Perasaan

361 31 0
                                    

"Kenapa muka kalian gitu banget abis denger gue baca surat ini? Wah... kalian cemburu yaa?" Goda Gina yang membuat Fredo dan Aldi salah tingkah. Pristin menatap Fredo dan Aldi dengan tatapan heran.

"Ng..ng.. nggak kok" jawab Fredo dan Aldi gugup. Sontak membuat keduanya curiga dan Pristin semakin bingung.

"Kalian kenapa?" Tanya Pristin dengan polosnya.

"Nah kan.. bener kan kalian cemburuuu" goda Gina menjadi - jadi.

Fredo dan Aldi hanya membeku tanpa sepatah katapun dan pada detik selanjutnya mereka beranjak keluar. Fredo menuju taman belakang sedangkan Aldi menuju lapangan basket. Keduanya sibuk dengan fikiran mereka masing - masing. Sedangkan Pristin semakin bingung dengan keduanya.

"Mereka berdua kenapa ya Gin?" Tanya Pristin dengan polosnya.

"Lo itu ya emang super gapeka!" Jawab Gina gemas dengan pertanyaan Pristin.

"Lo mah gaasik!" Gumam Pristin lalu beranjak keluar kelas.

"Eh lo mau kemana Pris? Yaelah lo mah ngambekan. Ini kado gimana Pris?" Oceh Gina

"Ambil aja" teriak Pristin kemudian bergegas keluar.

"Makasih Pristin cantikkk" balas Gina tak kalah kerasnya dengan suara Pristin.

◐◐◐

Pristin berjalan menyusuri koridor sekolahnya dengan santai. Namun hatinya resah dan fikirannya tertuju pada sikap Fredo dan Aldi yang aneh.

Pristin menyusuri koridor sampai kakinya menuntun ke bagian belakang sekolah. Langkahnya terhenti saat melihat seseorang didalam jaring tinggi disebrang sana. Sedang memainkan bola coklat dengan gusar dan penuh emosi.

"Kenapa perasaan ini muncul disaat yang gk tepat! Arrghh..! Lo bodoh Di! Dia sahabat lo!" Teriaknya menyalahkan diri sendiri dengan melempar bola coklatnya kearah ring dengan sekuat tenaga.

'Perasaan? Sahabat?' Gumam Pristin bingung dengan apa yang diucapkan lelaki tersebut.

Dengan rasa penasaran yang membuncah Pristin pun memberanikan diri untuk masuk kedalah lapangan dan menghampiri orang tersebut.

Laki - laki tersebut tak menyadari jika Pristin menghampirinya. Ia yang tengah duduk memunggungi Pristin sambil bergumam tak jelas. Namun, Pristin masih bisa mendenger karna jarak mereka yang cukup dekat.

"Maafin gue Pris.. maafin gue. Gue gak seharusnya punya perasaan kayak gini ke elo!" Gumamnya sambil menutup wajahnya.

Pristin semakin bingung dengan apa yang didengarnya sejak tadi. Dengan penuh hati - hati Pristin mencoba menyadarkan lelaki tersebut akan kehadirannya dengan menepuk bahunya pelan.

Pristin tak menyangka akan respon yang ia dapatkan, lelaki tersebut terkejut bukan main saat mengetahui seseorang yang menepuk bahunya. Pristin tersenyum kikuk saat lelaki tersebut menatapnya dengan raut wajah terkejut.

"Pris....tin" ucapnya tergagap

"Sejak kapan lo disini Pris?" Tanya lelaki tersebut.

"Emm.. sejak lo teriak - teriak sambil ngelempar bola gusar tadi" jelas Pristin dengan polosnya.

Lelaki tersebut seketika membeku dengan jawaban Pristin.

"Lo kenapa? Ada masalah? Kenapa gak cerita?" Tanya Pristin dengan lembutnya berharap lelaki tersebut mau menceritakan keresahannya.

"Lo gak denger semua kalimat yang gue ucapin kan?" Tanyanya kawatir.

"Denger kok" jawab Pristin dengan santainya membuat lelaku tersebut membeku untuk kesekian kalinya.

'Bodoh! Bodoh! Kenapa lo bisa gak nyadar ada Pristin disini!' Batinnya

Pristin mengibaskan tangannya didepan wajah lelaki tersebut berusaha menyadarkan dari lamunannya.

"Lo kenapa?" Tanya Pristin setelah lelaki tersebut sadar dari lamunannya.

"Gapapa kok. Gak usah lo pikirin ucapan gue tadi anggep aja gue gak ngomong apa - apa" pinta lelaki tersebut.

"Tapi gue terlanjur denger dan kepo" jawab Pristin dengan jujurnya.

▲▲△△▲▲△△▲▲△△▲▲△△▲▲

jangan lupa tinggalin jejak;)

VOTE★★★

COMMENT:*

TAMBAH KE READING LIST KALIAN:*

FOLLOW AUTHORNYA;)

Baca juga cerita pertama + kedua gue:
  1. KEJEBAK NYAMAN
2. RAINBOW IN THE STAIN RAIN

Cerita ketiga ini gue buat pendek perchapternya. Cuman 500 kata.

Slow publish, minim 10 vote perchapter gue baru publish chapter berikutnya:)

Penulisan : 17/09/ 2016
Publish : 6/11/2016


RASAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang