#np: Avril Lavigne – Complicated
Why do you have to go and
make things so complicated?
I see the way you're acting like
you're somebody else gets me frustrated
PLAAKK!!
Tamparan keras itu mendarat sempurna di pipi kiri Marc. Ia yang tak menyangka akan mendapat serangan mendadak begitu nyaris saja jatuh tersungkur ke lantai. Kata-kata makian sudah ada di ujung lidahnya saat disadarinya siapa yang menampar. Tubuh Marc langsung terasa dingin seketika. Alih-alih memarahi, segera ditariknya tangan gadis cantik berambut pirang di hadapannya menuju bagian paling belakang paddock yang haram hukumnya untuk didatangi wartawan.
Aviva di belakang Marc hanya bisa melongo menyaksikan adegan itu. Ia hampir tidak bergerak di tempatnya berdiri. Matanya mengekor Marc yang menarik paksa tangan gadis itu menjauhi dirinya. Si gadis tampak tidak terima tangannya ditarik-tarik. Ia mencoba melepaskan diri, namun tangan Marc lebih kuat menggenggam lengan mungilnya.
"Apa-apaan kau ini sih? Datang-datang langsung main tampar!"
"Kau yang apa-apaan, Marc! Apa maksudmu mencium gadis itu di parc ferme? Kau pikir aku tidak akan datang?!"
Marc meremas rambutnya dengan kesal. "Ya Tuhan, Carmen, itu kan cuma ciuman! Kau tahu kan aku harus berpura-pura berkencan dengannya?"
"Tapi tidak harus sampai menciumnya, kan?"
"Aku melakukannya demi kau juga!" Suara Marc naik satu oktaf. "Kau pikir kenapa aku mau pura-pura pacaran dengannya dan membayar mahal gadis miskin itu?! Kau pikir kenapa kalau bukan karena aku ingin mengamankan hubungan kita supaya tidak tercium publik? Kalau bukan karena aku ingin karir kita sama-sama lancar?"
Carmen mencebik. "Kau itu cuma cari-cari kesempatan! Apa yang akan kau lakukan setelah ini, hah? Menidurinya?"
"Dengar," Marc berseru geram sambil menarik tangan Carmen supaya gadis itu mendekat ke arahnya. "Aku mengontraknya sampai akhir musim. November nanti kami berdua akan berpisah. Kau sudah berusia sembilan belas tahun akhir November ini dan diperbolehkan berpacaran oleh agensi modellingmu. Kita bisa go public sesudahnya."
Carmen mulai melunak. Marc melepaskan tangannya dari lengan Carmen hati-hati. Gadis itu membetulkan posisi tas di bahu kanannya dan berdehem sekilas sambil menunduk menatap lantai. Ia tahu ia bisa menolerir ini.
"Oke?" Tanya Marc memastikan. "Hanya sampai November. Aku janji deh tidak akan ada aksi cium-ciuman seperti tadi. Itu hanya sebagai penguat statement kalau dia memang pacarku."
Carmen menatap kekasihnya dengan sedikit kaku. Namun kali ini ia mengangguk tanpa banyak protes. Marc memeluknya erat, membisikkan kata sayang di telinganya beberapa kali, lalu membalikkan badan sambil menggenggam erat jemari Carmen. Ia terhenti mendadak saat dilihatnya siapa yang berdiri tepat di hadapannya.
"Aviva?"
Sepasang mata hitam Aviva menatap mereka berdua dengan rasa sakit yang tak bisa disembunyikan. Ia seperti hendak mengatakan sesuatu, namun kalimatnya tergantung di bibir dan tidak jadi disampaikan. Dengan ekspresi datar diambilnya tas ransel cokelat dari atas kursi, kemudian berderap keluar tanpa mengatakan apa-apa.
***
Bandara Internasional Ruzyne, Praha, Ceko.
Pesawat baru akan berangkat dua jam lagi. Namun Aviva sudah bersiap dengan koper dan ransel cokelatnya di ruang tunggu. Ia duduk dengan masih menahan rasa sakit di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Your Umbrella, I Fall in Love
Fanfiction"Di bawah payung ini, aku menggantungkan harapan akan bisa membayar biaya kuliah dan juga hutang ayahku. Walaupun orang yang kupayungi ini sangat menyebalkan dan membuatku ingin cepat-cepat mengakhiri pekerjaan ini saja." -Aviva "Di bawah payungnya...