⭐BAGIAN 6⭐

3.6K 210 2
                                    

"Ampun ma, Indri janji nggak akan mecahin vas bunga lagi".

"Kamu tahu mama beli vas bunga itu pakek uang mama sendiri bukan dari papa kamu yang nggak kerja itu". Ujar Marissa, ia masih saja memukuli Indri menggunakan sapu.

"Ma Indri nggak sengaja mecahinnya ampun ma....hiks". Indripun menangis berharap pukulan dari mamanya berkurang namun malah sebaliknya pukulan Marissa semakin kuat. Membuat kaki Indri merah keunguan.

"Kamu kira air mata kamu itu bisa buat vas mama balik lagi ha? Ini rasakan". Marissa kembali memukuli Indri kali ini ditempat yang berbeda dan bukan menggunakan sapu lagi melainkan besi yang sudah dipanaskan diatas kompor.

Plak

Spatula itu dengan indah mengenai kaki Indri sebelah kiri, membentuk bekas yang akan sulit memudar.

"Mama sakit hiks... Hiks papa hiksss Indri nggak kuat". Indri menangis dan terus menangis ia memegang sisi yang tidak luka akibatan pukulan spatula. Rasa perih, panas, sakit menjadi satu bukan hanya di luka itu namun dihati Indri pun kini tak mengenal siapa itu ibu? Karna mulai detik ini, menit ini, waktu ini, bulan ini, hari ini, tahun ini, tanggal ini Marissa bukan ibunya lagi.

⚫⚫⚫⚫

Jari-jemari seorang gadis perlahan-lahan bergerak sementara air matanya entah kapan meluncur dengan indah. Mata yang berwarna hitam sekelam langit malam pun kini dapat dilihat kembali.

Indri bangkit dari ranjang rumah sakit. Ia menangis sejadi-jadinya, membuat Damiea yang menunggunya terbangun. Ia menatap heran Indri yang tiba-tiba sadar dan langsung menangis. Damiea pun memegang bahu anaknya yang kini semakin kencang menangis.

Kenzo And Indri (DITERBITKAN )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang