Flashback!

244 16 0
                                    

*flashback

Jam dinding minions itu menunjukkan pukul 02.15 dini hari.

"Aaaarggh..." elung seseorang sambil memegangi kepalanya dengan kuat - kuat.

"Mama.. papa.. tolong..." teriaknya

Kedua orang yang dipanggil pun terjaga dari tidurnya. Dengan cepat mereka berdua menuju kamar putri semata wayangnya.

Dibukanya pintu dengan kasar oleh Papa Pristin.

Menampakkan kondisi mengenaskan seorang Pristin Grastania. Wajah pucat berlumur darah dari hidungnya. Rambut acak - acakkan. Bahkan ranjang sudah tak berwujud lagi.

"Sayang kamu kenapa?" Tangis mama Pristin pecah saat melihat kondisi anaknya dari dekat.

"Kepala Pristin sakit ma. Sakit" adu Pristin sambil memijat kepala bahkan menarik rambutnya dengan sekuat tenaga.

"Kita kerumah sakit sekarang!" Ujar Papa Pristin kemudian menggendong anaknya dengan sigap.

*rumah sakit

Papa Pristin menggendong Pristin keluar dari mobil dengan sigapnya berlari kecil memasuki rumah sakit.

"Dokter! Suster! Tolong siapapun! Tolong anak saya!" Teriak papa Pristin berlari kedalam rumah sakit

Terdengar suara roda pembaringan menuju kearah Pristin dan papanya.

"Pa... sakit pa sakit. Pristin gak tahan" desis Pristin sambil menjambak rambutnya.

Papa Pristin pun meletakkan Pristin pada pembaringan. Kemudian membantu suster mendorong pembaringan tersebut menuju UGD.

"Bapak dan Ibu bisa tunggu diluar dokter akan menangani anak bapak dan ibu" ujar seorang suster menginterupsi papa dan mama Pristin.

30 menit kemudian.

Pintu ruang UGD terbuka menampilkan dokter yang keluar.
"Dok bagaimana keadaan anak saya?" Tanya Mama Pristin dengan air mata yang sudah menganak sungai dipipinya.

"Ibu dan bapak bisa ikut keruangan saya"

"Baik Dok" jawab Papa Prastin.

Dengan raut wajah cemas, kawatir, takut bercampur menjadi satu dalam wajah kedua orang tua Pristin mengikuti sang dokter untuk menuju ruangannya.

*ruangan dokter

"Jadi Dok, anak saya bagaimana? Dia sakit apa?" Tanya Mama Pristin bertubi.

"Ma, satu - satu. Sabar." Ujar Papa Pristin menenangkan.

"Begini Pak - Bu, sebelumnya apa Pristin tidak pernah bercerita jika dia menderita penyakit? Atau pernah kesini sebelumnya?" Tanya sang dokter

Keduanya saling tatap dan menggeleng secara bersamaan.

"Begini Bu, anak ibu sudah pernah kesini sebelumnya. Dengan keluhan sakit kepala dan sering mimisan yang berlebihan. Saya sendiri yang memeriksanya. Saya tidak mau menduga - duga saat itu. Saya langsung melakukan tes laboraturium untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh Pristin..

Dokter tersebut memberi jeda.

"Dua hari setelah itu hasil lab keluar. Dan menyatakan bahwa Pristin menderita Kanker selaput otak yang biasa disebut meningitis stadium 2" jelas sang Dokter yang memicu tangisan dari mama Pristin.

-dua tahun setelah itu

"Dok gimana hasil labnya?" Tanya Pristin dengan raut wajah berharap

"Kankernya sudah menjalar namun tak menimbulkan efek banyak. Jujur ini suatu keajaiban menurut saya. Yang saya ketahui saat pasien menginjak stadium 3 pasti ada salah satu anggota tubuh yang tidak berfungsi. Tapi kamu tidak. Hanya mata saja yang kabur. Saya salut dengan semangat kamu, meskipun kamu tau hidupmu tak panjang lagi tapi kamu gak putus asa. Kalau kamu merasa sakit kepala yang akut langsung kesini okey?" Ujar sang Dokter.

"Siap Dok," jawab Pristin dengan senyum merekah

"Fighting" ujar sang dokter.

*flashbck off

"Pris lo kenapa?" Tanya Gina dengan cemasnya

"Kenapa Gin?"

"Wajah lo pucet banget. Kulit lo dingin. Lo sakit?" Tanya Gina dengan nada cemasnya

"Gue gapapa kok" jawab Pristin meyakinkan

"Yakin?" Tanya Aldi

Pristin pun mengangguk dengan senyuman. Dia menahan sakit yang menjalar ditubuhnya agar tak membuat sahabatnya kawatir.

"Sampe kapan sih lo nyembunyiin ini semua? Lo nganggep kita sahabat, tapi lo gak pernah cerita apapun kekita. Lo berubah tau gak Pris! Lo tuh tertutup! Lo bukan Pristin yang gue kenal lagi! Gue benci sama lo" ujar  Fredo dengan emosi yang meluap - luap kemudian pergi meninggalkan ruangan.

Aldi hanya mengatur nafas berusaha meredam emosi yang sama seperti Fredo.

"Gue sebenernya juga kecewa kaya Fredo Pris. Tapi gue tau itu makin memperburuk kondisi lo. Jangan terlalu mikirin Fredo. Gin bawa Pristin masuk. Kalian istirahat aja dulu gue mau nyamperin Fredo" jelas Aldi

"Maaf. Ada hal yang bisa duceritain kesemua orang dan ada suatu yang itu hanya kita aja yang tau. Sekali lagi maaf" ujar Pristin lemah.

Aldi pun hanya senyum dengan dipaksakan kemudian berlalu meninggalkan Gina dan Pristin.

♣♣♣♣

Vomment:) follow akun wpku kay:)

RASAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang