Bahagia Pendekar Binal 1

4.1K 64 2
                                    

Gui Moa-ih pikir diri sendiri memang tidak mungkin tahan seperti Siau-hi-ji, tapi ia menjadi gusar dan mendamprat, "Kau sudah terpikat oleh bocah ini, dengan sendirinya segalanya kau puji."

"Dia memang hebat dan harus dipuji, kalau tidak ... kalau tidak masa aku sampai terpikat olehnya?!"

Gui Moa-ih jadi melengak dan kikuk sendiri, katanya, "Ucapan begini pun dapat tercetus dari mulutmu?"

"Mengapa aku tidak berani mengucapkan isi hatiku sendiri? Ini kan bukan sesuatu yang memalukan? Jika main sembunyi-sembunyi, diam-diam makan dalam menyukai seorang, tapi tidak berani mengutarakannya, cara beginilah baru memalukan dan menggelikan .... Betul tidak?"

Wajah Gui Moa-ih yang pucat kekuning-kuningan itu jadi merah jengah juga, segera ia menjengek pula, "Tapi meski kau menyukai dia, rasanya belum tentu dia suka padamu."

"Yang penting aku suka padanya, apakah dia juga suka padaku atau tidak bukan soal, kau tidak perlu ikut khawatir," kata So Ing.

"Hm, kau ...." Gui Moa-ih bermaksud mencemoohkannya, tapi tidak tahu apa yang harus diucapkannya.

Dengan tertawa So Ing menyambung, "Apalagi seumpama sekarang dia tidak suka padaku, nanti juga aku ada akal untuk membuatnya suka padaku."

Sampai di sini, tak tahan lagi Siau-hi-ji, ia bergelak tertawa, katanya, "Tepat, tepat sekali. Rasanya sekarang juga aku sudah mulai menyukai kau."

Air muka Gui Moa-ih sebentar putih sebentar hijau saking menahan geramnya. Teriaknya kemudian dengan bengis, "Jika demikian, bila dia mati tentu kau sangat berduka, bukan?"

So Ing tersenyum, jawabnya, "Sejak mula sudah kuketahui kau pasti akan memperalat dia untuk memeras diriku. sesungguhnya apa kehendakmu? Masa kau tidak enak untuk bicara terus terang?"

Melihat kerlingan mata si nona yang menggetar sukma, melihat dadanya yang berombak perlahan di bawah bajunya yang tipis itu, hati Gui Moa-ih menjadi berdebar dan bibir pun terasa kering, serunya, "Aku ... aku ingin kau ...." mendadak ia menggerung dan berputar cepat sambil memukuli dada sendiri beberapa kali, ia tidak berani menatap si nona pula, teriaknya, "Aku ingin kau ceritakan rahasia yang kau dengar kemarin."

"O, kau sudah bertemu dengan Pek San-kun?"

"Hmk," dengus Gui Moa-ih.

Tiba-tiba So Ing tertawa dan berkata, "Sebenarnya, sekalipun yang kau inginkan adalah diriku pasti juga akan kuserahkan padamu, cuma sayang kau sendiri tiada punya keberanian sehingga kesempatan baik ini tersia-sia."

Gui Moa-ih meraung gusar, mendadak ia membalik tubuh dan mencengkeram pundak si nona, teriaknya dengan suara parau, "Kau ... kau budak busuk, perempuan hina, kau ... kau ...."

Tapi So Ing tetap tenang-tenang saja, ucapnya dengan tersenyum genit, "Kutahu sekarang kau menyesal mengapa tadi tidak berani mengutarakan isi hatimu. Tapi itu urusanmu sendiri, mengapa aku yang menjadi sasaran kedongkolanmu?"

"Persetan!" bentak Gui Moa-ih murka. "Siapa menghendaki perempuan busuk macam kau, kau ...." karena tak tahu apa yang dikatakan, mendadak sebelah tangannya menampar muka So Ing.

Namun si nona tidak berkelit, sebaliknya mukanya yang molek itu seolah-olah sengaja disodorkan malah, katanya, "Jika ingin memukul aku, silakan pukul saja. Tapi apakah kau sampai hati memukulku?"

Di bawah cahaya bintang yang berkelip-kelip itu wajah So Ing kelihatan kemerah-merahan laksana bunga mawar yang baru mekar dengan pandangannya yang sayu. Tangan Gui Moa-ih jadi terhenti di udara dan tidak jadi memukul.

So Ing malahan terus mendekatkan tubuhnya ke sana, katanya sambil memejamkan mata, "Pukul, ayolah pukul! Mengapa tidak jadi pukul!"

Tubuh Gui Moa-ih seperti mulai gemetar, hatinya menggereget. Kalau bisa dia ingin memeluk si nona sekarang juga, tapi dia justru sangsi dan tidak berani. Wajahnya yang pucat kuning tampak berkeringat.

Twins aka Pendekar Binal (Jue Dai Shuan Jiao) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang