Happy Reading❣
---------
Di sore hari nan cerah ini, Vina merasa sangat panas. Padahal AC menyala di kamar nya ini dengan suhu yang lumayan tinggi. Oh, bukan bukan. Bukan tubuh nya yang kepanasan, melainkan otak nya. Sudah kurang lebih satu setengah jam Vina belajar Matematika dengan Alvin. Dia merasa sangat kebingungan dengan soal soal Matematika yang Alvin berikan itu. Hm. Entah Alvin yang terlalu pintar, atau Vina nya mungkin yang otak nya belum terlalu sampai.
"Ih! Ini soal macam apa sih! Masa susah banget!" Gerutu Vina sembari melempar pulpen nya kesembarang arah, kemudian melipat kedua tangan nya di depan dada.
"YaTuhan Vinaa. Tadi katanya udah ngerti. Gimana sih?" Kesal Alvin.
"Gue emang udah ngerti Vin. Soalnya aja yang kesusahan." Gerutu Vina lagi dengan bibir yang semakin manyun.
"Astaga. Itu juga gue udah ngasih soal yang paling gampang Alvinaaaa!" Jawab Alvin dengan berteriak di telinga Vina.
"Ish! Nyebelin banget si lo! Awas aja. Gue bakal aduin lo ke bunda!" Ancam Vina sembari meledek Alvin dengan menjulurkan lidah nya keluar.
Ya. Biasanya mereka akan terus bekerja, bahkan pulang larut malam. Tapi tidak dengan hari ini. Entah kenapa ayah dan bunda sudah pulang di sore hari ini. Tumben sekali bukan?
"Sana. Bilang aja ke bunda. Bunda ga bakal marah sama gue." Balas Alvin dengan santai.
"BUNN--" Baru saja Vina ingin berteriak memanggil bunda, ternyata yang dipanggil sudah datang lebih dulu. Bunda datang dan membuka pintu kamar Vina.
"Bundaa masa Alvin ngajarin Vina nya begituuu. Masa ga niat banget. Padahal Alvin sendiri yang menawarkan diri buat ngajarin Vina." Ucap Vina, mengadu pada bunda.
"Dih. Ga gitu bunn.. Alvin udah berusaha ngajarin diaa.. tapi dia nya aja yang otak nya ga sampe sampe." Jawab Alvin, membela diri.
Dan terjadilah perdebatan yang hebat setelah itu. Perdebatan yang membuat otak bunda pusing. Juga membuat telinga bunda terasa panas. Bahkan membuat bunda merasa ingin muntah. Mengapa? Bayangkan saja. 2 insan yang sudah tergolong remaja, atau mungkin hampir dewasa, berdebat hanya karena hal yang kecil. Seperti 2 orang anak kecil bertengkar hanya karena sebatang lollipop.
Dan semuanya berakhir dengan sedikit teriakan bunda. Ya. Hanya itu satu satu nya cara agar keributan tersebut cepat berakhir.
"Udah ya. Dari pada kalian berantem gajelas. Mendingan sekarang kalian mandi, terus dandan yang rapih." Ucap bunda. Tentu dengan suara yang lembut. Begitulah bunda, selalu bisa meredahkan emosi nya dengan cepat. Juga tetap bisa berkata lembut walau sedang dilanda amarah.
"Ih? Emang kita mau kemana?" Tanya Vina.
"Udah ayo cepetan. Gausah banyak tanya." Balas bunda. Sedangkan si kembar masih terdiam dengan alis yang bertautan.
"Yaampun Tuhan." Ucap bunda lagi sembari menepuk jidatnya dengan tangan kanan. "Udah. Ayo cepetan kalian siap siap. Alvin. Cepet balik ke kamar kamu. Inget! Langsung mandi! Nanti bunda ke kamar kamu buat milih baju yang harus dipakai. Oke?" Kata bunda lagi yang lebih tertuju untuk Alvin. Namun yang diberi tahu tetap saja diam ditempat nya.
"Udah ayo cepetan kamu ke kamar terus mandi." Usir bunda sembari mendorong Alvin keluar dari kamar Vina.
"Emang kita mau kemana si bunn?" Pertanyaan yang sama keluar dari mulut Alvin.
"Duh. Gausah banyak tanya. Cepetan ke kamar terus mandi yang bersih." Usir bunda lagi dengan masih mendorong Alvin secara perlahan sampai akhirnya menghilang dari balik pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER
Teen Fiction-HIATUS- Novel ini meceritakan suka duka persaudaraan, dan tentu keindahan yang terselip di dalam nya. - The Author ▶▶▶ It's just a story about the twins Alvino Deandra Wijaya and Alvina Diandra Wijaya.