Tujuh

123 13 1
                                    


WAKTU MAKAN malam di ruang makan istana terasa sepi tanpa kehadiran kedua pangeran. Hanya ada Raja dan Ratu yang makan bersama di meja makan yang terbuat dari kayu cedar. Ratu mulai membuka percakapan.

"Bagaimana keadaan anak-anak lelaki kita, ya? Aku harap mereka baik-baik saja."

"Jangan khawatir, sayang. Mereka pasti baik-baik saja," Raja memotong daging domba di piringnya. "Apakah kau pikir mereka akan menemukan unicorn?"

"Entahlah. Mungkin saja," kata Ratu. "Aku tidak yakin."

"Tentu saja, kau sering mendongeng untuk mereka. Dan unicorn ada dalam dongengmu."

"Ya. Tapi aku juga tidak terlalu percaya. Kita belum pernah melihat unicorn kan?"

"Uh huh." Raja terus mengunyah daging domba yang lembut. "Daging ini enak. Lebih lembut dari biasanya."

"Kau suka? Katanya ini jenis domba baru yang diternak para gembala. Ini hasil kawin silang," Ratu menjelaskan.

Raja menikmati sekali daging domba itu. Dia terus mengiris dan melahapnya. "Aku ingin makan ini lebih banyak."

"Jangan banyak-banyak. Nanti kau sakit."

"Kau benar," Raja tersenyum, memasukkan irisan daging dimulutnya. Dia akan menuruti perintah wanita yang dicintainya itu. Kalau tidak, dia pasti akan diomeli.

"Saat para pangeran datang, mereka harus mencoba ini. Mereka pasti akan suka juga. Seingatku, selera mereka hampir sama sepertimu," kata ratu.

Mendengar itu Raja senang. Dia juga ingin merasakan makan malam yang menyenangkan bersama kedua putranya, sama seperti biasanya saat mereka di istana.

"Apakah mereka akan menangkap unicorn kalau mereka menemukannya?" tanya Ratu.

"Tidak. Henry bilang dia ingin hewan langka itu tetap hidup di habitat aslinya."

"Itu bagus. Bagaimanapun mereka tidak akan bisa menangkap unicorn itu. Menurut legenda, hanya seorang perawan yang bisa menjinakkannya."

"Benarkah? Kalau begitu Henry mengambil keputusan yang tepat. Mereka tidak membawa perawan bersama mereka."

Ratu mengiris sedikit daging domba itu untuk mencicipi rasanya. Rasanya pasti begitu enak sampai suaminya tidak bisa berhenti mengunyahnya dengan ekspresi yang tak ternilai.

"Sayang, kau pernah membunuh seekor naga kan?"

"Ya."

Naga yang dibunuh oleh Raja tinggal di sebuah gua batu. Orang-orang yang sangat ketakutan tidak pernah sekalipun mendekati daerah sekitar gua itu. Raja Ronald yang tidak tahu tentang keberadaan reptil raksasa menakutkan itu suatu hari beristirahat di dalam gua itu. Sang naga yang kalau sedang lapar bisa melahap apa saja, mencoba mengunyah Raja Ronald. Raja Ronald berusaha melawan dengan pedangnya. Naga yang saat itu sudah sangat tua, tidak bisa menaklukkannya. Pergumulan itu berujung dengan tewasnya sang naga karena dadanya tertusuk hingga mengenai jantungnya. Setelah naga itu mati, orang-orang mulai membangun rumah-rumah dan biara di sekitar gua. Karena peristiwa itu Raja Ronald menjadi cukup terkenal di negeri itu.

"Mandi darah naga bisa membuatmu awet muda, kau tahu," Ratu Anna menusuk potongan kentang dengan garpunya.

Raja Ronald mengangguk. "Aku pernah dengar takhayul itu."

"Dan kau mandi dengan darah naga yang kau bunuh?"

"Tidak. Itu menjijikkan. Bagiku penuaan berarti bertambahnya kebijaksanaan," kata Raja dengan bangga.

Bagi Ratu Anna, terlihat lebih muda dari umur yang sebenarnya lebih baik daripada terlihat bijaksana. Tapi kalau harus mandi darah naga, dia mungkin harus memikirkannya dulu. Bau amis dari darah naga mungkin akan membuatnya muntah dan trauma.

"Kau pernah pergi ke Gunung Geern?" tanya Ratu.

"Pernah, satu kali. Itu sudah lama sekali," mata Raja mengarah ke kiri atas, mengingat.

"Bagaimana medan di gunung itu?" Ratu penasaran.

Raja meminum anggur dan meletakkan gelas besarnya yang menimbulkan bunyi. "Gunung itu mungkin tidak terlalu tinggi,tapi mendakinya cukup sulit."

Alis Ratu Anna mengernyit. "Kuharap mereka bisa melaluinya."

Raja memberikan senyum menenangkan kepadanya sebelum meminum anggurnya lagi.

Petualangan Mencari UnicornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang