Bahagia Pendekar Binal 5

3.2K 56 3
                                    

Selang sekian lama baru terdengar suara Siau-hi-ji berkumandang dari lubang di atas sana, "Keluarkan kau? Hahaha, supaya aku dapat kau bunuh?"

Dengan menggereget Kiau-goat menjawab, "Aku ... aku berjanji takkan membunuhmu."

Selama hidupnya bilakah pernah mengucapkan kata-kata yang bersifat kompromis begini? Tapi kini toh dia harus merendah diri dan berucap demikian, keruan serasa hancur hatinya. Namun apa daya, mau tak mau dia harus berucap demikian. Sebab ia pun tahu setelah pintu keluar tertutup, ruangan ini tiada ubahnya seperti sebuah guci yang tersumbat dan tiada jalan keluar lagi.

Meski tahu dirinya tetap tak terhindar dari kematian, tapi betapa pun ia tidak sudi mati di sini, tidak sudi mati di samping Gui Bu-geh, lebih-lebih tidak sudi kematiannya diintip oleh Siau-hi-ji.

Dalam pada itu terdengar Siau-hi-ji berkata pula di atas, "Sekalipun kau tidak membunuhku juga tak dapat kukeluarkan kau, sebab, biarpun kau tidak membunuhku, sebaliknya aku yang akan membunuhmu. Jangan lupa, permusuhan antara kita bukan urusan kecil."

Tergetar hati Kiau-goat Kiongcu, ia tidak dapat bicara lagi.

"Supaya kau tahu, mestinya tadi jangan kau beri kesempatan padaku untuk bicara dengan So Ing," terdengar Siau-hi-ji berkata pula.

Kiau-goat tidak mau gubris padanya, tapi timbul juga rasa ingin tahunya, segera ia tanya, "Sebab apa?"

"Tahukah apa yang kukatakan pada So Ing tadi?" tanya Siau-hi-ji, ia terbahak-bahak, lalu menyambung, "Waktu itu kukatakan padanya agar dia mengorek botol arak dari atas sini, lalu kusuruh berjaga di samping pesawat rahasia, begitu aku keluar segera dia menutup pintunya. Kalau tidak, selagi aku bertempur mengadu jiwa denganmu masa dia rela menyingkir pergi?"

Tubuh Kiau-goat agak gemetar, katanya "Tapi dia ... dia ...."

"Jangan kau lupa, dia dibesarkan di sini, semua pesawat rahasia di sini, kecuali Gui Bu-geh, tentu saja dia yang paling jelas."

Kiau-goat melenggong sekian lamanya, sekujur badan serasa lemas lunglai, ia bergumam, "Ya, aku terlalu gegabah, sungguh aku terlalu gegabah ...."

"Apa gunanya baru sekarang kau menyesal? Apakah ada orang yang akan menolongmu sekarang?" Setelah terbahak-bahak Siau-hi-ji melanjutkan, "Maka sebaiknya kau menunggu kematian saja dengan tenang. Meski tempat ini agak bau, paling tidak kan cukup tenteram, tiada lalat tiada nyamuk, apalagi, kau pun tidak sendirian, kan ada Gui Bu-geh yang menemanimu?!"

"Tu ... tutup mulut!" teriak Kiau-goat dengan suara seram.

Tapi Siau-hi-ji bahkan berseru pula dengan tertawa, "Gui Bu-geh, wahai Gui Bu-geh! Sewaktu hidupmu tidak dapat tidur seranjang dan sebantal dengan orang yang kau cintai, setelah mati kau malah dapat bersatu liang kubur dengan dia, betapa pun kau masih mujur. Tapi kau pun jangan lupa, akulah yang membantumu, jadi setan juga kau mesti membalas budi kebaikanku ini."

Kiau-goat murka, dengan kalap ia menubruk ke depan mayat Gui Bu-geh, tangan terangkat dan segera hendak menghantamnya.

"He, apa yang hendak kau lakukan?" seru Siau-hi-ji tiba-tiba. "Haha, Ih-hoa-kiongcu yang gilang-gemilang masa menganiaya mayat yang sudah tak bisa berkutik?"

Seketika tangan Kiau-goat terhenti di atas dan berdiri mematung.

Tiba-tiba Siau-hi-ji menghela napas dan berucap, "Padahal aku pun dapat memahami perasaanmu. Memang tiada seorang pun rela mati di tempat yang kotor dan menjijikkan seperti ini, apalagi di samping mayat yang sangat menjijikkan pula, lebih-lebih dirimu. Meski engkau berjiwa sempit dan juga bersikap dingin kepada siapa pun, namun, bicara sejujurnya, engkau bukankah orang yang kotor dan menjijikkan."

Twins aka Pendekar Binal (Jue Dai Shuan Jiao) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang