Krystal Jung, 19 tahun, status; menanti pangeran berkuda putihnya.
"Krys, sedang apa sih?"
Krystal menopang wajahnya dengan satu tangan. Gadis itu sudah berdiri di balkon depan kelasnya lebih dari 10 menit. Padahal gadis itu lebih suka malas-malasan di dalam kelas, maka dari itu Seulgi dan Wendy dibuat penasaran. Kan tidak biasanya.
"Krys" Seulgi menyenggol lengan Krystal dengan sikunya, membuat Krystal langsung menoleh dengan tatapan 'apa-sih-kau-mengganggu'.
"Kau lagi liat apa sih?"
Krystal kembali menatap lapangan di bawah sana. "Anak-anak kelas 10, banyak yang tampan, sayang sekali kita tinggal satu tahun lagi di sini" lalu salah satu sudut bibirnya terangkat.
"Tapi Lebih sayang lagi kalau ngga dideketin, ya kan?"
Seulgi dan Wendy mengangkat alisnya, menatap Krystal yang sibuk memperhatikan anak-anak kelas 10 yang sedang berbaris di bawah sana. Anak ini mikir apa sih? Kepalanya habis terbentur ya?.
..
.
Krystal terus sibuk merapikan rambutnya, sesekali bercermin menggunakan layar ponselnya. Bodohnya, gadis itu jadi sering tersandung karna tidak memperhatikan jalan. Seulgi yang berjalan di sampingnya jadi jengah sendiri. "Kau itu ngapain sih?"
"Aku sudah cantik belum?" Bukannya menjawab pertanyaan Seulgi, Krystal justru balik bertanya.
"Tenang saja Krys, kau itu selalu cantik" Sahut Wendy. Dengan gemas, Seulgi mengacak-acak rambut Krystal dengan kedua tangannya.
"Ah! Seulgi sialan!"
Krystal terus memukul tangan Seulgi dan mendorongnya menjauh. Sedangkan Wendy tampak tidak ada niatan untuk menghentikan mereka berdua.
"Maaf, permisi"
Krystal dan Seulgi yang sedari tadi sibuk menyerang satu sama lain segera menghentikan aksi mereka dan menoleh ke asal suara tadi, begitu juga Wendy.
"Oh ya ampun, malaikat" Gumam Seulgi melongo.
Wendy hanya menutup mulutnya yang menganga dengan idiotnya.
"Ya Tuhan, seperti melihat jodoh."
Dan Krystal pun tak kalah bodoh dengan kedua sahabatnya. Namun dengan cepat Krystal menggeleng lalu berdehem. Ia lupa, ia harus terlihat berwibawa sebagai kakak kelas. "Ya, ada apa?"
Lelaki tadi tertawa canggung. "Tidak. Hanya saja, kalian menghalangi jalan"
"Ah? Oh.."
Mereka bertiga melihat sekitar lalu memberi lelaki itu jalan. "Siapa dia? Aku belum pernah melihatnya"
Krystal menggeleng. "Sepertinya murid kelas 10, tapi kok aku tidak melihatnya di lapangan tadi?"
"Mungkin kau kurang teliti."
"Entahlah. Ya ampun ketampanannya sudah tidak tertolong lagi. Pangeran kuda putihku, jodohku. Ah, kalau begini aku jadi tidak ingin lulus"
"Bahkan kulitnya lebih mulus dan bening dariku yang seorang wanita" Wendy memasang ekspresi sedih. Mereka bertiga terus menatap lelaki yang diduga junior mereka itu sampai hilang tertelan kerumunan di kantin. Krystal menepuk jidatnya yang sudah cukup lebar itu sambil membuang napas kesal.
"Harusnya tadi aku minta ID Linenya! Bahkan aku tidak sempat melihat name tagnya. Ah!"
"Dia terlalu tampan sih" Wendy dan Krystal mengangguk setuju.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pile of Woods
FanficJust a pile of tale in Krystal's backyard Copyright © byfera 2016