~ Threened ~

310 27 1
                                    

Di dalam mobil, ada saja hal yang Ali lakukan sehingga membuat Prilly tak henti-hentinya tertawa.

"Udah Li udah. Sakit nih perut gue ketawa mulu," Ali hanya tersenyum tipis mendengar keluhan Prilly. Menurutnya tawa Prilly adalah hal yang sangat indah.

"Iya, udah. Lagian udah nyampe," Ali memarkirkan mobilnya lalu menarik rem tangan. Prilly mengerutkan keningnya, pasalnya dia belum pernah ke tempat ini.

"Ali, ini di mana? Lo ga ada niat jahat sama gue kan?" Prilly memandang Ali curiga, perasaannya menjadi was-was karna sekarang mereka sedang berada di sekitar hutan.

"Tenang aja, gue orang baik kok. Lo ikut aja, di jamin lo pasti bakal suka," senyum tipis kembali singgah di bibir Ali. Prilly yang melihat senyum Ali akhirnya merasa tenang.

Ali turun dari mobil, memutari kap mobil lalu membukakan pintu untuk Prilly.

"Ali, lo mau ajak gue kemana sih?" lagi, Ali hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.

Prilly turun dari mobil lalu mengekori Ali dari belakang. Mereka berjalan mengikuti sebuah jalan setapak yang entah menuju ke mana.

Lima belas menit berjalan, tapi mereka tak kunjung sampe juga.

"Ali, capek.." Prilly setengah merengek. Ali yang berada di depan Prilly menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah Prilly yang sedang menunduk.

Ali tersenyum kecil melihat sikap Prilly yang menurutnya seperti anak kecil.

Ali berjalan menghampiri Prilly lalu menggendong gadis itu seperti karung beras.

Prilly yang terkejut akan perlakuan Ali hanya berteriak kaget, lalu memukul-mukul punggung Ali.

"Iiisshh!! Ali! Ngapain sih?! Lu kira gue karung beras apa?!" bukannya merasa kesakitan karna punggungnya di pukuli oleh Prilly, Ali malah tertawa mendengar perkataan Prilly.

"Ali! Turunin ish! Gendong punggung kek, bridal style kek, ini malah kayak karung beras!" Prilly mencebikkan bibirnya kesal, sedangkan tawa Ali semakin membahana.

"Hahaha.. Karna gendong punggung dan bridal style udah terlalu mainstream, hahahaha,"

Tanpa alasan yang jelas, Prilly ikut tertawa mendengar perkataan Ali. Menurut Prilly, Ali adalah orang yang memiliki selera humor yang bagus. Buktinya sedari tadi di mobil hingga sekarang Prilly tak henti-henti nya tertawa karna tingkah maupun perkataan Ali.

Setelah berjalan kembali beberapa menit di selingi dengan obrolan dan candaan Ali, akhirnya mereka berhenti berjalan atau lebih tepatnya Ali berhenti berjalan karna Prilly berada di dalam gendongan Ali.

"Dah nyampe," Ali menurunkan Prilly dari gendongannya, Prilly mendongakkan kepalanya agar bisa melihat bangunan di atas kepalanya.

"Rumah pohon?" Gumam Prilly, Dia menoleh ke arah Ali yang berada di belakangnya, Ali tersenyum kecil melihat Prilly yang terlihat kebingungan.

"Iya, Naik gih,"

Perlahan Prilly menaiki tangga yang langsung mengarah ke pintu masuk rumah pohon tersebut. Ali mengawasi Prilly dari bawah, takut-takut gadis itu akan jatuh ataupun terpeleset.

Setelah Prilly memasuki rumah pohon, Ali pun menaiki tangga dengan perlahan pula.

"Nah, sekarang apa yang bakal kita lakuin di sini?" Prilly bertanya ketika Ali telah duduk dengan sempurna di hadapannya.

Rumah pohon ini cukup besar, walaupun Prilly berdiri kepalanya tidak akan terantuk atap. Lalu ada sebuah pintu yang sepertinya akan terhubung langsung dengan sebuah balkon, entahlah, Prilly pun belum tau apa yang ada di balik pintu itu.

"Ga ngapa-ngapain sih. Hanya saja, di sini itu tempat gue kalau lagi pengen nenangin diri. Di sini sejuk, gue suka. Apa lagi pemandangan di sini indah banget," Ali berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah pintu yang sedari tadi membuat Prilly penasaran. Perlahan Ali membuka pintu itu, dan sepertinya tebakan Prilly benar. Pintu itu adalah pintu untuk ke balkon.

'Rumah pohon ada balkonnya? Hm, boleh juga' batin Prilly berdecak kagum.

Ali berdiri di pembatas balkon, Prilly yang sedari tadi hanya memperhatikan Ali akhirnya ikut bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah Ali.

Prilly berdiri tepat di samping Ali, untuk sesaat Prilly terkesima melihat pemandangan di depannya. Hamparan pepohonan dengan sebuah sungai yang membentang panjang di tengah pepohonan, dan juga laut yang akan terlihat langsung dari balkon rumah pohon ini.

"Lo tau, tempat ini adalah tempat rahasia gue, ga ada yang pernah tau tentang rumah pohon ini maupun tempat ini. Dan sekarang bukan hanya gue satu-satunya orang yang tau tempat ini, tapi ada lo juga," Prilly menoleh ke arah Ali yang sedang memejamkan matanya dan sesekali menarik nafas panjang.

"Seriusan? Tempat sebagus ini ga ada yang tau selain elo? Maksud gue selain kita berdua?" Prilly menatap tidak percaya ke arah Ali yang masih asik memejamkan matanya.

"Hm, lo yang pertama gue bawa ke sini," Ali tersenyum tipis membuat Prilly yang sedang memperhatikan Ali dari samping dapat melihat dengan jelas pipi Ali yang terlihat semakin chubby dan entah sejak kapan menjadi pipi chubby favoritnya (meskipun dia sendiri tidak menyukai pipi chubby miliknya)

"Well, gue cukup tersanjung buat itu," Prilly mengikuti apa yang Ali lakukan yaitu memejamkan mata. Dapat Prilly dengar Ali yang mendengus geli. Mungkin karna perkataan Prilly.

Jujur, Prilly merasa sangat tenang saat memejamkan mata. Semilir angin yang lumayan kencang membelai lembut pipi Prilly.

'Yup, tempat ini bakal jadi tempat favorit gue,' Batin Prilly. Senyum tipis tersungging di bibirnya.

~~~~~~~~~

Mutiara❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wrong ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang