-part 7.

48 3 7
                                    

–Tunggu.

Ingat, tidak? Sewaktu aku kunjungi rumah Wonwoo tempo hari?

Sejujurnya, waktu itu aku lihat guratan luka dari pada wajahnya. Di bagian kanan.

Entah kenapa, aku tak bisa bicarakan itu. Aku bahkan tak berani bertanya padanya.

Tak begitu tampak guratan itu saat kulihat wajahnya di mobil, namun begitu jelas sewaktu wajahnya terpendar cahaya.

—Jadi, ada sesuatu yang terjadi.

———

Pagi-pagi Wonwoo sudah terjaga. Ia terbangun karena suara gemuruh dari loteng, yang entah kenapa suaranya mengusik ketenangan pagi itu.

Ternyata, itu Ayah Wonwoo. Sedang mencari perkakas yang begitu berantakan terserak di loteng.

"Ah, nak! Bagus kau telah buka mata,"

Wonwoo mengambil perkakas yang diulurkan dari tangan Ayahnya.

"Mobil kaleng kau itu. Bisa kan, betulkan sendiri? Aku buru-buru, akan pergi dengan Ibumu."

Ya. 'Mobil kaleng' yang Ia maksud adalah mobil yang Wonwoo biasa gunakan setiap hari, yang beberapa hari belakangan digunakannya untuk pergi bersama jodohnya.

Mobil itu memang diberikan untuk Wonwoo, namun itu adalah mobil bekas Ayahnya–yang apabila tidak dirawat dengan baik, mobil itu akan mengeluh–dan belum ada keinginan untuk kaleng itu dijual.

Ayahnya, tanpa seizin Wonwoo sendiri, masih sering–bahkan hampir setiap hari–menggunakan mobil kaleng itu, kalau-kalau Ia perlu pergi tanpa repot, apalagi untuk keperluan mendadak.

Pagi ini, sepertinya sudah digunakan Ayah untuk berbagai kegiatan yang Ia lakukan hampir setiap hari itu, maka tak lagi mengherankan kalau mendapati mobil itu mengeluh tiba-tiba begini.

Tak lama setelah Ayah dan Ibunya pergi, terdengar suara dedaunan terseret langkah kaki mendekat dari belakang Wonwoo.

"Ini aku."

Wonwoo menanggapi dengan langsung menoleh. Mendapati Mingyu berjalan sambil menyembunyikan tangan kanan di sakunya, dan tangan kirinya melempar-lempar bola baseball ke atas.

"Rusak lagi?"

"Tak akan pernah benar. Sudah bekas,"

"Walaupun begitu, bisa jalan?"

Wonwoo mengangguk.

"Kalau begitu, akan aku antar kau ke bengkel."

Saat menuju ke sana, Mingyu mengatakan bahwa pemilik bengkel itu adalah kawan baiknya. Kawan satu bangku di masa sekolah menengah atas ini.

A-Ko, namanya. Biasa Mingyu panggil dia Ako, Ko, atau si tempurung kelapa karena kepalanya yang botak.

Sementara itu, mobil benar-benar sudah tak mampu berjalan setibanya di bengkel.

"Dasar bobrok!"

Umpat Mingyu membanting pintu mobil.

Wonwoo hanya tertawa renyah menanggapi.

Masuk Mingyu menghampiri Ako. Ako ajak Wonwoo berkenalan, yang secara tak langsung, membuatnya menelaah baik-baik seorang Wonwoo yang baru saja ditemuinya itu.

precious encounter. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang