15.

342 52 0
                                    

Akhirnya setelah hampir 2 jam membereskan barang2ku, aku bisa bersantai juga. Kurebahkan tubuhku disofa, kunyalakan televisi mencari chanel yang bagus, tapi sama sekali tidak ada yang mencuri perhatianku, lalu kumatikan kembali. Kutatap langit2 ruang tamu ini, ingatanku kembali berputar kebelakang, mengingat pertemuanku kembali dengan taeyong tadi. Aku tidak habis pikir kenapa kami dipertemukan kembali, padahal aku sudah hidup tenang tanpa bayangan laki2 menyebalkan itu. Apakah ini pertanda hal buruk akan terjadi padaku?

"Hufftt..." aku menghela nafas berat lalu kualihkan pandanganku pada ponsel yang tergeletak diatas meja. Ponsel berwarna hitam itu milik taeyong, laki2 itu memberikan ponselnya sebagai jaminan.

*flashback*
Taeyong tiba2 menyodorkan ponselnya padaku. "Ini ambil saja ponselku dulu!"

Aku menyipitkan mata, menatapnya curiga. "Apa maksudmu?"

"Uangku masih ada di bank, jadi sebagai jaminan ganti rugi ponselmu... pakai saja dulu ponselku" katanya sambil mengeluarkan kartu SIM ponselnya.

"Kau serius?!"

"Ya, aku serius! Nanti jika aku sudah mengambil uangku di bank, aku akan menebus ponselku dan akan kuganti ponselmu dengan yang baru. Ambillah!!"

Dengan ragu2 kuambil ponselnya. "Baiklah, aku setuju! Tapi ingat, kau harus segera membelikanku ponsel baru!"

"Ya tenang saja!" Ucapnya.

*flashbackoff*

Ting tong... ting tong...
Bel apartemenku berbunyi nyaring, aku segera beranjak dari sofa menuju pintu. Tapi aku tidak buru2 membukanya, kulirik monitor yang terpasang di dinding samping pintu. Taeyong tengah berdiri didepan pintuku dengan wajah gusar. Ia sekali lagi memencet bel.

"Mau apa dia kesini?" Pikirku sejenak. Kemudian kubuka pintu, taeyong tampak terkejut, tapi kemudian dia tersenyum manis padaku.

"Anyeonghaseyo?" Sapanya ramah. Melihatnya seperti itu membuatku merinding, ada apa dengannya? Kenapa dia tiba2 ramah padaku?

"Hhh, apa aku tidak salah dengar? Bukankah kita baru saja bertemu dan kau sama sekali tidak menyapaku seramah ini. Apa sebenarnya tujuanmu ini, hah?!" Tudingku sambil memicingkan mata. Kulihat taeyong menelan ludahnya, terlihat jelas dari jakunnya yang naik turun.

Bruk. Tiba2 taeyong menjatuhkan diri, berlutut dihadapanku sambil merangkul kedua kakiku. Aku terkejut dan berusaha melepaskannya.

"Taeyong, apa2an ini?! Cepat lepaskan!"

"Tolong aku, aku mohon!" Rengeknya memelas semakin memeluk kakiku erat.

"A-apa maksudmu? Cepat lepaskan- atau kuhajar kau!" Bentakku.

"Tidak, aku tidak mau melepaskannya sebelum kau mau membantuku"

"Aisshh... kau ini benar2 menyebalkan yah, lalu apa yang bisa aku bantu?!"

"Pinjamkan aku uang" katanya sambil menatapku dengan tatapan super memelas. Aku makin merinding melihat tingkahnya.

"Jadi kau datang kesini dan bersikap ramah padaku hanya untuk merayuku agar aku mau meminjamkan uang padamu, begitu? Ck, kau benar2 licik."

"Tapi sayang aku tidak mau membantumu" kataku seraya melepaskan tangan taeyong dari kakiku dengan kasar. Aku segera masuk kedalam dan menutup pintu.

"Irene-ah aku mohon... aku sedang kesusahan, kau kan gadis baik. Aku mohon!" Dia menggedor2 pintuku. "Aku baru saja kecopetan, semua uangku dan kartu kreditku hilang entah dimana. aku sudah tidak punya apa2 lagi, aku juga tidak punya tempat tinggal. Tadinya aku mau membeli apartemen disini, tapi ketika hendak membayar.... aku baru sadar kalau dompetku sudah tidak ada." Jelasnya panjang lebar masih menggedor-nggedor pintu.

"Aku tidak peduli!" Teriakku. Aku segera masuk ke kamar, menghempaskan diriku ke kasur dan menenggelamkan kepalaku kebantal.

.
.
.

.
.
.

Aku sangat membutuhkanmu irene-ah -tyng

.
.
.

Aahh udah gabanyak basa-basi ... kepo bagaimana kisah bang terong selanjutnya kan? Jan bosen2 baca YAME :*
SUNT~

You Are My Everything (TaeyongxIrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang