Pendekar Binal 9

2.3K 44 1
                                    

"Kuingin ... ingin ...."

"Ingin makan tahi?" tukas Siau-hi-ji.

"Konon tahi berkhasiat menawarkan racun, karena ... karena aku keracunan, maka ... maka ...."

"Huh, kau setan cilik ini memang pintar putar lidah," jengek Siau-hi-ji. "Tapi jangan kau harap bisa mendustai aku. Kalau tidak bicara terus terang, segera kuseret kau menghadap Siau Mi-mi dan memberitahukan padanya bahwa beberapa selir kesayangannya itu terbunuh olehmu."

"Aku ... aku tidak ...." Kang Giok-long menjadi gemetar.

"Kau sengaja membunuh mereka untuk memancing pergi Siau Mi-mi, habis itu kau lantas sembunyi di suatu tempat rahasia, setelah Siau Mimi tidak dapat menemukan dirimu, lalu kau mencari kesempatan untuk meloloskan diri dari sini."

"Kau ... dari mana kau ...."

"Huh, hanya sedikit akal busukmu masakan dapat mengelabui aku? Sebelumnya memang sudah kuduga kau pasti akan berbuat sesuatu. Sekarang kalau kau masih ingin hidup, kau harus bekerja sama dengan aku."

Akhirnya Kang Giok-long menghela napas, katanya, "Baik, aku menyerah. Ucapanmu memang tidak salah, tempat sembunyiku itu justru berada di dalam jamban ini. Selama setahun barulah aku berhasil menggalinya."

"Sungguh luar biasa, tempat sembunyi dibuat di dalam jamban, masa tidak takut bau?"

"Jika ingin hidup, terpaksa tidak menghiraukan bau busuk lagi."

"Tidak sedikit orang busuk yang pernah kujumpai, tapi bicara tentang kesabaran, kekerasan hati, betapa pun kau terhitung nomor satu, mau tak mau aku pun harus kagum padamu."

"Sudahlah, waktu sudah mendesak, lekas lepaskan aku, akan kubawa engkau masuk ke situ."

"Ya, bersihkan jalannya, supaya aku ...."

Baru saja Siau-hi-ji lepaskan pegangannya dan belum habis bicara, mendadak kedua kaki Kang Giok-long menendang secara berantai, sungguh tendangan keji dan jitu, padahal tampaknya dia tidak memiliki kepandaian setinggi ini.

Namun Siau-hi-ji juga sudah memperhitungkan segala kemungkinan, baru saja kaki lawan bergerak, segera Siau-hi-ji menutuk Hiat-to bagian kaki lawan sehingga setengah tubuh bagian bawah Kang Giok-long tak dapat bergerak lagi.

"Hm, kan sudah kukatakan padamu bahwa kau takkan mampu mengakali aku, ayolah lekas menerobos lagi!" jengek Siau-hi-ji.

"Aku ... kakiku tak dapat bergerak lagi," keluh Kang Giok-long.

"Kaki tak dapat bergerak, merangkak saja dengan tangan," ucap Siau-hi-ji.

Kang Giok-long tidak berani banyak cincong lagi, ia benar-benar merangkak ke dalam dengan menggunakan tangan.

Liang jamban itu sebenarnya ada sebuah lubang untuk saluran kotoran, tapi sedikit di bawah mulut lubang itu telah digali lagi sebuah lubang kecil oleh Kang Giok-long sehingga tiba cukup untuk disusupi oleh tubuhnya. Jadi dia merangkak ke liang itu seperti gangsir.

Terpaksa Siau-hi-ji menahan napas dan ikut merangkak ke situ. Syukur hanya sebentar saja bau tahi tidak terasa lagi.

Sambil menggeleng dan menyengir Siau-hi-ji berkata, "Orang bilang aku ini siluman kecil, tapi kukira yang tepat disebut siluman kecil ialah dirimu. Hebat juga cara berpikirmu sehingga dapat menggali tempat sembunyi seperti ini."

Lorong sempit di bawah tanah itu kira-kira dua-tiga meter panjangnya, pada ujung sana adalah sebuah gua, kecil, luasnya kurang lebih cuma dua meter persegi. Tapi di situ sudah disiapkan dua buah kasur dan selimut, ada lagi dua guci air minum dan satu guci arak, satu onggok dendeng, sosis dan wajik. Selain itu ada pula beberapa jilid buku.

Twins aka Pendekar Binal (Jue Dai Shuan Jiao) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang