Sudah satu minggu Luna tak bertatap muka dengan Alvien. Dan di hari ini ia kembali melihat sosok itu tepat dihadapannya, jantungnya kembali berdebar sangat cepat, mata mereka beradu, Luna merasakan hatinya sakit lagi, tatapan Alvien membuat Luna ingin berteriak mendengar penjelasan dari Alvien. Tapi ia menyadari kalo apapun yang dikatakan Alvien tidak akan mengubah semuanya.Alvien sangat terkejut melihat Luna ada didalam kelas ini, dia mengerti mengapa Luna selama ini menjauhinya. Melihat Luna disini membuat hatinya sakit, dia sadar bakal kehilangan seseorang yang dia sayangi.
Luna memalingkan wajahnya dari Alvien. "Kita mau praktik ya?" Tanya Luna.
"Iya, Prof.awan hari ini ada rapat, makanya kita praktik sama kakak asisten Prof." Jawab Maya teman sekelas Luna, yang duduk disampingnya.
"Hmmm.." Luna menggigit bibir bawahnya, berpikir cara supaya dia bisa menjauhi Alvien. "Kalo aku keluar kelas aku gak bakal dapat apa2 kuliah hari ini, lagian aku udah gak masuk beberapa hari. Oke lah setidaknya aku harus bisa menjauhi pandangan matanya." Gumam Luna dalam hati.
"Ok semuanya, praktik dilanjutkan dengan senior kalian Alvien dan Rama. Saya pergi dulu ya." kata Prof.awan tersenyum kearah mahasiswa dan berjalan menuju pintu.
"Adik adik semua, pasti sudah kenal dengan kami disini. kita langsung aja ya,, tolong bagi dua kelompok, yang duduk 2 baris kiri ini praktik dengan saya dan yang kanan praktik dengan Kak Alvien." Rama terlihat ramah dan tersenyum.
Karena Luna duduk dibagian kanan otomatis dia akan praktik dengan Alvien. Luna pun segera pindah tempat duduk kebagian kiri tanpa diketahui oleh seniornya.
Alvien terlihat sedikit lega karena Luna berada dikelompoknya, tanpa dia sadari kalo Luna sudah berpindah kelompoknya Rama.
Satu setengah jam sudah berlalu, praktik hari ini pun selesai. Luna secepat mungkin membereskan bukunya dan memasukannya kedalam tas. Dan ia pun bergegas keluar kelas, baru mau sampai pintu keluar tangannya sudah ditarik seseorang, semua orang jelas kaget melihat Alvien menarik tangan Luna.
Luna melirik ke Alvien sekilas, kemudian menunduk lagi. dia tak tahan beradu tatap dengan Alvien.
"Luna, saya mau ngomong sama kamu, berhubung nilai kamu paling jelek dikelas ini." Alvien menjawab pertanyaan orang-orang yang menatap mereka berdua.
"Vien?" Tanya Rama bingung melihat nilai Luna dikertasnya adalah nilai paling bagus diantara yang lain.
Alvien langsung melotot kearah temannya untuk diam. "Semuanya boleh keluar kecuali Luna."
Luna hanya bisa pasrah dan mencoba mengontrol emosinya. Dia mencoba agar tidak menangis didepan Alvien. Satu persatu mahasiswa keluar kelas, tinggallah hanya mereka bertiga.
"Kamu duluan aja Ram, aku ada perlu sama Luna." Kata Alvien memberi aba-aba ke Rama untuk menutup pintu kelas. rama terlihat bingung tapi dia tetap mengikuti perintah Alvien.
Kini hanya tersisa Luna dan Alvien. Alvien melihat kearah Luna, dia sangat merindukan wanita didepannya ini. Tanpa mengucapkan apapun Alvien langsung memeluk Luna, dan Luna menangis dipelukan Alvien.
"Sayang maafin aku." Kata Alvien dengan perasaan menyesal.
Luna mencoba mengontrol dirinya untuk tidak terperdaya dengan Alvien lagi. Dan ia mulai melepaskan pelukan Alvien. Meskipun dalam hati kecilnya ia merasa senang dan nyaman saat Alvien memeluknya.
"Kak, semuanya sudah berakhir." Kata Luna sambil menahan tangisnya.
"Tapi Lun, aku gak bisa."
"Terus kakak maunya apa?? Tetap menjadikan aku selingkuhan?? Kakak pikir aku ini cewek apaan. Aku tulus menyukai kakak, aku tulus menyayangi kakak, tapi apa? Ternyata aku hanya selingkuhan kakak, aku hanya mainan buat kakak." Suara Luna sedikit meninggi.
Alvien tidakbisa berkata apa-apa lagi, ia hanya bisa diam mendengar perkataan Luna.
"Selama ini aku yang bodoh selalu percaya sama kakak."
"Maaf.. aku mencintai kamu benar-benar tulus, aku sangat menyayangi kamu. Tapi disisi lain aku juga gak bisa ninggalin Mia."
Mendengar nama Mia disebut semakin membuat hati Luna merasa tersayat-sayat. Dan ia langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
Sesampainya dirumah ia langsung merebahkan dirinya diatas kasur empuknya. Tiba-tiba terdengar suara mama memanggil namanya.
"Lun. Luna turun sebentar, mama mau minta tolong." Teriak mamanya dari lantai bawah.
Luna pun segera turun kebawah. "Ada apa ma?"
"Ini ada berkas papa kamu yang ketinggalan, tadi papa nyuruh mama nganter ini kekantornya, tapi kan mama lagi masak, kamu bisa tolong mama antar ini kekantor papa?" Tanya mama yang masih menggunakan celemek.
"Iya Ma, aku ganti baju dulu ya."
"Kamu naik taxi aja ya biar cepat."
"Iya ma." Luna berbalik menuju anak tangga.
"Lun, sebentar."
"Ada apa Ma?" Tanya Luna berbalik melihat kearah mamanya.
"Kamu habis nangis?"
"Ngga ko ma." Luna buru-buru naik keatas.
Sesampai dikantor papanya Luna menuju lift karna papanya bekerja dilantai 5. Lift nampak penuh, dilantai 4 lift berhenti dan semua orang turun kecuali Luna, waktu pintu mau ditutup tiba-tiba tangan seseorang menahan pintu liftnya, pintu lift pun terbuka nampak seorang cowok berdiri didepan lift dan ia masuk kedalam lift.
Sesampai dilantai 5 Luna keluar dari lift, ia tidak menyadari kalau cowok didalam lift itu memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Cinta !!
Teen Fiction"Ahhh,, kenapa kau Tega melakukan itu." Luna menangis sekencang-kencangnya dikamar. Percintaan Luna dan Alvien ternyta berjalan tidak semulus perkiraannya. Akan kah Luna mampu bertahan tanpa Alvien di sisinya, atau kah ia menemukan pengganti Alvie...