Rasaku

242 17 0
                                    

Saat ini Pristin tengah duduk diatas ranjang minionsnya sambil menulis sebuah surat.

Sepulang dari villa tadi Fredo masih marah bahkan Aldi pun sedikit menghindarinya. Mungkin Aldi juga marah dengan rahasianya.

Pristin POV

Jujur aku sangat bingung saat ini. Akibat rahasiaku semua menjauh bahkan sahabatku. Aku menyembunyikan hal ini hanya tak ingin membuat mereka kawatir dengan kondisiku. Karna hidup mereka lebih berarti daripada harus mengkawatirkan penyakitku.

Sakit menjalar ditubuhku. Entahlah kepalaku mulai terasa sakit bahkan kakiku terasa sangat berat saat ini. Mungkin ini salah satu efek dari penyakitku. Aku tahu aku tak sempurna [lagi]. Aku takut dengan apa yang diucapkan madam Key malam itu. Hari ini dia bilang akan ada yang menjemputku untuk menjadi bintang siriyus apa artinya Tuhan akan memanggilku? Saat ini aku hanya bisa berserah pada-Nya karna kutau penyakit ini dari-Nya jika Tuhan ingin mengambilnya dengan cara menyembuhkan atau bahkan mengajakku pulang aku pun sudah pasrah.

Namun, lagi - lagi aku membuat kedua sahabat tersayangku marah dan untuk kesekian kalinya.

Jujur kepalaku semakin sakit membayangkan semua yang telah terjadi.

"Argghh!" Teriakku yang tak kuat menahan sakit ini lagi.

Aku ingin turun namun, kaki sudah berat sunguh. Bahkan sangat berat dan sulit untuk digerakkan.

"Papa... mama.." teriakku memanggil keduanya.

Kudengar derap langkah menuju kamarku. Pintu kamarku terbuka dengan kasar menampilkan dua orang yang sangat aku cintai papa-mama.

Dengan langkah tergopoh mereka menghampiriku.

"Sayang kenapa?" Tanya mama dengan nada cemasnya. Sungguh aku tak tega mendengarnya.

"Kepala Pristin.. arggh! Sakit ma. kaki Pristin gak bisa gerak!" Tangisku mulai pecah karna tak kuat manahan rasa sakit yang menyerang.

"Kita kerumah sakit sekarang sayang. Kamu tahan ya" ujar Papa Pristin. Kemudian menggendong anaknya.

♝♝♝

Mobil berhenti didepan rumah sakit. Papa Pristin pun keluar dan mulai membawa Pristin masuk. Dengan sigap anggota medis membawanya keruang UGD.

"Pa Fredo sama Aldi suruh kesini" ujar Pristin dengan lemahnya.

"Iya sayang" jawab Papa Pristin

Dengan raut wajah cemas, kawatir, takut terpancar jelas dari wajah keduanya. Saat Papa Pristin menghubungi Fredo dan Aldi untuk kerumah sakit bertepatan Dokter keluar dan meminta papa - mama Pristin untuk masuk.

"Sayang.." sapa mama Pristin saat telah sampai disamping pembaringan sang anak

Penuh alat tertempel pada tubuh Pristin. Bunyi pendeteksi jantung terdengar memenuhi ruangan.

"Pa.. ma.. maafin Pristin. Pristin sayang kalian." Ucap Pristin dengan lemahnya

"Kalo Pristin pergi, papa sama mama bakal ngijinin kan?" Ujar Pristin yang membuat mamanya semakin menangis dalam pelukan sang papa.

-dilain sisi

Mobil jazz putih berisi Fredo dan Aldi tengah terjebak macet karna pernaikan jalan.

"Arrggh!! Kenapa macet segala sih!" Kesal Fredo sambil memukul stir mobilnya.

"sabar Do. Gue juga pengen cepet nyampe rumah sakit tapi gimana lagi kita kejebak macet" ujar Aldi mencoba menenangkan Fredo.

"Tapi Pristin nyuruh kita kesana. Dan papanya tadi juga bilang Pristin kondisinya udah parah Di. Mana bisa tenang gue" resah Fredo

Hp Aldi berdering menyuarakan lagu Alone dari Dj Marshmello.

"Papa Pristin Do" ujar Aldi

"Cepet angkat"

*via telfon
'Halo.. iya om?'
'...'
'Om bohong kan?'
'...'
'Nggak! Nggak! Nggak mungkin! Om jangan bohong! Pristin gamungkin pergi!'
'...'

Sambungan telfon pun terputus.

Dengan tatapan kosong dan air mata berlinang Aldi mengakhiri telfonnya.

"Di kenapa?" Tanya Fredo panik

Tangis Aldi makin menjadi.

"Pristin Do" ujar Aldi

"Kenapa Pristin?" Tanya Fredo dengan nada meninggi

"Pristin pergi Do." Sesenggukan Aldi mulai menggema dalam mobil.

"Kita kesana sekarang!" Ucap Fredo mantap kemudian fokus melajukan mobilnya.

♝♝♝

Sampai dirumah sakit Fredo dan Aldi langsung berlari menuju UGD tanpa menghiraukan orang sekitar yang menatapnya penuh tanya dan tak suka.

Dengan nafas yang tak teratur serta air mata yang masih berlinang dipipi keduanya. Mereka berhenti tepat didepan pintu bertuliskan UGD. Terdengar suara isakan penuh piluh, dan penyesalan dari dalam membuat hati keduanya seperti tersayang.

Dengan penuh keyakinan Aldi mulai memegang gagang pintu "Bismillah" dan membukanya.

Dua orang yang berada didalam langsung mengalihkan pandangan pada pintu yang baru saja dibuka.

"Fredo - Aldi" ucap Papa Pristin dengan lemahnya.

Fredo dan Aldi berlari kecil menuju pembaringan.

Air mata keduanya mulai berjatuhan melihat kondisi Pristin yang sudah memutih dengan mata tertutup rapat. Terlihat nyaman namun, membuat siapapun yang melihat meneteskan air matanya.

"Pris.. bangun! gue sama Fredo udah disini." Bisik Aldi dengan lemahnya.

"Lo pasti cuman tidur kan?" Ucap Aldi dengan nada gurau yang penuh sesal

"Maafin gue Pris" ujar Fredo penuh sesal

"Gak seharusnya gue kemaren marah sama lo" bisiknya dengan air mata yang semakin deras mengalis dikedua pipinya.

"Pris udahan dong bercandanya. Gue udah disini sama Fredo. Gue takut liat lo kaya gini" ujar Aldi lagi sambil memeluk Pristin.

"Om.. Pristin bakal bangun kan?" Tanya Aldi penuh rasa harap dan putus asa.

"Semua udah takdir Di. Tuhan gamau lihat Pristin sakit berlama - lama. Tuhan manggil Pristin karna dia sayang sama Pristin. Kalian harus terima semua keputusan Tuhan. Dan maafin semua kesalahan Pristin. Om dan tante akan mengurus kepulangan Pristin dulu" jelas Papa Pristin kemudian meninggalkan ruangan untuk mengurus kepulangan Pristin.

"Kalo Tuhan sayang sama Pristin kenapa dia ngambil Pristin? Apa salah Pristin? Tuhan? Apa salah Pristin? Aku rela membuang rasaku KENAPA KAU MENGAMBILNYA?" teriak Aldi pada akhir kalimatnya.

"Kenapa lo pergi Pris? Kenapa? Lo pernah bilang lo gak akan ninggalin kita. Kita udah berusaha ngeredam perasaan kita masing - masing sampai semua kembali kayak awal kita gak ngenal cinta dan sekarang, KENAPA LO PERGI PRISTIN! KENAPA!" teriak Fredo dengan mengguncang badan Pristin.

↭↭↭↭

Vomment:)

RASAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang