5. primadona sekolah

110 2 0
                                    


Seperti biasa hari ini Aksa juga melakukan 'ritual' bangun paginya agar tak sampai kesiangan lagi dan memperberat hukumanya.
Pagi pagi betul gadis itu sudah berjalan menyusuri trotoar dengan wajah ceria.

Sesampainya di depan sekolah cello, ia memperlambat langkah kakinya sambil mengintip ke celah celah pagar.
Ia mencari cari sosok seseorang yg biasa terduduk di bangku halaman sekolah dan menyendiri disana.
Siapa lagi kalau bukan Jihan.
Tapi kali ini, ia tak menemukan siapapun di bangku itu.
Hanya ada sekumpulan siswi yg berkerumun di halaman tersebut yg kelihatanya begitu asyik bersendau gurau.
Juga beberapa siswa yg sedang berlalu lalang, atau tengah bercengkerama ria bersama teman temannya.
Sebagian ada beberapa murid yg nampak tergopoh gopoh menuju kelasnya, meskipun masih pagi dan ada waktu setengah jam lagi untuk menunggu bel sekolah berbunyi.
Mungkin sebagian siswa yg sangat menghargai waktu, maka 30 menitpun sangat dihargai, karna masih cukup untuk menyalin 'PR' teman ke bukunya.
(Hahaha hayo,, ngaku siapa yg pernah begini kerjain PR pagi pagi?)

Aksa masih saja menanti sesosok Lelaki yg belakangan ia mulai tahu sedikit tentang nya.
Meskipun itu masih dia dengar dari cerita cello.

"Kemana ya, cowok itu? Biasanya jm segini udah adaa.. Disana" gumam Aksa dalam hati.

Dengan rasa penasaran yg menjulang terlalu tinggi dalam dikiranya, ia masih saja mengintip dari celah celah pagar sekolah itu.
Ia belum juga melihat sosok yg dinanti nantikanya akan segera berjalan ke bangku itu dan duduk disana.
Setidaknya Ia berharap, Ia bisa melihat wajahnya meskipun dari kejauhan.

"Hey! "

Sebuah tepukan keras di pundaknya, telah berhasil membuat jantungnya Hampir saja copot.
Karena Kaget.

"Ya ampun cell, km ngagetin banget sih! Untung aja gak jantungan diriku! "

"Hehe, maaf sa.. Lagian ngapain sih, celingukan disitu? Nyariin.. Jihan ya" jawab cello sambil memicingkan matanya dengan senyuman nakalnya.

"Eh, oh apaan sih! Ga kok! Aku nggak nyariin jihan.. " nada Aksa sedikit gugup dan grogi, atau mungkin perasaan malu membuatnya malah salah tingkah.

"Trus, ngapain tuh intip intip disitu.. "

"Aku.. Aku.. Nyari.. Nyariin kamu! Iya nyariin kamu! Lagian kemarin kamu kemana sih, aku nyariin kamu di toko buku tapi nggak ada! " Dusta Aksa mengalihkan pembicaraan.

"Oh, ya ampun! Sorry, sa waktu itu aku bolak balik telfon kamu tapi nomor kamu nggak aktif. Aku tungguin kamu juga lama banget, sih dan aku harus jemput adek aku di rumah nenek. Maaf ya Aksa, aku bener bener terpaksa ninggalin toko" jawab cello sambil menepuk Jidatnya.

"Oh, gitu. Yaudah sih gapapa santai aja, nggak perlu minta maaf gitu. Aku ngerti kok cell, lagian salah aku juga. Akunya nelat dan ngaret. Dan masalah hape, aku gak punya hape untuk sementara waktu cell"

"Loh kenapa Sa? Emang hape kamu kemana? "

"Rusak, karna jatoh cell! "

"Owh, gitu.. Yaudah nanti kalau udah punya hape baru, kabarin aku yah! " ujar cello penuh Harap dengan senyumanya yg manis, dan semakin membuat matanya yg sipit makin menyipit ketika ia tersenyum.

"Oke beres deh! Yaudah aku mau lanjut jalan ke sekolah aku dulu, takut telat. Bye cell! "
Pamit Aksa.

Cello hanya mengangguk dan tersenyum penuh arti, sedang langkah cello telah perlahan menjauh, cello masih terpaku ditempatnya sambil melihat punggung Aksa yg makin lama makin jauh dan menghilang di tikungan.

**

"Hai sa! " sapa seorang siswi yg memakai kacamata dan rambutnya dikuncir kuda sambil membawa satu tumpuk buku di tanganya.

First Love Never toTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang