Part 23 --In the Underworld--

72 8 0
                                    

Perasaan hampa menyelimuti. Dalam satu detik kau adalah seorang sahabat tercinta. Dalam detik lain kau adalah seorang pembunuh dari sahabatmu sendiri dan juga perasaanmu. Dalam detik lain...kau juga meragukan..Siapa..dirimu yang sebenarnya?

Avyra menghela nafas panjang, tenggelam dalam pikirannya yang tak menentu, meyakinkan dirinya sendiri dalam diam. "Aku siap," tegasnya mantap, seakan-akan kata-kata itu akan sangat membantu masalahnya sekarang, melepas rasa khawatir, dan mengembalikan ketenangan padanya.

Mata hitam kelamnya menatap Elvenora. Tersirat dengan jelas rasa haus akan kebenaran di wajah pucatnya. Wajah yang mirip sekali dengan dirinya yang lain...Calista. Ia tidak yakin apakah gadis itu bahkan sudi melihat mereka lagi. Apa ini? Perasaan yang menusuk hati dan diiringi kesedihan pilu...inikah..penyesalan? Elvenora terlihat benar-benar tertekan, walau ekspresinya sendiri sama datarnya dengan meja setrika. Sudah rausan tahun ia hidup...tidakkah ia tahu satu saja kebenaran. Dan kenapa tiba-tiba ia menyadari kejanggalan semua ini? Bagaimana bisa, Vampir itu bernasib demikian?

Ini saatnya untuk mencari tahu! Avyra mengepalkan tangannya penuh semangat. Api semangat berkobar-kobar di dalam dirinya, beserta..beberapa tetes ketakutan. Sebagaimana yang banyak orang alami, bahkan Vampir dan Serigala sekalipun, kebenaran terkadang terasa pahit. Sangat-sangat pahit. Dan satu-satunya kebenaran pahit sekarang ini adalah kematian kedua 'teman'-nya dan terputusnya tali persahabatan antara ia, Calista dan Sinta, beserta terputusnya hubungan kekeluargaan antara Elvenora dan keluarganya. Mengapa mereka melakukan ini? Tapi kalau dipikir-pikir...mereka tidak salah, kan? Toh orang-orang itulah yang mencampakkan mereka.

Elvenora, di sisi lain, ikut merasa risih untuk mengetahui kebenarannya. Selama ratusan tahun ia meninggalkan keluarga yang sebenarnya menjadi alasannya untuk hidup. Meninggalkan sang Ayah dan Ibu, Kakak-kakaknya...dan kembarannya. Dirinya yang lain. Sahabatnya. Pelengkap teka-teki kehidupannya. Avrora. Sang sisi Kehancuran di mana dirinyalah sang sisi kedamaian. Bagaimana itu mungkin? Mereka tidak mungkin jadi dua sisi yang tak terpisahkan. Lihat saja sekarang! Betapa jauhnya jarak mereka, serta hilangnya rasa percaya antara satu sama lain. Ia ingat dengan jelas langkah besarnya untuk meninggalkan semua itu. Rasa bersalah tidak ada di kamusnya. Namun penyesalan...akankah ia merasakannya. Ditelannya udara sebanyak-banyaknya. Kalau sampai aku tahu bahwa kami selama ini jadi alat untuk Bryan dan sang Ratu maka akan kupastikan mereka TAMAT! amarah mulai menutupi dirinya. Avyra menggenggam erat Kristal itu. Ini waktunya?


"Wahai Devil's Crystal yang kejam dan keji,

Tunjukkanlah pada kami apa yang terjadi,

Segala kebenaran dari hal yang kami alami,

Saat kami memilih Kegelapan Abadi ini,"


Mantra yang Avyra ucapkan bereaksi dengan Kristalnya. Benda itu berpendar terang benderang hingga mata pun tak kuasa melihat. Entah gravitasi di tempat itu yang berkurang, atau memang Kristal itu yang terbang menjauh dari tangan tuannya, dan mengarah ke arah dinding tempat sebuah lukisan terpampang. Seraya meningkatkan kewaspadaan, keduanya berjalan mendekati lukisan itu. Lukisan yang ternyata meluluhkan Elvenora, tersirat jelas dari ekspresi sedihnya.

"Ka..kak," gumamnya pelan. Walau suaranya sama pelannya dengan suara semut terjepit pintu, Avyra dapat menangkap suaranya dengan jelas, berhubung ia juga suka berbicara pelan. Karena walau hatinya sedingin es, sekeras batu marmer, dan segelap ruangan saat mati lampu terjadi, ia pasti...merindukan kembarannya itu.

Lukisan itu berisikan dua anak perempuan. Keduanya adalah iblis. Mereka berpakaian serba hitam dan memakai kalung dengan motif ikan yang berbeda. Yang satu adalah ikan putih bermata hitam, dan yang satunya adalah ikan hitam bermata putih. Yin dan Yang. Keduanya terlihat seperti sepasang teman yang sempurna. Nakal, menakutkan, keji, namun saling perhatian, menyayangi dan melebihi sepasang sahabat.

Blood Of FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang