Part 25 --Sayonara and Ohairi-

78 11 0
                                    


Oh astaga! Mengapa harus sekarang? Di antara 365 hari dalam setahun, mengapa harus hari ini? Hari terburuk dan terbusuk dalam tahun ini. Mengapa sulit sekali untuk hidup tenang? Mengapa sulit sekali untuk menghindari masalah?

Karena tanpa masalah, tanpa tantangan, dan tanpa panggilan bahaya, hidup seseorang tidak akan menarik, layaknya buku tanpa konflik dan akhirnya telah dapat dipastikan, bukankah begitu?

But seriously, hari ini adalah hari yang sangat-sangat buruk.

"Suci!" Salma dan Nadha menyisihkan tenaga mereka untuk menahan Suci agar tidak ditarik oleh akar hitam yang berasal dari bawah lantai itu. Tenaga mereka telah terkuras dan tidak ada waktu untuk mendapatkannya kembali. Perlahan-lahan, keduanya pun ikut tertarik dalam jeratan mangsa itu. "Tolong!" Nadha memejamkan matanya, menahan dan melawan kekuatan gravitasi yang begitu tinggi dari lubang itu. Nada suaranya melirih, seakan memohon.

"Bertahanlah, Nadha!" tangan Chintya mulai berkeringat karena terus menerus berpegangan pada Nadha hingga perlahan, Nadha mulai tertarik bersama Suci dan Salma.

Suci menjerit sejadi-jadinya, hingga Randy mulai muak dan nyaris memilih untuk menendangnya ke lubang itu sampai tamat, tapi tentu saja ia juga berpikir jika ia menendang anak itu, maka ia juga akan terseret ke dalam dan Kematian sudah siap untuk menghampirinya. No thanks. "Argh!" pekikan Randy tidak jauh berbeda dengan teman-temannya ketika akar-akar hitam menutupi tubuh mereka bagai jurus bayangan milik Shikamaru Nara, menarik mereka ke dalam penyiksaan mutlak dan perjuangan antara hidup dan mati. Fokus mereka pecah hingga menjadi butir-butir kepanikan berpadu rasa takut akan kematian.

Darah mengucur dari ujung bibir Calista saat pertarungan antara tubuhnya melawan akar-akar kematian itu. Nyawanya seperti ingin ditarik ke luar, telapak kakinya mulai tak berenergi dan pucat pasi. Adik-adiknya juga tidak lebih beruntung darinya, bahkan Mayura sekalipun. Jika saja kepala tulang-tulang mereka sehalus tulang bayi, maka kepala mereka pasti sudah terlempar jauh dari letak seharusnya dan menggelinding bagai bola futsal yang siap untuk ditendang di lapangan.

Suci meronta-ronta dan berteriak sehisteris mungkin. Ia menggeliat bagai tikus dalam dekapan ular beberapa detik sebelum terlumat habis di dalam perutnya. "Ibu, aku sangat-sangat menyesal—"

"Kalau kau berani menyebut comeback boyband payahmu itu maka aku akan dengan senang hati melepaskanmu agar kau tercincang-cincang sampai mikroba pun bisa langsung menelanmu!" ancam Salma gusar hingga Suci merasa kehilangan suaranya.

Kepala Raven sudah nyaris tertekuk ke samping. Kulit lehernya mulai merenggang dan darah mengalir ke luar luka baru yang diciptakan akar hitam tertutuk itu, lehernya mulai sobek. "Ouch," erang Raven datar seakan-akan ia sudah memprediksikan saat-saat di mana kepalanya akan menggelinding bebas keluar dari tempatnya. Seakan-akan kulit yang tersobek itu hanya luka tak penting. Kau gila, Raven. You are so crazy that your fear of death has gone without any traces.

Syuuuuu.... akar-akar busuk mulai menjalar ke dinding-dinding ruangan dan setiap sisi yang ada di sana. Dinding itu mulai membusuk dan membusuk, anak-anak Expecto menjerit tersiksa hingga mata mereka pun terasa ingin terjun bebas dari tempatnya, mereka tidak tahan lagi.

Adnan bahkan tidak bisa meraih belatinya, Satrio juga tidak bisa memutuskan akar-akar ajal itu dengan tangan maupun sihir. Tanda keemasan yang semula berpendar gemilang di lengan Vera kini menghitam dan membusuk ribuan tahun dan anehnya Vera sendiri pun merasakan hal yang sama. Dipandangnya Alex yang sedang melawan gravitasi dan mengarahkan tatapannya ke atas, tempat Alex mengunci pandangannya, Nienid.

Blood Of FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang