Chapter 14

2.8K 271 13
                                    

[Vote dulu baru baca]





Chapter 14

Kesedihan masih menyelimuti hati jimin. Istrinya kang seulgi tak kunjung bangun dari komanya. Dihari ke-2 seulgi dirawat, kondisi seulgi menurun drastis. Bahkan seulgi sempat tak bernafas. Namun karena bantuan dari alat-alat medis yang ada mengakibatkan ia masih dapat bertahan hidup hingga hari ke 24 ini.  

“sayang, kamu nggk cape tidur terus” jimin mengusap lembut punggung tangan istrinya.

“kamu nggk mau liat aku lagi” setiap jimin melihat keadaan istrinya ia tak pernah bisa menahan desakan air mata yang ingin keluar.

Dokter berkata kepada jimin bahwa koma seulgi tak akan lama, diperkirakan kurang lebih hanya sampai 10 hari. namun apa, bahkan dihari ke 24 ini seulgi masih belum bangun, atau hanya sekedar memberi tanda ia akan bangun dari komanya. Dokter juga mengatakan jika hingga hari ke 25 nanti seulgi belum juga bangun dari tidur panjangnya, maka dengan terpaksa pihak rumah sakit akan melepas semua alat bantu yang terpasang ditubuh seulgi. Alat yang selama 24 hari itu membantu seulgi agar tetap bernafas.

“aku harap kamu bisa menerima semua kenyataan ini disaat kamu bangun nanti” jimin menghapus air matanya kemudian mencium punggung tangan seulgi.

“hai kak!” sapa irene juga sehun. Hampir setiap harinya sehun dan irene datang menjenguk seulgi. Mereka pula yang selalu mengingatkan jimin untuk istirahat dan makan. Selama seulgi koma, jimin bahkan melupakan kehidupannya sendiri, tak mau makan juga istirahat. Ia benar-benar menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi pada seulgi.

“kak jimin istirahat aja, biar aku sama sehun yang jagain seulgi” ucap irene setelah meletakan makan siang yang sempat dibelinya sebelum datang ke rumah sakit.

“oh iya, gimana sidangnya kak?” tanya sehun. Jadi selama beberapa hari lalu, jimin di hadapkan dengan sidang kasus yang dialaminya.

“lancar, dia udah ditetapkan kurungan penjara seumur hidup karna tuduhan pembunuhan berencana” jawab jimin.

“itu memang pantas untuk dia”

Hera ditetapkan hukuman penjara seumur hidup karna tindakan pembunuhan berencananya , bahkan "calon" anak dari jimin dan seulgi telah menjadi korbannya. Selama persidangan jimin benar- benar muak melihat wajah hera. Setiap jimin bertatapan dengan hera, hera selalu menunjukan smirk mengerikannya itu. Seakan tak ada rasa bersalah sama sekali.

Satu kata yang menggambarkan hera dimata jimin, Psikopat.


.

.

Matahari telah tenggelam, digantikan oleh bulan dan bintang-bintang yang menghiasi langit malam saat ini.

Jimin memandang langit malam yang gelap itu sambil memikirkan sesuatu.

Dipikirannya saat ini adalah bagaimana caranya agar seulgi segera bangun dari tidur panjangnya, mengingat alat-alat yang dipasang pada tubuh seulgi akan dilepas besok.

 
Ia menatap kearah langit malam, melihat indahnya langit malam saat itu. dihiasi bintang-bintang yang bersinar terang. ia membayangkan ingin menjadi seperti bintang. Selalu bersinar dan setia menemani bulan. Walaupun ukurannya kecil, namun selalu mendampingi bulan.
sinarnyalah yang membuatnya terlihat berarti.

Bulan tak bersinar namun bintanglah yang bersinar, bintang membiarkan cahayanya memantul pada bulan hingga terlihat seolah-olah bulanlah yang bersinar. Bintang selalu setia pada bulan, bahkan saat terhalang awan hitam sekalipun sinarnya akan tetap terang.  

Accident (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang