11. kuputuskan Menemuimu

28 0 0
                                    


"Bukankah sejak dulu kamu nggak pernah berbaur dengan siapapun..?
Kenapa aku melihat ada yg lain dalam dirimu..? " dengan nada datar cello menatap saudara kembarnya dengan tatapan dengki.

"..."

Meski sebenarnya Ia tau bahwa jihan tak akan menjawab apapun namun, sisi egonya yang begitu keras, seolah memaksanya untuk selalu bertanya pada jihan.

Jihan terpaku di tempat duduknya, ia meresapi setiap inci kejadian yg selama ini mengganggu ingatanya.
Meski ia tlah berusaha untuk tidak berkata dan berucap apapun dengan setiap orang yg ia temui bahkan ia kenal.
Ia merasa menjadi pribadi yg kosong, tak ada warna dalam dirinya.
Begitu saja perkataan cello yg tak ia hiraukan sekalipun, maka berbeda dengan kali ini.
Ia merasa setuju dengan ucapan cello.

Bukan kah selama ini aku sudah menutup diriku.
Telingaku, penglihatanku termasuk hatiku.
Sampai beku, benar benar beku.
Rasa apa ini?
Aku begitu tenang ketika gadis itu dihadapanku.
Sama ia tetap sama.
Gadis kecil yg riang dan selalu datang saat aku terpuruk.
Ia tetap sama.

Tak membantah perkataan hatinya, jihan memutuskan untuk beranjak dari tempatnya.
Ia pergi begitu saja melalui cello yg masih Setia ditempatnya berdiri.

**

Di sebuah kamar yg berwarna biru tosca seperti biasa Aksa melamun menatap langit langit kamarnya, dengan posisi telentang ditengah kasurnya yg nyaman ,sambil memeluk sebuah buku tebal yg sedari kemarin gagal ia kembalikan pada pemiliknya.

Ia berfikir bagaimana caranya untuk bisa bertemu dan bicara dengan eza.
Pikiranya melayang jauh,mengingat kejadian" yg secara tidak sengaja selalu mempertemukanya dengan eza.
Tiba tiba saja ia ingat sesuatu

LAPANGAN..

Ia teringat lapangan yg membuatnya bertemu dengan eza ditengah guyuran hujan deras.
Ia tersenyum simpul dan mulai beranjak dari tempat tidurnya.

Okay,dewi fortuna please stay with me..
Pertemukan aku denganya sekali lagi..

Ia mengganti bajunya dengan kilat dan bergegas keluar kamar menuruni anak tangga.

"Ma,aksa keluar dulu yaa.."

"Kemana sa ? Buru2 banget " sahut mamanya yg sedang sibuk memotong duri2 di tangkai mawar.
Dan sesekali menaruhnya di sebuah pot,merangkainya sebagai hiasan rumah.

"Keluar bentar ma, mau ke toko buku aksa buru2.. Bye !"
Jawab aksa tergesa" sembari nyelonong keluar

" hati hati !" sahut mama aksa sambil menggeleng"kan kepala melihat tingkah anaknya.

***
Ditengah lapangan basket sebuah komplek perumahan,terlihat
Seorang laki laki bermata cokelat yg tak lain adalah jihan.
Nampak ia mendribel bolanya berlari kesana kemari memainkan bola ditanganya dan sesekali memasukanya dalam ring basket.
Di tengah terik panas yg membuat tubuhnya berkeringat hebat,tak membuatnya berhenti melakukan hobby nya
Fikiranya masih sama kosongnya,semenjak adik kembarnya selalu mengingatkanya akan seorang gadis.
Tiap kali ia mengingat perkataan cello,semua kata" itu membawanya ke dalam kejadian 10 tahun silam.
Sebuah kecelakaan tragis yg tlah merenggut nyawa kedua orang tuanya.

**
Di kejauhan nampak Aksa sedang tersenyum mengawasinya.

Thanks God.. Akhirnya ketemu juga disini

Gumam Aksa dalam hati.
Ia melangkah pasti mendekat i lapangan basket.

Pelan pelan ia menikmati apa yg ia Lihat.
Hatinya sungguh tenang,melihat jihan walau dari kejauhan.
Ia peluk buku yg selama ini ingin ia kembalikan pada jihan.
Ia terdiam di pinggir lapangan,menunggu jihan menyelesaikan kegiatanya dengan sabar.

Tak disangka Jihan merasakan kehadiran Aksa disana.
Ia berhenti memainkan bolanya.
Terpaku sejenak lalu memutar kepalanya mencari sesosok Gadis yg sedari tadi memperhatikanya.

Pandangan mereka bertemu dari jarak beberapa meter,ditengah terik panas mentari dan cuaca yg amat cerah.

Aksa memantapkan hati untuk melangkah lebih dekat menemui Jihan.

"Haii.." sapa Aksa memecah keheningan

"..."

" kamu ngga harus jawab kok hehe aku cumaa.. Mau ngembaliin ini sama kamu.."

Aksa menyerahkan sebuah buku tebal
Jihan menatapnya datar

"Ambil.. Ini punya kamu kan?" tanya Aksa meyakinkan Jihan.
Namun Jihan masih bergeming,tidak sepatah katapun terucap.
Hanya tatapan matanya yg seolah mengiyakan,tatapan mata yg selalu sama disaat mereka bertemu.

Hati Aksa selalu merasakan hal aneh setiap kali kedua mata itu menatapnya lekat lekat.

"Terimakasih..." jawab Jihan lirih sambil menerima buku yg disodorkan Aksa kepadanya.

Untuk kedua kalinya Aksa mendengar suara Eza.. Ditempat yg sama.

Oh my god.. Mimpi apa aku semalam..
Aku denger dia ngomong lagi sama aku ditempat yg sama..huhu batin Aksa

"Heii.." sapa Jihan sekali lagi.. Dan kali ini berhasil membuyarkan lamunan Aksa.

"Eh maaf2 habisnya Aku kaget setiap kali denger suara kamu.." jawab Aksa asal karena 'salting'

"By the way,rumah kamu daerah sini? Soalnya kita udah 2x ketemu disini ditempat yg sama hehe "

Jihan mengangguk,mengiyakan pertanyaan Aksa.
Sembari melirik sebuah kursi taman di tepi lapangan yg nampak teduh karena berada di bawah pohon beringin yg rindang.

Aksa yg mengerti maksud Jihan langsung bergegas berjalan bersama menuju kursi taman.

Mereka duduk berdampingan.
Nampak Aksa yg sedikit kikuk antara bingung dan seneng.

Jihan nampak mengambil sesuatu dr ransel yg ternyata sudah ia letakkan di kursi tersebut sedari tadi.
Sebuah buku bersampul biru
Ia menyodorkanya kepada Aksa.

"Punya kamu kan.."

"Eh..ini kan buku yg aku cari cari.. Ternyata ketuker sama kamu.. Kok bisa ya..kebetulan banget.."

Jihan tersenyum kepada Aksa

Aksa dengan muka polosnya menerima buku itu dengan heran sekaligus campur aduk perasaan grogi yg dialaminya saat berdekatan secara langsung dengan laki laki yg selama ini membuatnya penasaran setengah mati.

Aksa membalas senyumanya..

Sebuah perasaan aneh yg melanda keduanya..

Sedangkan nampak di kejauhan seorang lelaki yg tak lain adalah cello,tengah berdiri dengan tangan di saku celananya.
Berdiri tegap dengan tatapan dingin melihat Jihan dan Aksa yg nampak dekat satu sama lain.

Tidak lama angin seketika berhembus kencang langit yg tadi sangat cerah dengan terik matahari membakar kulit,sekejap saja berubah menjadi mendung.
Suara petir menggelegar.

Cello berlalu pergi meninggalkan tempatnya berpijak.

Sedangkan Aksa dan Jihan yg masih terpaku keheningan kini nampak sedikit panik melihat cuaca yg tiba" berubah drastis.

"Kenapa panik gitu? Cuma hujan kok " ujar Jihan

"Kamu.. Suka hujan? "

" Suka.."

"Alasanya?"

"Terkadang kita menyukai sesuatu tanpa Alasan.. Hanya karna kita nyaman aja dengan itu"  jawab Jihan santai sambil berlari ketengah lapangan dan mengisyaratkan kepada Aksa untuk bergabung denganya.

Aksa tersenyum lebar dan menyusul Jihan ketengah lapangan,mereka memulai permainan.
Sedangkan Hujan pun mengguyur dengan derasnya.
Dingin Air hujan tak mampu memisahkan kehangatan hati mereka saat ini.
Aksa dan Jihan nampak menikmati kebersamaan  mereka.
Sesekali nampak Jihan tertawa Lepas,dengan Aksa yg juga tertawa bahagia.
Ditengah guyuran Hujan dan sebuah bola Basket yg menjadi Saksi atas pertemuan mereka hari itu.

***


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First Love Never toTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang