totol cokelat ke hitaman yang menutupi punggungnya. Yang menarik dari hewan ini adalah tanduk yang sangat panjang yang tumbuh di moncongnya. Mereka terlihat seperti unicorn lautan.

"Apakah tanduk hewan itu yang dibawah oleh pria penjelajah yang kau temui?" tanya Kevin.

Henry tersentak. Itu mungkin saja. Kalau itu benar, mungkin unicorn memang tidak nyata. Mereka tertegun karena kemungkinan itu.

Tapi mereka sudah sejauh ini. Gunung Geern sudah semakin dekat. Tidak, mereka tidak mungkin kembali sekarang. Walau Henry mulai ragu, tapi dia merasa seperti gunung itu memanggilnya. Henry berpikir mereka seharusnya melanjutkan perjalanan ini.

Setelah mereka puas menatap narwhal-narwhal yang berenang di lautan, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Walaupun mereka ragu.

Petualangan Mencari UnicornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang