Bakti Pendekar Binal 5

3.3K 57 5
                                    

Maka jago tua "Kim-to-bu-tek" Peng Thian-siu yang pertama-tama tidak tahan, segera ia menjengek, "Hm, cara bicara sahabat cilik ini sungguh sukar dipahami."

"Kau tidak paham bicaraku?" tanya Siau-hi-ji.

"Ya, tidak paham," jawab Peng Thian-siu.

"Maksudku, jika kau anggap kawan Hoa Bu-koat juga kawanku, maka aku benar-benar sebal dan sial habis-habisan. Meski pribadi Hoa Bu-koat masih boleh juga, tapi kawannya ... he, hehehe!"

"Memangnya bagaimana kawannya?" Peng Thian-siu menegas pula.

"Kawannya itu sungguh manusia berhati binatang, bukan saja melihat bahaya menimpa teman sendiri tidak memberi bantuan, bahkan ...."

"Siapa yang kau maksudkan?" damprat Peng Thian-siu gusar.

"Siapa yang mengaku kawan Hoa Bu-koat, dialah yang kumaksud," jawab Siau-hi-ji.

"Kang-tayhiap juga kawan karib Hoa-kongcu, memangnya kau maksudkan ...."

"Yang jelas orang yang kumaksudkan pasti bukan kau," jengek Siau-hi-ji. "Sebab nilaimu untuk menjadi kawan Hoa Bu-koat masih belum cukup, paling-paling kau hanya mahir menjilat pantat Kang Piat-ho saja."

"Brak", dengan keras Peng Thian-siu menggebrak meja dan membentak dengan bengis, "Kurang ajar! Apakah kau tahu siapa diriku?"

"Oya, memang aku tidak tahu," jawab Siau-hi-ji.

Belum lagi Peng Thian-siu membuka suara, di samping sudah ada yang menukas, "Huh, nama 'golok emas tanpa tandingan' Peng-loenghiong saja tidak tahu, berdasar apa kau berani berkecimpung di dunia Kangouw?"

"O, kiranya Peng-loenghiong," kata Siau-hi-ji.

Peng Thian-siu mengira anak muda itu telah kena gertak oleh nama besarnya, dengan tertawa yang dibuat-buat ia menatap Siau-hi-ji.

Tak terduga anak muda itu lantas menyambung pula, "Tapi julukan Peng-loenghiong kukira harus diganti yang lebih mentereng dan tepat."

"Ganti apa?" tanya Peng Thian-siu.

"Jika julukanmu diganti menjadi 'penjilat pantat tanpa tandingan', wah, jadinya tepat dan kena pada sasarannya," ucap Siau-hi-ji.

Di tengah perjamuan Kang Piat-ho sebenarnya Peng Thian-siu merasa rikuh untuk beraksi, tapi sebegitu jauh tuan rumah itu ternyata tidak mencegah, bahkan seakan-akan tidak mau tahu ada ribut-ribut ini.

Sudah tentu ia tidak tahu bahwa Kang Piat-ho justru berharap Siau-hi-ji akan mengikat permusuhan sebanyak-banyaknya dan ini berarti akan menguntungkan posisinya, Peng Thian-siu mengira berdiamnya Kang Piat-ho memang sengaja memberi kesempatan padanya untuk menghajar anak muda penyatron itu. Apalagi setelah mendengar istilah "penjilat pantat tanpa tandingan", tentu saja ia tidak tahan, sambil meraung, dari balik meja sana segera ia menubruk ke arah Siau-hi-ji.

Kedatangan Siau-hi-ji ini memang sengaja hendak mencari perkara, sengaja mengacau, ia hanya tertawa saja menghadapi tubrukan Peng Thian-siu itu, mendadak ia angkat sumpit di depannya dan menutuk perlahan.

Seketika Peng Thian-siu merasa tubuhnya kaku kesemutan dan tak dapat mengeluarkan tenaga. "Blang", kontan ia jatuh terguling di atas meja, mangkuk piring menjadi berantakan.

Dengan mengikik tawa Siau-hi-ji berseru, "Kang Piat-ho, kenapa kau begini kikir, santapan lezat tidak suruh menghidangkan, memangnya kau gunakan si penjilat pantat ini sebagai hidangan?"

Sudah tentu di antara hadirin itu banyak terdapat kawan Peng Thian-siu, yang duduk berdekatan sudah sama berdiri dan siap turun tangan.

Tenang-tenang saja Hoa Bu-koat memandang Kang Piat-ho, tapi Kang Piat-ho tetap diam saja, sama sekali tiada maksud melerai seakan-akan tiada sangkut-pautnya dengan dia.

Twins aka Pendekar Binal (Jue Dai Shuan Jiao) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang