Pendekar Binal 5

2.4K 50 0
                                    

"Hah, kiranya Kiukohnio kita juga seorang tabib wanita, sungguh boleh dikatakan serba pintar dan serba bisa," demikian Siau-hi-ji berucap dengan tertawa. "Eh, engkau membawaku ke sini, apakah hendak mengobati lagi penyakitku?"

"Benar," jawab Buyung Kiu-moay.

"Racunku sudah ditawarkan, masakah masih sakit?" ujar Siau-hi-ji.

"Tubuhmu berlebihan sesuatu barang, jika barang itu dipotong tentu kau akan bertambah sehat," kata Buyung Kiu-moay.

"O, barang apakah maksudmu?"

"Lidahmu!" dengus si nona.

Siau-hi-ji melelet lidah dan cepat menyingkir ke pojok sana. Dengan tertawa ia berkata, "Ucapanku dapat membuat kau marah, terasa suatu kehormatan juga bagiku."

Buyung Kiu hanya mendengus saja terus berpaling ke sana, katanya, "Obat-obatan yang berada di sini adalah benda-benda mestika yang sukar dicari, kau dilarang sembarangan menjamahnya."

"Kau kira aku akan menjamahnya atau tidak?"

"Jika kau ingin menjamahnya juga masa bodoh," ujar si nona dengan tersenyum hambar. "Hanya ingin kuperingatkan bahwa di antara obat-obatan ini meski banyak terdapat obat mujarab yang dapat menambah tenaga dan membikin panjang umur, tapi juga tidak sedikit obat-obatan beracun yang dapat membikin busuk isi perutmu, kalau kau keracunan terang tiada orang yang dapat menolong kau."

"Wah, apa betul?" Siau-hi-ji sengaja melelet lidah pula. "Ai, dasar nyaliku kecil, kau sengaja menakut-nakutiku pula, bisa mati kaku aku."

"Asalkan kau tidak sembarangan bergerak pasti tiada seorang yang mengganggu seujung rambutmu," kata si nona.

"Ditemani kau, dengan sendirinya tiada seorang pun yang mampu mengganggu diriku," ucap Siau-hi-ji dengan tertawa.

"Sekarang adalah waktu latihan kungfuku, aku harus pergi," kata si nona.

"Engkau ... akan ke mana, aku tetap ikut," kata Siau-hi-ji.

Buyung Kiu menjadi cemas, bentaknya bengis, "Jika kau mengikuti aku lagi, sebelum orang mencelakaimu mungkin akan kubinasakan dirimu lebih dulu."

Siau-hi-ji menghela napas, katanya, "Ai, anak perempuan secantik kau, sekali tersenyum saja cukup membuat orang semaput, untuk apalagi berlatih Kungfu segala ... setelah berhasil meyakinkan Kungfumu, mungkin kau sudah telanjur tua."

Buyung Kiu-moay tidak menggubrisnya lagi, ia terus menuju ke suatu pintu tembaga yang lain, ia mengeluarkan anak kunci emas pula dan membuka pintu itu, lalu menoleh dan memperingatkan Siau-hi-ji, "Jika kau berani sembarangan melangkah masuk pintu ini, maka jangan harap kau dapat keluar dengan hidup!"

"Pintunya kau kunci, cara bagaimana aku dapat masuk ke situ?" ujar Siau-hi-ji dengan tertawa.

"Memangnya kau dapat masuk?" jengek si nona dan segera menyelinap ke balik pintu terus dirapatkan kembali, "klik", pintu dikunci pula sehingga Siau-hi-ji tidak sempat melongok barang sekejap pun bagaimana keadaan di dalam sana.

Tapi anak muda itu pun tidak gelisah dan terburu-buru, dengan kemalas-malasan ia mengulet, lalu bergumam, "Perempuan, o, perempuan, penyakit kalian yang terbesar adalah menganggap lelaki di seluruh dunia ini tolol semuanya, kau kira aku tidak dapat membedakan obat mujarab atau obat racun yang terdapat di sini? Huh, ketahuilah bahwa sejak kecil aku dibesarkan di tengah onggokan obat-obatan, jenis obat-obatan yang kukenal jauh lebih banyak daripadamu."

Begitulah sembari menggrundel sendiri ia terus bongkar sana dan singkap sini, semua obat-obatan itu ditelitinya. Katanya kemudian dengan tertawa, "Pantas dia menakut-nakuti aku, bahkan sudah belasan tahun paman Ban sukar mendapatkannya, tapi di sini tersedia empat-lima obat-obatan mestika itu. Ah, agaknya rezeki perutku tidaklah jelek."

Twins aka Pendekar Binal (Jue Dai Shuan Jiao) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang