10. secret Admirer

109 2 0
                                    


Aku datang; dan sekejap aku akan menghilang.
Namun aku bukan asap, yang akan terbang dalam sesaat.
Aku adalah mendung; dan engkau adalah Insan.
Ku resah menatapmu kesepian.
Ku tuangkan hujan tuk mendinginkan.
Bagaimanapun kau adalah bagian.
Dalam sebuah kisah tak berjudul.

Aku heran; kau bertahan dalam kedinginan.
Itu membuatku tak tega.
Kuredakan Hujanku.
Kuhadiahkan kau goresan pelangi ku.

Engkau angkuh; enggan menatapku.
Tapi kutau, betapapun bersisi keras.
Kau tetaplah manusia.
Kini aku melihat; kau menengadah.
Tersenyum menatap kearahku.
Pucat pasi wajahmu.
Aku tau yg selama ini kau lalui tidaklah Indah.

Namun aku akan selalu menatapmu.
Dari sini..

To: zianathan eza

Ia masih saja terduduk ditempatnya.
Ia lipat kembali kertas itu, ia selipkan di dalam bukunya.
Ia mengingat ingat kembali, siapa orang yg begitu peduli padanya.
Sampai sampai mengiriminya sebuah surat dalam puisi.
Dan menaruhnya ditempat dimana ia sering menyendiri.
Bangku halaman sekolah favoritnya.

Suara riuh para siswa memenuhi seluruh halaman sekolah.
Ia terdiam ditempatnya, tidak ada selera sama sekali untuk berbaur dengan mereka.
Ia tersenyum kecut.

"Han, jangan lupa ya! Setelah ini pelajaran pertama kita olahraga. Siapain diri buat ngelawan rico and the gank! "
Seru didit, seorang lelaki yg juga salah satu siswa di sekolah ini.
Ia juga adalah anggota tim basket Jihan. Sekaligus teman satu kelasnya.
Selain tampangnya yg lumayan, namun didit juga salah satu murid dengan predikat goodboy.
Ia supel dan pandai bergaul.

Tidak ada sahutan dari Jihan, yg masih stay cool ditempatnya.
Didit mengerti bahwa Jihan memang seperti itu, bukan hal yg tabu Jika Jihan tak menghiraukannya.
Sedikit banyak Didit tahu, bahwa Jihan sebenarnya adalah orang yg Asik.
Dulu mereka sangat Akrab ketika pertama kali dipertemukan saat pertama kali MOS di Sma ini.

Jihan adalah orang yg menolongnya, ketika Ia dikerjai oleh senior usil yg menguncinya di toilet sekolah.
Setelah kejadian itu, mereka sering ngobrol dan membicarakan banyak hal.
Jihan orang yg ramah dan ceria, tak jauh berbeda dengan dirinya.

Mungkin karena persamaan karakter dan hobby merekapun dekat sampai jadi satu dalam tim basket.
Namun di suatu saat, Jihan berubah menjadi dingin.
Dan tidak berbicara kepada siapapun, termasuk dirinya.
Ia sadar bahwa ada satu hal besar yg menimpanya, sampai membuatnya tak percaya pada siapapun untuk sekedar diajak berbagi cerita.

Didit melangkah mendekat ke arah Jihan.
Ia mengambil posisi duduk disebelah Jihan.

"Aku tau han,kamu nggak percaya sama siapapun. Dan aku juga menghargai itu. Aku mengerti. Tapi, nggak ada yg akan selesai Jika kamu hanya diam. Tidak ada hal yg berubah dan berkembang didunia ini Jika hanya Di diamkan" Didit menepuk pundak Jihan.

Jihan menatap kearahnya.
Ia tersenyum tipis.

"Baiklah! I trust you kapten! " Didit mengerdipkan matanya, beranjak dan bergegas pergi meninggalkan Jihan ditempatnya.

Lelaki tampan itu menatap keatas langit.
Ia merasa, ingin sekali terlepas dari kesepian yg menikamnya selama ini.
Namun tak dapat dipungkiri, ia juga amat menikmati kesendiriannya.
Ia mengambil nafas dalam dalam, dan menghembuskannya perlahan.
Matanya terpejam.

Sesaat ia merasa sedikit tenang, matanya ia buka perlahan.
Ia melihat saudara kembarnya, berdiri lumayan jauh dari tempatnya.
Ia nampak berbincang bincang dengan segerombolan siswa lainya, sesekali mereka tampak tertawa bersamaan.

First Love Never toTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang