17.

362 51 2
                                    

*Taeyong Pov*

Kurasakan sentuhan tangan di dahiku.. Begitu lembut, lalu sesuatu yang dingin dan basah diletakkan didahiku. Kubuka perlahan.

"Dimana ini?" Tanyaku pelan sambil melihat ke arah sosok yang tengah memunggungiku. Sedetik kemudian, sosok itu membalikkan tubuhnya. "Irene?!"

"Ne?(ya) ,ini aku irene... Kenapa?" Katanya ketus. Aku mesem. "Kenapa senyum, aku tidak menyuruhmu tersenyum kan?" Katanya lagi.

"Tidak apa2, aku hanya..."

"Hanya apa?" Potongnya dengan mata membulat.

"Hanya merasa malu"

"Malu?"

"Ya,malu karena kau telah menolongku. Terima kasih, irene-ah ,ternyata kau memang baik!" Ucapku tulus. Kali ini aku tidak sedang merayunya, aku benar2 merasa tertolong.

Irene memincingkan matanya, bertanya dengan curiga, "kau tidak sedang merayuku kan?"

"Tidak, aku tidak sedang merayumu, aku tulus" ucapku.

"Emm... Kalau begitu... Sama2 taeyong-ah!" Ucapnya lalu melenggang pergi. Tidak lama ia kembali dengan membawa semangkuk bubur dan air minum.

"Makanlah, biar tenagamu kembali pulih!" Suruhnya sambil memberikan mangkuk bubur padaku. Aku menerimanya dengan senang hati.

"고마워 (gomawo, terima kasih!)"

--

Irene menatapku tajam, aku belum berani mengeluarkan sepatah kata pun. Kulirik jam dinding yang ada diruangan ini, pukul 4 sore. Aku menarik napas dalam2 dan mencoba mengatur keadaan hatiku yang berantakan. Antara takut, malu tetapi butuh. Hwaaaa, aku dilema!!

"Lalu apa yang kau mau dariku, taeyong-ssi?" Tanya irene mulai percakapan. Aku menghela napas lega karena dia yang lebih dulu bertanya padaku.

"Emm.. Kemarin kan aku sudah bilang ingin pinjam uang untuk menyewa apartemen, uangku dicopet."

"Aku sedang tidak ada uang, membeli apartemen inipun dengan uang terakhirku," katanya langsung tanpa basa basi, itu membuat harapanku semakin pupus. aku tertunduk lesu.

"Hmmm, sayang sekali.." Desisku lemas, "tapi.. Emm... Apa boleh aku tinggal disini untuk sementara waktu?hanya satu bu.." Aku segera menutup mulutku--terkejut dengan ucapanku sendiri, aku tidak tahu kenapa bisa tiba2 berkata seperti itu.

Irene melotot, lalu berkata dengan nada tinggi, "Apa kau bilang Barusan, taeyong? Coba ulangi lagi."

"Aa..nu.. Itu.." Aku jadi salah tingkah. Apakah aku harus mengatakannya? Melihat wajah irene yang garang membuat nyaliku ciyut, namun hanya itu jalan satu2nya agar aku tidak jadi gelandangan. "Aku bilang... Apakah aku boleh tinggal bersamamu irene-ah??.."

Hening. Aku tertunduk... Tidak berani menatap mata irene.

"LEE TAEYONG... KAU INI BENAR2 MENYEBALKAN!!!" teriaknya lantang. Aku didorongnya keluar hingga tersungkur ke lantai, koperku juga menjadi korban kesadisannya--dilempar dengan kasar hingga isinya berhamburan keluar. BRAAKK. ia menutup pintu dengan keras.

"Irene-ah, aku mohon, ijinkan aku tinggal disini bersamamu! Aku tidak bisa pulang kerumah karena ayahku pasti akan marah besar, uang yang kupunya juga tidak cukup untuk menyewa apartemen. Aku mohon sekali lagi, irene-ah!" Kugedor gedor pintu apartemennya,sekali lagi memelas.

Setengah jam kemudian.

Clek.. Pintu terbuka. Aku mundur beberapa langkah, irene berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, tatapan matanya masih galak seperti tadi.

"Masuk, kita bicara di dalam saja!" Suruhnya dengan nada dingin.

"Ba...baik!"

Aku dan irene duduk berhadapan ,lagi2 mata elangnya menatapku tajam tanpa memberi celah untukku bergerak.

"Benar kau tidak punya uang?" Tanyanya.

"Ng... Iya. Dompetku yang berisi uang dan kartu kredit semuanya raib, yang tersisa hanya beberapa won saja dicelanaku." Ya memang dompetku hilang, tapi uang didalamnya tidak terlalu besar dan sama sekali tidak ada kartu kredit dan aku tidak punya uang simpanan bank--aku berbohong. Aku tidak mau irene tau aku jatuh miskin, bisa2 dia menertawaiku seumur hidup.

"Baiklah, aku mengijinkanmu tinggal disini, tapi ada beberapa syarat yang harus kau setujui!"

"Benarkah? Apa syaratnya? Aku akan menyetujuinya asal kau mau mengijinkanku tinggal disini."

Irene menyodorkan selembar kertas HVS padaku, aku bingung apa maksudnya. "Semua persyaratannya sudah aku tulis di kertas itu, kau tinggal membacanya, memahaminya, dan melaksanakannya." Jelas irene. Aku segera mengambil kertas itu dan membacanya dengan seksama. Ada tujuh poin yang tertulis, diantaranya:

1. Pihak yang menumpang harus mau membersihkan seluruh rumah termasuk mencuci piring;

2. Pihak yang menumpang tidak boleh menyentuh makanan pemilik rumah--alias harus membeli atau memasak makanan sendiri;

3. Pihak yang menumpang tidak boleh memakai fasilitas elektronik tanpa persetujuan pemilik (contohnya telepon);

4. Tidak boleh ikut campur urusan pribadi masing2;

5. Tidak boleh memberi tahu siapapun tentang kalau kita tinggal bersama (ini poin yang sangat penting);

6. Masa tinggal pihak penumpang hanya 1 bulan, tidak boleh lebih;

7. Jika pihak yang menumpang melanggar poin2 diatas akan langsung ditendang keluar alias diusir.

Aku membuang napas berat. Ada beberapa persyaratan yang memberatkanku, soal makanan... Jujur aku tidak punya uang untuk membeli makanan. Pekerjaanpun baru akan kumulai besok, itupun aku hanya menjadi pelayan restoran kecil---aku jadi bingung. Tapi, rasa gengsiku tetap memaksaku untuk tidak jujur, aku masih mempertahankan kehormatanku sebagai putra pengusaha kaya.

"Baiklah aku setuju, tapi emmm... Bisakah kuganti poin keenam, karena tidak mungkin aku mengumpulkan uang selama 1 bulan, hehe..."

Irene mendecakkan lidah. "Kalau begitu 2 bulan."

"Emm.. Bagaiman kalau... Tiga bulan? Ya, ya.." Tawarku sambil merapatkan kedua tanganku memohon padanya.

"Baik, aku setuju!" Ucap irene lalu mencoret angka satu pada poin ke enam dan menggantinya dengan angka tiga. Kami pun berjabat tangan.

.

.

.


.


.


Sudah ada kontrak diantara teyong dan iren??😨
Mau tau kelanjutannya kan?? 😳
(Maapin aku yang slow apdet ya ♥♥)
Jan lupa vomment..(maap kalau ada salah ketik)
Makasih juga sider yang mau mampir ke cerita ini...😄😘😘
Next~

You Are My Everything (TaeyongxIrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang