Chapter 4

634 66 2
                                    


Tak terasa tiga jam Giana duduk di depan komputer. Tangan kanannya lincah menggerakan mouse sedangkan tangan kirinya menekan keyboard dengan cepat. Hanya dalam satu jam, ia dapat mengalahkan Shinwoo, Yoona, Suyi, bahkan Ik-Han berkali-kali. Walau wajahnya datar, Giana sangat menikmati permainannya. Apalagi saat score-nya berada pada tingkat satu. Tidak hanya tingkat satu diatara teman-temannya, tapi juga universal.

"Argh! Kau membantaiku lagi!" Shinwoo menggebrak meja lalu mengacak-acak rambut merahnya, frustasi. Sudah lima ronde Shinwoo bermain, empat kali juga ia kalah, dan satu ronde lagi 'nyaris' menang.

"Apa benar kau benar-benar belum pernah memainkan ini?" Yoona menyengritkan alisnya.

"Tingkat permainannya bahkan lebih hebat dari Ik-Han." Suyi menambahkan.

"Aku setuju." Yoona mengangguk-angguk setuju.

Ik-Han lagi-lagi memulai 'battle' dengan Giana. Nampaknya Ik-Han belum bisa menerima kekalahannya walaupun sudah berpuluh-puluh ronde ia kalah.

Kedua tangan mereka lincah menggerakan alat yang ada di depannya. Peluh membasahi dahi Ik-Han. Ia bermain dengan serius, memikirkan taktik-taktik sedemikian rupa untuk menghadapi Giana. Sementara Giana bermain dengan santai, wajahnya datar walaupun Ik-Han menggunakan banyak taktik yang tak terduga. karena dalam beberapa menit, Giana sudah tahu pola penyerangan Ik-Han.

"Argh! Aku kalah lagi!" Sekali lagi Giana mengalahkan Ik-Han. Tampaknya Shinwoo dan Ik-Han menyesal telah meremehkan Giana yang dikira tidak tahu apa-apa seperti Rai.

Berbicara soal Rai, ia tidak ikut karena ada urusan dengan kepala sekolah. Entah apa tapi sepertinya penting sekali. Shinwoo dan Ik-Han pun merengut kecewa. Walau Rai ikut pun dia hanya akan diam tak berkutik ketika Giana 'membantai'nya. Karena soal komputer, Giana tidak bisa diragukan lagi

"Giana katakan taktik apa yang kau pakai? Tombol apa yang kau gunakan? Apa rahasiamu?" Kata Ik-Han sambil mendekati kursi Giana. Giana bingung menjelaskannya. Jika ia berkata 'hanya asal saja' sudah pasti mereka tidak akan percaya. Akhirnya Giana hanya mengedikkan bahunya.

"Ayolah jangan pelit Giana! Bagi aku sedikit tips-mu, aku juga ingin menang sepertimu,"pinta Shinwoo.

"Iya Giana, kami juga ingin tahu." Suyi dan Yoona pun ikut meminta.

"Hanya ctrl+ semacamnya" kata Giana.

"Itu mustahil! Kau pasti menggunakan tombol rahasia! Jika tidak, aku atau Ik-Han pasti bisa mengalahkanmu dengan mudah selama tiga jam ini," kata Shinwoo tak percaya.

Giana yang mendengarnya terkaget. Ia melihat pojok bawah komputer. Jelas sekali tertulis 07.00 pm disana. Matanya terbelalak tak percaya.

"Ik-Han, sekarang jam berapa?" tanya Giana memastikan.

"7 malam."

Oh tidak, Giana benar-benar lupa waktu.

Giana segera berdiri. Membuat empat orang disampingnya kaget.

"Aku harus pergi!"

"Hm? Ada apa Giana?" tanya Yoona.

"Aku teringat sesuatu. Aku harus pergi, ada yang harus kukerjakan. maafkan aku!" kata Giana sambil berlalu meninggalkan mereka.

"Tu-tunggu!" Shinwoo ingin menghentikannya. Namun terlambat, Giana sudah berlari keluar meninggalkan rental.

"Larinya cepat juga," kata Ik-Han.

"Apa dia melupakan sesuatu karena kita? Maksudku, kita tadi yang memaksanya ikut bermain game," kata Yoona.

"Aku jadi merasa bersalah." Suyi menunduk.

The Blue Moon RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang