MB - Chapter 4

72.2K 4.8K 260
                                    

Haiii akhirnya Up lagi.. maaf ngaret yaa... walau nggak serame MBA #1 tapi aku seneng bgt karena banyak yg nunggu cerita ini.. huehehhehe apa lagi jika liat Vote nya di tiap chapter.. aku jadi makin semangat 45 hahhahaha okay happy reading... :)

"Kak.." Panggil Felly. Tanpa di duga, Felly memeluk tubuh Raka erat-erat. "Terimakasih. Karena kak Raka sudah mau menjadi kakakku." Ucapnya kemudian.

Raka hanya menganggukkan kepalanya. 'Jika aku boleh memilih, aku tak pernah ingin menjadi kakakmu. Karena aku hanya ingin menjadi suamimu...' Ucap Raka dalam hati.

***

Chapter 4

Satu minggu berlalu setelah kejadian itu, Felly menjalani harinya kembali seperti semula. Hari ini adalah hari pertama ia membuka toko ice creamnya setelah seminggu tutup. Felly sedikit lega karena sampai saat ini tak ada yang berbeda dengan dirinya.

Ia tak hamil, bisa di bilang belum. Dan Felly benar-benar berharap jika dirinya tidak hamil.

Bukan karena ia menolak menikah dengan Raka. Percayalah, Felly benar-benar menginginkan Raka menjadi suaminya. Tapi tentu bukan karena ia hamil. Felly tak ingin jika kehamilan mau tak mau mengikat Raka menjadi suaminya, membuat lelaki itu terpaksa bertanggung jawab padanya. Felly benar-benar tak menginginkan hal itu.

Felly menatap jari manisnya yang di sana sudah melingkar cincin pemberian dari Raka. Kemudian seulas senyuman terukir di wajahnya. Cincin itu begitu sederhana tapi melihatnya saja membuat hati Felly berbunga-bunga.

'Dalam beberapa bulan ke depan, kamu tetap menjadi calon istriku..' Ucapan Raka itu terngiang di telinganya. Calon istri?? Betapa senangnya Felly jika perkataan itu di ucapkan Raka dengan tulus penuh cinta, bukan karena keterpaksaan untuk bertanggung jawab.

Felly memejamkan matanya frustasi. Astaga... sejak malam itu, ia tak pernah lagi bertemu dengan Raka. Ia masih merasa malu dan canggung jika berhadapan dengan lelaki tersebut.

Raka sudah berkali-kali ingin menemuinya sepulang kantor, tapi Felly memilih mengurung diri di dalam kamarnya sambil berpura-pura tidur. Kini sudah satu minggu berlalu, dan Felly tak mungkin terus-terusan bersikap seperti itu pada Raka.

Setelah menyiapkan diri, Felly mengintip ke arah rumah Raka. Mobil lelaki itu masih terparkir di halaman rumahnya, itu tandanya jika Raka masih di rumah. Felly melirik ke arah jam di kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, tumben sekali kakaknya itu belum berangkat.

Akhirnya Felly memilih turun dari kamarnya, menuju ke meja makan. Di sana sudah ada Dara, mamanya yang masih sibuk membersihkan sisa sarapan.

"Pagi Ma.." Sapa Felly.

"Pagi sayang.. Astaga.. Akhirnya kamu mau turun juga."

"Aku bosan di kamar."

"Siapa suruh kamu mengurung diri di kamar?" Dara kemudian melirik ke arah jari manis Felly yang ternyata sudah di lingkari sebuah cincin sederhana. "Tunggu dulu.." Ucap Dara sambil meraih telapak tangan Felly dan menatap lekat-lekat cincin tersebut.

Dengan cepat Felly menarik tangannya. "Apaan sih Ma.."

"Jadi Raka benar-benar melamarmu?"

Felly tak tau harus menjawab apa, karena ia sendiri bingung sebenarnya apa hubungannya dengan Raka saat ini.

"Nggak tau."

"Loh kok nggak tau? Dia juga memakai cincin yang sama dengan cincin ini Fell.. lagi pula dia sudah melamar kamu di hadapan mama dan papa."

"Apa??"

"Ya, dan kami menerimanya."

"Mama.. ini nggak seperti yang mama kira, astaga.."

My Beloved Man (MBA Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang