Part 13 --The Past--

81 11 5
                                    

Yo, Season 2 di sini!! Yakin gak ada yang penasaran :v
Happy Reading!!! ^_^
**************************

Sebenarnya, semua ini berawal dari masa lalunya. Masa lalu yang sangat perih untuk diingat. Sejak kecil, Calista tidak pernah tahu arti 'Cinta' dan 'Teman' dalam hidupnya. Meskipun sudah dijelaskan, ia pun tidak pernah paham betul maksudnya. Dua kata itu terdengar indah ditelinga kebanyakan orang. Namun ternyata, harapan untuk memilikinya ternyata menjadi awal dari semua kekacauan.

***************************

Calista atau sebenarnya, Avrora kecil sedang memperhatikan anak-anak manusia yang sedang bermain bersama dengan ceria. Matahari sudah hampir tenggelam, namun tampaknya anak-anak itu sama sekali tidak mempedulikannya, mereka tetap bermain dan bermain. Ia merasa heran melihat mereka tertawa ria, apa yang seru dari permainan lempar tangkap bola?

"Apa yang sedang kau lihat?" terdengar suara seorang anak perempuan di belakangnya.

Tanpa berpaling dari jendelanya, ia menjawab, "Anak-anak itu. Hari sudah gelap tapi mereka masih tetap bermain. Tidakkah mereka takut pada malam?"

"Yah,... manusia memang aneh. Setelah matahari benar-benar tenggelam nanti, mereka pasti akan menyesal," cibir anak itu.

Setelah itu, terdengar suara pintu dibuka. Dan sebelum pintu itu tertutup lagi, Calista bertanya tanpa berpaling. "Nora, apa yang seru dari lempar tangkap bola?" tanyanya heran.

Gadis yang dipanggil Nora itu melebarkan kembali pintu kamarnya. Ia menatap saudarinya lekat-lekat, tanpa berpikir panjang, ia menjawab, "Tidak ada."

Calista tidak menjawab selain menghembuskan nafas dingin yang bisa membekukan jendelanya sendiri. Ia berpaling dari jendelanya, melangkahkan kaki ke pintu. Saat melewati saudarinya, ia berkata, "Ibu memanggil kita," Mereka pun melesat keluar dari kamar dan pintu itu menutup sendiri.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Ah, kedua putri kembarku," sambut Lady Lunar setelah melihat kedua putrinya datang ke ruang keluarga. Keduanya berhenti di depan sang Ibu yang sedang duduk di atas kursinya. "Ada apa Ibu?" tanya Calista.

"Kakek kalian akan berkunjung kemari pada pukul 12 malam tepat." jelasnya tanpa basa-basi.

"Kabar yang sangat menakjubkan!" seru Elvenora girang. Ia sangat senang dengan kakeknya. Apalagi, kakek sudah berjanji akan memberinya kerangka Demon merah untuk dipajang di kamar.

Calista bagaimana pun, tidak perlu mengatakan hal itu untuk mengekspresikan kegembiraannya. Kakek adalah pemain pedang terhebat di dunia. Lagipula, kunjungan kakek tidak pernah membosankan.

"Bagaimana kalau kalian pergi keluar untuk mencari hadiah? Kakek pasti akan senang," usul Lady Lunar. Usul yang sangat bagus! Baik Elvenora maupun Calista menerima usul itu dengan senang hati. Secepat sambaran kilat, Elvenora melesat keluar dari ruangan itu untuk mencari hadiah. Ia tahu hadiah yang tepat untuk diberikan kepada sang kakek. Lady Lunar hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah laku putrinya.

Di saat kembaran yang satu melesat pergi karena girang, kembaran yang satu malah terpaku di tempat tanpa bergerak senano meter pun. "Kau tidak mau mencari hadiah?" Calista mengacuhkan pertanyaan ibunya.

"Avy, aku sedang bertanya," keluh ibunya.

"Dan aku sedang berpikir."

Lady Lunar mengangkat sebelah alisnya. "Memikirkan apa?" tanyanya heran. Ia bisa membaca semua pikiran kecuali milik Calista.

Calista memutar bola matanya dan menatap ibunya. "Entahlah, aku bingung mau mencari hadiah apa untuk kakek." nadanya terlihat lesu namun mukanya masih datar-datar saja.

Blood Of FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang