Chapter 10

357 42 3
                                    

Frakenstein mondar-mandir di ruang tengahnya sambil memijat keningnya. Kepalanya di penuhi pikiran membuatnya pusing. Walaupun otak jeniusnya diputar-putar sekalipun, ia tetap bingung dengan kejadian barusan. Sementara tiga orang bawahannya serta dua bangsawan hanya diam melihatnya, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Salah satu bangsawan hanya meminum teh dan tiga bangsawan lain tidak ikut karena urusan mereka.

Mereka terkejut dengan kejadian beberapa jam lalu. Di ruangan itu mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Aku masih tak percaya ini," ucap Tao memecah keheningan. Semua pandangan mengarah padanya, termasuk Frakenstein. "Maksudku, dia sudah di depan mata kita hampir setiap hari, bagaimana kita bisa melewatkannya?"

" Bahkan Bos yang bisa merasakan aura orang pun tak menyadarinya, seberapa hebat dia itu?" ucap Takeo.

"Tetapi menurutku, bukan berarti dia pelakunya. Bisa saja itu hanya akal musuh untuk mengkambing hitamkannya. Lagi pula, kita tak punya buktinya bukan?" M-21 berpendapat.

"Ya, kurasa kau benar juga. Wajah yang sama bukan berarti mereka itu sama," Tao mengusap dagunya. Frankenstein tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Aku juga tak yakin jika dialah pelakunya," ucap Frakenstein sambil mengambil handphone-nya di sakunya. Ia mengutak-atiknya sebentra lalu melemparnya ke Tao. Dengan sigap Tao menangkapnya.

"Ada apa, bos?" tanya Tao.

"Lihatlah pesan itu."

From : 086754XXXXXX

Kepada Kepala Sekolah SMA Ye Ran, dengan hormat saya meminta izin untuk tidak masuk selama tiga hari karena urusan pribadi di luar negeri.

-Giana A. Quiero.

Read.

12/03/2016/20.00

"I-ini?"

"Ya, pesan ini di kirimkan saat kalian bertarung. Jadi kurasa manusia modifikasi itu hanya meniru wajahnya saja," ucap Frakenstein.

Berjam-jam yang lalu saat pertarungan, Si hoodie masih saja bertarung walau ia terpojok. Hingga akhirnya saat ia terjatuh, Tao menyuruh Takeo menembak tudungnya agar mengetahui dalang dibalik insiden pembantaian ini.

Dan semuanya terkaget setelah mengetahui di balik hoodie itu adalah Giana, si murid baru.Tao bahkan sampai tak bisa berkata-kata. Derik selanjutnya si hoodie mengeluarkan cahaya dalam tubuhnya dan menghilang.

Semua masih bingung hingga sekarang. Apakah benar-benar Giana yang melakukannya?

"Tapi bukankah pesan ini bisa dikirim oleh orang lain?" M-21 unjuk bicara.

"Ya, kau ada benarnya. Tao segera cek CCTV bandara!" Perintah Frankenstein.

"Baik, Bos!" Tao memasang pose hormat sebelim tangannya lincah mengetik laptop. Beberapa menit kemudian Tao menghentilan gerakan jarinya.

"Bagaimana?" Tanya Frakenstein.

"Hm, kurasa benar jika bukan Giana pelakunya, lihatlah," Tao menyambungkan Laptop ke LCD.

Terlihat di layar besar itu beberapa orang berlalu-lalang. Seseorang gadis bersurai coklat—yang sangat persis dengan Giana—berjalan dengan membawa koper menuju pesawat. Tao menghentikan video itu lalu memperbesar bagian wajah Giana. Setelah diproses, gadis itu seratus persen Giana.

The Blue Moon RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang