6. Perahu kertas

100 1 0
                                    


Sinar Mentari yg mulai menampakan dirinya dari Timur, cahayanya yg kekuning Kuningan nampak menghiasi beberapa sisi pohon, daun dan semak semak belukar.
Nyiur pohon kelapa, yg tertiup angin sepoi sepoi.
Daunya seolah melambai lambai.
Ombak laut yg menggulung gulung perlahan.
Dengan pasti menuju ketepian, membasahi pasir pasir putih di garis pantai.
Gemuruhnya menggelegar menghantam karang ditengah lautan.

Sebuah kapal nelayan nampak berlayar ke tepian.
Melabuhkan perahunya ditepi pantai.
Para awak kapal yg terdiri dari empat orang, tengah turun dan mendorong kapal mereka ke atas pasir.

Seorang Gadis kecil berusia 10 tahunan, tengah menikmati udara pagi.
Sembari melihat kapal nelayan yg berlabuh.
Matanya yg putih bersih menunjukkan betapa polos dirinya.
Rambutnya Hitam terurai panjang, kulitnya putih dan bersih, wajahnya mungil.
Wajahnya berbinar, menyaksikan hamparan laut dihadapanya.
Sebelum sebuah suara tangisan anak kecil, mengganggu konsentrasinya.
Ia dengarkan suara itu baik baik, dan mulai mencari Sumber suara.

"Hiks.. Hiks.. Hiks.. Hiks.. "

Suara tangisan itu masih jelas terdengar, dan gadis kecil itu menghampiri seorang lelaki kecil yg usianya hampir sama dengan dirinya.
Tengah membenamkan kepalanya diantara kedua kakinya yg ia peluk erat.
Hanya suara tangisanya yg terdengar jelas.
Gadis itu berjalan perlahan dan menghampirinya.

"Kamu kenapa nangis? "

Lelaki kecil itu mengangkat wajahnya, ia melihat sesosok gadis kecil yg begitu cantik.

"Kenapa kamu diam? " tanyanya lagi, setelah melihat ia tak juga menjawab pertanyaanya.

"Aku, ingin naik perahu hiks hiks hiks" air matanya tumpah kembali.
Sambil menunjuk kearah perahu nelayan yg tengah berlabuh.

"Kamu ingin naik perahu seperti mereka? Kenapa kamu tidak minta pada mama kamu? "

"mereka melarangku, hiks.. "

"Tunggu sebentar ya,, "
Lelaki kecil itu nampak bingung melihat, gadis yg ada dihadapannya berlari dari dirinya.

Beberapa saat kemudian gadis kecil itu datang kembali.

"Ini, aku bawakan perahu untukmu" katanya sambil menyerahkan sebuah perahu kertas.
Lelaki kecil itu tersenyum.

Ia menerimanya dan berkata "terima Kasih, apakah aku bisa berlayar dengan perahu seperti ini? " tanya nya lagi.

"Kamu tidak bisa berlayar dengan perahu itu, tapi kamu bisa menuliskan sebuah permintaan pada Tuhan. Dan perahu itu yg akan menghantarkan pesanmu padaNya"

"Benarkah? "

"He--em" gadis itu mengangguk, lalu ia duduk disampingnya.

"Namamu siapa? "

"Aku Aksa.. Kalau kamu ?" gadis itu tersenyum manis sekali.

"Aku eza.. "

Mereka tersenyum dalam tatapan mata yg saling beradu, seperti menyudahi rindu.

"Lalu bagaimana caranya agar perahu ini bisa berlayar ke tengah tengah sana " tanya eza dengan wajah polosnya.

Aksa mengambil sebuah botol, secarik kertas dan sebuah pensil.

"Kamu tulis permintaan kamu disini"

Aksa memberikan secarik kertas, yg kemudian diterima eza.
Dan eza nampak menulis sesuatu dgn sebuah pensil.
Ia menggulung kertas itu dan memberikanya pada Aksa.
Lalu, Aksa memasukan perahu kertas yg ia buat dan gulungan kertas itu ke dalam botol.

"Kita akan melemparnya ketengah lautan, dan nanti ombak laut akan membawa dan menyampaikan permintaan kamu"

"Baiklah"

First Love Never toTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang