Chapter 11

456 44 14
                                    


Frankenstein memandang langit melewati jendela sambil menyeruput teh. Ini sudah tiga hari hari sejak misi penangkapan gagal itu, dan selama itu ia tak bisa berbuat apa-apa. Direktur KSA yang dihubungi satu hari setelah misi itu menyuruhnya untuk datang pada hari ini untuk beberapa alasan. Dan sekarang Frankenstein sudah tak sabar mendengar laporan dari  RK-3.

'Tok! Tok! Tok!'

"Masuk." Frankenstein memutar kursinya. Tampak Tao, Takeo, dan M-21 masuk lalu berdiri sejajar.

"Jadi?" Frankenstein menaruh tehnya dan melipat tangannya.

"Sesuai dugaan, si hoodie itu di perintah langsung oleh Union untuk melakukan penyerangan itu," Tao melaporkan.

"Mengapa mereka melakukan hal mencolok seperti itu?"

Tao mengangkat bahu, " Entahlah, KSA tak diberi tahu tujuan sebenarnya. Tetapi mereka mengatakan, belum lama ini Union memberitahu bahwa hal itu ada hubungannya dengan anak baru itu, karena itu Sangin Ahn dan Yeonsu Na memata-matai anak itu untuk mencari petunjuk."

"Lalu kenapa agen KSA itu tak memberitahu pada kita?" Frakenstein memicingkan matanya.

"Itu karena Union mengawasi mereka. Alasan mengapa Diretur KSA menyuruh kita menunggu lama adalah pengawasan Union yang sudah mengendur."

"Jadi mereka sampai diawasi? Kalau begitu jelas bahwa itu misi yang sangat penting. Aku jadi penasaran apa yang dicari Union dari anak didik baruku itu," aura Frankenstein menggelap, "Ada lagi yang ingin kau sampaikan?"

"Tidak ada. Informasi lebih lanjut akan disampaikan oleh Sangin Ahn dan Yeonsu Na besok."

"Jadi tepat setelah memata-matai anak itu ya?" Frankenstein mengambil buku memo dan menulis jadwal besok, " Aha, untungnya jadwalku tidak padat besok. Nah, kalian kembalilah bekerja!"

"Baik!" Mereka menghormat pada Frankenstein dan berlalu keluar.

Di ruangan kepala sekolah yang hening itu Frankenstein menopang dagunya, aura Dark spears-nya sangat kental, " Jadi Union, kali ini apa yang kau inginkan?"

Sementara di kelas, Rai yang sedang menatap keluar jendela menghela napas setelah merasakan aura kegelapan milik Frankenstein.

 "Frankenstein..."

"Hei, Ikhan, apa kau lihat tadi?" Bisik Shinwoo.

"Hm? Apa?" Ikhan yang sedang sibuk mengetik laptop menoleh.

"Baru pertama kali kulihat Rai menghela napas sepanjang itu, kira-kira masalah apa lagi yang membuatnya bersedih ya?"

"Entahlah, kurasa terakhir kali ia begitu saat Rascrea pergi, Apa ia teringat akan Rascrea lagi seperti waktu itu?" Ikhan mengingat kembali kejadian lalu.

"Astaga! Kau ada benarnya juga!" Shinwoo menggebrak meja membuat seluruh pasang mata menoleh padanya. Shinwoo langsung banjir keringat setelah menyadari bahwa ia si guru killer juga menatapnya.

"Shinwoo, aku mengawasimu," Guru itu mengancam. Bulu kuduk Shinwoo langsung berdiri. Guru itu kembali melanjutkan pelajaran. Sementara Shinwoo, ia masih mematung.

Di depan mereka Suyi dan Yoona saling bertatapan lalu menghela napas, 'Kebiasaannya tak pernah berubah...'

********

Kantin ramai seperti hari-hari biasa. Rai, Regis, Seira, Yoona, Suyi, Ikhan, dan juga Shinwoo seperti biasa makan Ramyeon di kantin. Dan untuk yang kesekian kalinya Shinwoo membelikan Rai Ramyeon dengan alasan prihatin akan kesedihannya. Rai yang tak paham maksud Shinwoo hanya bisa diam sambil bertanya-tanya.

"Ngomong-ngomong, bukankah besok Giana sudah berangkat? Iya kan Regis?" tanya Yoona.

"Hm," Jawab Regis singkat.

"Kalau begitu, mari kita buat kejutan untuknya!"usul Yoona.

"Kira-kira kejutan macam apa ya?" Shinwoo berpikir.

"Bagaimana jika kita ajak ke rumah pak kepsek dan memasakkan sesuatu untuknya?" usul Yoona.

"Aku setuju. Dri awal dia masuk sekolah kita selalu gagal mengajaknya kesana," Ikhan menyetujui.

"Jadi bagaimana? Setuju?" Semua saling tatap sambil mengangguk antusias.

"Maaf, tetapi tak bisa," ucapan Seira membuat mereka menoleh.

"Eeh? kenapa?" tanya Shinwoo.

"Bukannya merusak kesenangan kalian, tetapi kami ada urusan di rumah selama beberapa hari atau bahkan mungkin sampai beberapa minggu kedepan," jawab Regis. Yoona, Suyi, Ikhan , dan Shinwoo langsung memasang wajah kecewa.

"Ta-tapi masih ada tempat lain bukan? Benar kan Yoona?" Suyi mencoba memperbaiki mood.

"Y-Ya!"

"Maaf sekali ya nona-nona, tetapi Giana juga ada urusan," ucap Tao yang entah sejak kapan sudah berada di dekat meja mereka.

"Jangan-jangan ini..."

"Yap! Tepat sekali! Urusan bisnis!" Tao memberi jempol pada Shinwoo, " Jadi maaf ya sudah merusak kesenangan kalian."

"Jika seperti itu mau bagaimana lagi... " Yoona menunduk. Semua ikut menunduk kecuali Regis, Seira dan Rai.

Tao melihat mereka menjadi tak tega, "Te-tetapi tenang saja! Urusan ini akan kami selesaikan secepatnya, oke? Jadi jangan murung begitu."

"Lagipula kalian harus pulang cepat bukan? Pembunuh itu mungkin masih berkeliaran," Tao mencoba mencari alasan.

Ikhan tiba-tiba menegakkan kepala," Aku baru ingat, tiga hari ini aku sama sekali tak mendengar kabar pembunuh itu lagi ."

"Apa jangan-jangan sudah tertangkap?" Shinwoo menanggapi. Ikhan mengedikkan bahu.

"Kalau begitu, kita tak perlu khawatir lagi bukan?" 

"Tuuunggu dulu! Walau pembunuhnya sudah tak lagi terdengar di berita, bukan berarti kalian bisa berkeliaran malam-malam! Ingat, tetap waspada, mengerti?" ujar Tao mengingat pembunuh itu berhasil kabur tiga hari lalu.

"Mengerti."

*******

To Be Continued...

Keep Voment, please!





The Blue Moon RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang