Chapter 6

571 56 4
                                    

"Mata ini..."

"Kepala Sekolah... Regis... kalian jeli sekali..."

********

Giana kini berada di supermarket masih dengan seragam SMA-nya. Keinginannya untuk bersantai di rumah di urungkan mengingat kulkas dirumahnya kosong karena ia lupa membeli persediaan kemarin dan juga masalah matanya. Walau terlihat sepele, masalah Giana tidak sesederhana yang terlihat. Untung tadi ia menolak ajakan Yoona dengan alasan sibuk. Giana tidak sepenuhnya bohong, ia sungguhan sibuk. Sibuk dalam artian lain.

Giana memilih-milih wortel sepanjang 15 cm berisi berwarna orange segar. Tujuh wortel yang sudah terpilih ia masukkan ke trolly. Ia melihat ke daftar belanjaan selanjutnya : Tomat. Segera Giana mendorong trolly ke tempat tomat berada.

Giana menoleh ke arah rak-rak berisi kebutuhan sehari-hari seperti minyak, tepung, makanan kaleng, tissue, dan lain-lain. Berkali-kali ia berhenti dan membaca daftar belanjaannya, sekalian jika ia membutuhkannya. Rak demi rak ia lewati hingga sampai di rak berisi gula. Ia kembali menilik daftar belanjaannya.

ah gula! Rupanya gula masuk daftar yang harus ia beli. Berjejer-jejer gula dengan merek berbeda berada di rak itu namun Giana memilih merek yang sama dengan kemarin. Ia melihat satu demi satu gula dan mendapati gula yang ia maksud berada enam rak diatasnya. Sementara tak ada satu pegawai supermarketpun disana dan pembeli lainpun berada jauh darinya.

Merepotkan saja.

Sebenarnya tidak akan repot jika Giana memilih gula yang lain. Toh karena semua gula rasanya sama, sama-sama manis. Namun karena gula itu memiliki bau khas yan disukai Giana, terpaksa ia mendorong sebuah tangga segitiga tak jauh darinya yang biasanya digunakan pegawai untuk mengambil ataupun menata barang. Walaupun sudah naik pun masih kurang, terpaksa Giana berjinjit. Ternyata masih kurang dua senti lagi untuk menggapai gula yang ia maksud, dan itu membuat Giana jengkel. Jengkel karena tidak sampai dan juga kenapa gula ini di taruh di rak paling tinggi. Ia mencoba berjinjit lagi hingga jika diperhatikan, giana kini mirip dengan orang yang sedang balet karena satu kakinya di angkat agar bisa menambah tinggi.

Satu senti lagi.

Akhirnya Giana berhasil mengambil gula itu. Namun tiba-tiba seseorang yang sedang berlari secara tak sengaja menyenggol salah satu kaki tangga segitiga yang di naiki Giana yang menyebabkan oleng. Giana yang menaikinya pun ikut oleng, ia segera melindungi belakang kepalanya sebelum ia jatuh terhempas kebelakang. Ia menutup matanya, bersiap menerima hantaman lantai.

Terdengar suara tangga segitiga itu jatuh. Secara teknis, Giana juga seharusnya jatuh, namun Giana tidak merasakan hantaman apapun. Ia membuka mata. Rupanya seseorang telah menangkapnya. Seseorang itu adalah lelaki berambut abu-abu pendek. Tampaknya ia sudah berumur tiga puluhan lebih melihat janggut dan kerutan pada wajahnya.

"Apa kau tidak apa-apa?" Tanya lelaki itu.

"Ya. Aku hanya sedikit... kaget" jawab Giana. Entah kenapa Giana sedikit tidak nyaman. Ia sadar, rupanya ia masih dalam gendongan lelaki itu. "Maaf, bisa anda turunkan aku?"

"Maaf." Lelaki itu lalu menurunkan Giana perlahan. Namun Giana masih merasa tidak nyaman.

"Maaf, atas kecerobohan istriku," kata lelaki itu. Giana menoleh ke samping. Tampak seorang perempuan berambut hitam dikucir dengan baju kerja berdiri dihadapan mereka, menunduk.

"Yeonsu Na, minta maaf padanya dan ini gulamu, tadi terjatuh," Kata lelaki itu pada istrinya sambil memberi gula yang tadi diambil Giana.

"Ma-mafkan aku. Aku sedang terburu-buru tadi," kata Yeonsu Na.

The Blue Moon RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang