•Part 14•

54 7 7
                                    

Setelah Karin menyatakan ia sudah sedikit lega. Setidaknya Steven tahu tentang perasaan dia sebenarnya dan jika Karin pergi. Ia tidak mau jikalau ia pergi, Steven belum mengetahui dari diri Karin sendiri. Memang belakangan ini sikap Steven semakin berubah namun Karin tetap bertahan.

"Gua masih kuat kok tenang aja" itu adalah kata kata yang selalu diucapkan Karin jika teman temannya menasehatinya

Namun pada kenyataannya tidak seperti yang dikira. Semakin lama semakin sakit. Sikap Steven yang makin hari makin dingin. Karin merasa kecewa sekali. Bisa bisa nya orang yang tadi nya dekat sekali dengannya, kini terasa sangat jauh.

***

"Vi lu ada les ga?" Tanya Karin kepada Viana. Seperti biasa mereka duduk dikantin bersama Christa,Aurel,Gatha,Ana
"Engga Rin" jawab Viana
"Oke"

Saat itu Christa,Aurel,dan Gatha sedang ekskul jurnal. Dan sudah pasti jika mereka di kantin, Karin bisa melihat Steven dengan jelas. Steven sedang bersama temannya dan terlihat asyik bermain game di hp dengan menyumbatkan earphone di telinganya.

"Rin, Steven" Christa menunjuk sedikit ke arah meja Steven
"Iya tau" Karin ikut menoleh ke arah yang sama
Tidak lama setelah itu, Steven berdiri dari kursinya hendak pergi bersama temannya
"Eh Rin dia mau pergi tuh kayaknya" sahut Viana
Karin memperhatikannya sedikit, lalu pura pura tidak melihat
"Wuih Rin bakal lewat sini dia"
Dan Steven berjalan melewati meja Karin, dengan earphone yang masih menyumbat telinganya

Namun seperti ada yang janggal dari Steven.
"Eh Rin tuh tas nya kebuka tas nya kebuka" Viana menepuk tangan Karin yang langsung membuyarkan lamunannya

"Eh iya anjir. Gimana nih" Karin jadi panik sendiri
"Samperin gih, kasih tau"

Nyamperin Steven yang lagi jalan sama temennya? Gila!

"Ih ga ah ada temennya, nanti juga paling dikasih tau ama temennya" jawab Karin setengah hati
"Yakin gamau? Kesempatan loh" Viana mulai menggoda
Karin berpikir, ia sangat ingin memberi tahu Steven tapi ia juga malu terhadap temannya

"Lama lu ah" Viana membuyarkan lamunan Karin
"Y,y,yaudah deh ayo" Karin pergi menghampiri Steven ditemani Viana. Yang lainnya terlihat asyik mengerjakan jurnal
Karin dan Viana menyusul Steven yang menuju depan SMP. Setelah setengah berlari, akhirnya mereka kini tepat di belakang Steven dan temannya

"Buru Rin" Viana setengah berbisik
"Takut"
"Ayolah kita udah sampe sini nih"
Dengan segala keberaniannya ia menyusul Stev. Mereka kini berjalan sejajar. Tepatnya, berdampingan. Karin menghirup nafas dan menghembuskannya perlahan

"Ka tasnya kebuka"

Steven masih terlihat berbincang dengan temannya. Hingga temannya melihat Karin lalu menyenggol tangan Stev sambil menatap ke arah Karin.
Steven pun menoleh dan melepas earphone nya

"Ya kenapa?" Tanya nya.
"Tasnya kebuka" Karin mengulang perkataannya
"Oh iya" Steven menutup resleting tasnya. Entah apa yang terjadi dan sejak kapan, kini bahu mereka sudah saling menempel. Seperti ada magnet yang sudah ada diantara mereka saat itu. Jantung Karin berdetak cepat, lalu ia langsung meninggalkan Steven. Viana yang sedari tadi dibelakang menyusul Karin

"Gimana Rin?" Tanya Viana. Bagi nya melihat Karin dan Steven tadi sangat lucu. Terlihat karena ia tertawa. Sedangkan Karin merasa jantungnya mau copot. Setelah menata detak jantungnya ia berbicara
"Gila gua bela belain ngejar dia tadi cuma bilangin kalo tas nya kebuka?"
"Duh Rin perjuangan lu"
Karin menghembuskan nafasnya "dah yuk balik"






Mencintai kamu seperti memegang kaktus. Semakin erat semakin sakit
~~~

Te QuieroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang