Kepulan nestapa kian bergerilya diatas secangkir kopi hitam pekat,
aromanya memekakan indra penciuman,
membuat siapa saja tak mampu menahan diri untuk meneguk barang seteguk.Ku sesap kopi hitam nan pekat itu,
membuat aku terbuai akan kepahitan yang tertinggal di lidah saat kopi telah menyusup masuk ke tenggorokan,
rasa pahit ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang ku derita.Rasa pahit ini,
hanyalah serpihan kecil jika disandingkan dengan sakit yang ku derita,
jemari ku mulai menari diatas kertas
meliuk liuk menorehkan setiap aksara, yang berisi luka yang teramat dalam,
dan puisi puisi sendu mulai terangkai bisu di sehelai kertas lusuh.Aksara itu berisi kamu,
kamu yang telah menorehkan
banyak luka di hatiku,
kamu yang membuat rasa pahit
pada kopi tidak sebanding dengan rasa sakit yang ku derita,
kamu, si penyalur elegi hitam di hidupku.Puisi ini hanya lah sebuah rangkaian kata yang teronggok bisu di lubuk hatiku,
setiap katanya bagai sebuah pengakuan kebodohan akan cinta,
cinta adalah sebuah kebodohan bagiku,
kebodohan karena mencinta seseorang yang tidak mencintaiku.Ku sesap lagi kopiku yang tinggal setengah,
membuat rasa pahit kembali menjalar di rongga mulutku,
kembali ku sesap kopiku hingga tandas,
dan hanya menyisakan endapan kopi yang sia sia.Aku merasa,
Cintaku, rinduku, rasaku padamu bagai endapan kopi ini
dibiarkan begitu saja, dibuang begitu saja.Tapi walau begitu ia tetap ikhlas bukan?
Tetap setia menemani kopi, walau tak pernah ia diteguk barang seteguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derai-derai Aksara
PoetryAksara-aksara yang terbuat dari sebuah kesedihan, dan kerinduan yang tak berujung. Berderai-derai di atas kertas, Membiarkannya bersatu padu dan menyatu.