•Part 10•

47 9 4
                                    

Mungkin banyak orang yang berkata kalau aku ini orang yang bodoh. Menunggu seseorang yang tak kunjung memberikan kepastian yang pasti hanya membuang buang waktu saja. Banyak yang bilang bahwa aku harus melepasnya, banyak yang bilang kalau aku harus bisa melupakan perasaanku dengannya. Namun semua tidak semudah bibir berucap. Kenangan bersamanya terlalu banyak. Mulai dari yang menyakitkan hingga yang membuat bahagia. Semuanya terjadi, selama aku dengannya. Jujur untuk saat ini aku memang merindukan sosok dia yang dulu. Dia yang tidak pernah terasa dingin, dia yang selalu saja membuat aku tersenyum senang, hingga berjalan disampingnya yang membuatku sangat nyaman. Kehadirannya selalu berhasil membuat mood ku naik, hanya melihatnya saja walau dari jauh. Terkadang memang aku berpikir, sampai kapan aku harus terus seperti ini?

Karin sedang merenung. Di pangkuannya terdapat buku. Di tangannya terdapat pensil yang kini sedang menopang dagunya. Itu salah satu kegemarannya. Dimana ketika tidak ada kegiatan ia selalu menulis nulis di bukunya. Saat itu ia menulis sebuah nama, nama yang masih terdapat didalam hatinya. Di kertas itu juga terdapat kata kata yang mewakili orang tersebut.

Ia mengambil ponselnya membuka aplikasi LINE. Belum ada balasan dari Steven. Lalu ia kembali menaruh hp nya tepat disampingnya. Ia kembali menulis lagi, dipandangnya kertas buku itu lalu dalam hati ia berkata "kapan sih lu peka sama gua? Lu mau sampe kapan bikin gua terjebak dlm friendzone?" Lalu ia tersenyum

Malamnya ia lupa bahwa besok ada pelajaran seni tari yang diwajibkan membawa selendang. Karin sendiri tidak punya selendang, dan kalau harus beli harganya 45rb. Mending pake jajan uangnya. Ia ingat, mungkin Stev punya.

Karin : ka dlu pas kelas X ada seni tari kan?
Steven : ada
Karin : suruh bawa selendang?
Steven : gatau iya kayaknya. Lupa
Karin : pinjem dong
Steven : punyamu emang kemana?
Karin : aku gapunya selendang, kalo beli mahal males banget
Steven : ooo
Karin : iyaa
Steven : dicari dulu soalnya lupa taro mana
Karin : okee. Kabarin. Besok aku ambil
Steven : oke

***

Paginya Karin mengecek keberadaan Steven di meja kantin. Dan, seperti biasa, Arel sedang bersamanya. Karin hanya menghembuskan nafas pelan dan menunggu sampai Arel pergi. Dan tak lama cewek itu pergi. Karin langsung menghampiri Stev ditemani Tata dan Christa.

"Gimana?" Tanya Karin sambil duduk dengan napas terengah engah
"Apanya?" Jawab Steven seperti tidak tau apa apa
"Ituu ada gaa"
"Oohh" seolah baru connect. Stev membuka ranselnya dan mengeluarkan selendang berwarna biru
"Makasihh aku pinjem dulu ya" lalu Karin berdiri
Stev hanya mengangguk angguk sambil memainkan ponselnya lagi

Untung dapet kalo ga bisa mati aja gua

Kisah mereka semakin lama semakin rumit. Karin yang masih memendam sedangkan sikap Steven yang berubah-ubah membuat Karin semakin bingung. Apa sih yang ada dipikiran dia? Waktu itu mantan Stev, Tania seolah mendekati Stev lagi. Dan belakangan chat Karin selalu kearchive olehnya, bales chat lama. Masih mending lama, balesnya tetap seperti biasa. Ini malah jawabnya singkat ; npa ?, lol, ga, ya, oh, y, sbb. Sekarang juga banyak tidak ada topik
"Mm" "g ada topik" "gtau mo ngomong apa" Karin merasa badmood. Namun kalau lagi datang serunya, Stev tidak seperti itu. Dia bisa sharing banyak hal. Moodnya tidak stabil. Tapi Karin tetap sabar dengannya dan tidak membuat perasaannya goyah.

Steven : lol si Tania ngechat
Karin : chat apa?
Steven : basa basi gtu. Pertama nanyain headphone, trs minta id line trs minta ditemenin ngobrol
Karin : chatnya lewat dm?
Steven : iya

Cih ngapain sih pake ngechat segala

Karin : kalo dia ngajak balikan mau ga?
Steven : tergantung. Kalo dia sikapnya ga kayak dulu sih

Hati Karin kembali sakit. Ia takut kalau Steven merasa baper dan kembali dengan Tania
Ia merasa belakangan ini banyak sekali cobaan baginya terhadap Stev

"Namanya juga berjuang, pasti ada rintangannya" Ia kembali tersenyum









Dan ketika gue udah hampir berhasil meraih lo entah kenapa selalu ada aja yang membuat gue ragu. Apa gue bisa milikin lo? Ato gue cuma bisa jadi secret admirer lo?

Te QuieroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang