Part 28 -Azura A. S.-

74 8 4
                                    

Mari kita kejar update.. 
************************


Vera bisa merasakan jantungnya melewatkan satu detak setelah mendengar kata-kata Calista yang, seperti belakangan ini, cukup diluar dugaan. Tatapannya terhadap Angel langsung mendingin seakan-akan ia bisa menyayat gadis itu hanya lewat tatapannya. Apa maksudnya... Ratu Kegelapan? Sambil berusaha untuk mengabaikan keributan yang dibuat oleh teman-temannya, ia mendengar Calista tertawa pelan. Dugaannya semakin mantap karena ia melihat temannya itu menyeringai. "You don't seem to defend yourself," tukasnya.

Semua mata tertuju pada Angel. Gadis itu tertawa kecil, bagai gadis pembuat onar yang telah berhasil menjalankan rencananya. "Yah,... it's hard to defend yourself," Angel menyeringai. "Especially when those words are true," tambahnya. Ia lanjut tertawa kembali.

Randy saja mulai jijik melihatnya. "Jadi itu benar? Kau adalah si Ratu Kegelapan? Penyebab dari semua ini?!!" serunya emosi, sementara Hari sudah siap untuk melemparkan kapak ke gadis itu. Kurang ajar dia. Mereka bahkan percaya bahwa Angel jauh lebih baik daripada kawan mereka sendiri, Calista, tapi ternyata hatinya lebih busuk daripada Victoria? Sinta menatap Avyra sebelum menataop ke bawah dengan tatapan kosong. "Jadi ini... pengkhianatan yang... sebenarnya?" gumamnya pada dirinya sendiri. Nafasnya mulai memburu, kini ia mulai gemetaran.

"Jadi... Avyra bersekongkol dengannya?" tanya Azmi, ada sedikit rasa ngeri padanya; pada mereka semua.

"Tidak," perlawanan itu bukan berasal dari mulut Avyra, Calista, maupun adik-adiknya, melainkan dari Nienid. "Avyra.. Avyra tidak bersalah! Dia—dia tidak melakukan kesalahan apapun," Nienid menggeleng-gelengkan kepalanya dan menghadap Azmi. "Dia masih Avyra yang dulu; Avyra yang selalu kita kenal. Dia menolongku setelah kebangkitanku pada malam Halloween. Baju dan sepatu ini juga pemberiannya. Dia membantuku untuk terbiasa dengan kehidupan baruku, dan membantu mengendalikan nafsuku," aku Nienid penuh keyakinan.

"Lalu mengapa dia menyembunyikanmu?!" desak Virgin.

Kini Nienid menghadapnya dan menunduk. "Itu... itu semua permintaanku. Aku malu kembali, apalagi setelah apa yang kuperbuat. Aku ini berbahaya dan seorang pembunuh. Aku tahu, mungkin Calista pernah melakukan yang lebih buruk," Nienid menatap Calista yang segera membalasnya dengan tatapan 'selamat, kau telah menyinggungku'. "tapi aku membunuh karena tidak bisa menjaga nafsuku. Aku tidak memiliki kendali atas diriku sendiri. Aku tidak pantas berteman dengan kalian," mata kelam Nienid mulai ditutupi air mata, membuat matanya sebening kaca.

"Tapi—tapi dia membunuhmu dan juga Sinta! Sahabatnya sendiri!" seru Raymond garang. "Dia bahkan membangkitkan para Pasukan Kegelapan. Dia bersalah," kali ini kata-kata itu menaklukkan Nienid. Ia tidak tahu apa lagi yang harus dikatakan.

Akhirnya, Avyra memutuskan untuk membela dirinya. "Pada malam itu, sebelum aku sempat mengetahui siapa pelaku dari semua ini, aku berbicara dengan Angel. Dia berusaha menyemangatiku—kelihatannnya. Dan tak lama setelahnya, bukannya merasa semakin tenang, aku malah semakin marah dan tak terkendali. Aku sendiri tidak sadar aku berbuat apa," jawab Avyra.

"Maling tidak ada yang mau mengaku," ujar Hari tak sabar.

"Iblis mana tahu arti kata 'percaya'," balas Avyra sebal yang segera membuat Hari terbungkam hebat.

"Lalu bagaimana kau bisa bebas? Kenapa kau kemari? Kenapa dia begitu menyebalkan?" protes Adnan seraya menunjuk Angel yang mulai terlihat sedingin Calista.

"Aku melihatnya, dalam mimpi, dan Kristalku juga menunjukkannya padaku. Aku sedang berada di sebuah ruangan biru muda, dan menemukan ini," Avyra pergi ke dalam Istana, tepatnya ke sudut Aula Besar dan membuka laci pertama lemari kabinet yang ada. Ia pun kembali dengan secarik kertas di tangannya dan menunjukannya pada mereka. Sinta terperanjat. Bagaimana bisa Avyra menemukannya? Pantas saja ia tidak pernah menemukannya lagi; Avyra mengambilnya.

Blood Of FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang