10. D-2 (Confession and Self Harm)

411 59 4
                                    

Backsounds: Hyun Bin - That Man

Keadaan sekolah hari ini cukup sibuk. Terlihat dari beberapa siswa yang berlalu lalang membawa berbagai perlengkapan seperti pita dan yang lainnya. Jisoo yang baru saja tiba di sekolah, menatap heran banner yang terpajang di depan sekolahnya. Saat sedang melihat banner itu ia dikejutkan oleh sebuah tangan yang mendarat di pundaknya. Ia menoleh dan bernafas lega karena sosok itu adalah sahabatnya Mijoo.

"Astaga Mijoo... kau mengagetkanku." Mijoo hanya terkekeh menanggapinya.

"Kau sedang apa disini?" Tanya balik gadis itu.

"Aku hanya sedang melihat banner itu." Mijoo mendongkak dan menatap banner yang terpasang di depan pintu masuk gedung sekolah.

"Ahh acara Prom Night besok? Kau akan datang kan Jisoo?" Jisoo menunduk mendengar frasa Prom Night. Bukan ia tak ingin ikut, tapi ia tidak memiliki gaun bagus seperti yang lainnya untuk acara itu.

"Sepertinya tidak Mijoo."

"Kenapa? Ini adalah tahun kedua kau tidak ikut Jisoo. Jika kau mengkhawatirkan tentang gaun dan sebagainya, aku bisa membantumu." Jisoo menggeleng.

"Tidak Mijoo, aku tidak ingin merepotkanmu." Mijoo mendengus mendengarnya.

"Ayolah Jisoo. Kali ini saja biarkan aku menjadi ibu peri penolongmu. Aku ingin kau datang juga." Jisoo hanya tersenyum menanggapinya.

"Tidak Mijoo, aku harus bekerja part time saat acara ini berlangsung. Aku duluan ya." Jawab Jisoo sambil berlalu meninggalkannya. Mijoo menghembuskan nafas berat, ia tidak bisa melawan sikap keras kepala Jisoo.

"Hey baby! What's wrong with your face?" Ucap seorang yang tiba-tiba merangkul bahunya. Dari suaranya Mijoo bisa mengetahui bahwa dia adalah Mark, tunangannya.

"Jangan memanggilku seperti itu. Aku tidak suka." Ucapnya dingin seperti biasanya.

"Kenapa? Bukankah kau tunanganku? Tidak salah bukan aku memanggilmu baby?" Mijoo menurunkan lengan lelaki itu dari bahunya, namun lelaki itu malah melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu.

"Hey! Lepaskan tanganmu dariku!"

"Kalau aku tidak mau?" Mijoo menatap tajam lelaki yang berada disampingnya kini.

"Ikut aku." Ucap lelaki itu lagi masih merangkul pinggang Mijoo dan mereka pun melangkah ke suatu tempat.

"Bisakah kau tidak merangkulku seperti ini? Kita menjadi pusat perhatian banyak siswa." Bisik Mijoo pelan.

"Abaikan saja mereka. Lagipula apa salahnya mereka melihat kita seperti ini? Kau tunanganku dan tidak lama lagi kita akan menikah. Bukankah ini baik untuk kita membiasakan diri?" Mijoo tertegun mendengarnya. Tidak biasanya Mark bertingkah seperti ini padanya.

Akhirnya mereka pun tiba di koridor sekolah yang cukup sepi. Mark melepas rangkulannya dan kini menggenggam kedua tangan Mijoo. Mijoo hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Mark..."

"Mijoo... aku tahu hubungan kita tidak pernah baik, aku tahu kau tidak pernah menyukaiku dan selalu mendorongku menjauh ketika aku mendekat padamu." Mijoo menatap lelaki itu.

"Aku tahu, aku tidak bisa dan mungkin tidak akan pernah bisa meruntuhkan dinding yang kau bangun diantara kita. Tapi... jika aku tidak bisa meruntuhkannya, bisakah aku berteriak di balik dinding itu dengan mengatakan bahwa aku menyukaimu?" Mijoo melebarkan matanya tak percaya.

"Walau aku tahu kau mungkin tidak bisa mendengarnya dengan jelas karena dinding itu, aku akan terus berteriak hingga kau mendengarnya, hingga aku kehabisan suaraku." Mijoo terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa. Ia tahu bahwa selama ini sikapnya sudah sangat keterlaluan. Ia selalu menolak kehadiran lelaki yang berada dihadapannya kini. Ia tidak ingin terluka jika ia mengikuti kata hatinya.

His Dark Side [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang