sembilan.

362 58 0
                                    

Kami berdua terdiam di dalam mobil tanpa bicara sepatah katapun. Perutku sejak tadi sudah memanggil2 minta diisi. Tapi aku tidak punya uang untuk membeli makanan. Usaha datang ke teman2ku juga gagal karena mereka juga diancam oleh ayahku. Ini benar2 buruk.

"Aku lapar!" Keluhku sambil memegangi perut, kulirik taeyong yang sedari tadi merebahkan kepalanya di stir.

Taeyong mengangkat kepalanya, berkata dengan lemas, "나도 (na do, aku juga)". Ia membuang nafas berat lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Tapi kita tidak punya uang."

Akhirnya kami terdiam lagi, aku hanya bisa menelan ludah, sementara perutku semakin menjerit2, kurasa cacing diperutku sudah melakukan demo karena sejak pagi aku belum makan apapun! Bahkan minum pun tidak. Sesekali kulirik taeyong yang sedang menatap langit2 mobil, entah apa yang dipikirnya. Lalu mataku beralih pada jam tangan berwarna gold yang terpasang dipergelangan tangannya.

Aku tersenyum senang. "Taeyong-ah, bagaimana kalau kau jual saja jam tangan milikmu itu, sepertinya mahal, kita pasti mendapatkan uang banyak." Usulku. Taeyong mendelik. "Tidak, jam tangan ini tidak boleh dijual atau disentuh siapapun." Sergahnya sambil menutup jam tangannya.

"왜 (wae, kenapa)?"

"Kau tidak akan mengerti, ini pemberian seseorang yang spesial, jam tangan ini sangat berharga bagiku," katanya tegas. Ada sesuatu yang aneh dimatanya, begitu tenang dan teduh, dan... ada sebuah kegembiraan juga dimatanya.

"Seseorang yang spesial?siapa itu?apa dia pacarmu?" Tanyaku penasaran.

"Em... belum jadi pacar, hanya saja... aku menyukainya sejak kelas 2 smp. Tapi sampai saat ini aku belum bisa mengatakannya." Aku taeyong sambil mengusap2 jam tangannya penuh kasih.

"아이고 (aigo, yatuhan)! Masa menyatakan cinta saja takut, haha.. pengecut!" Cibirku.

"Bu.. bukan takut, tapi aku sedang menunggu waktu yang tepat" kilah taeyong dengan ekspresi lucu seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah. Gugup dan salah tingkah.

"Jadi kau menolak perjodohan ini karena gadis itu?"

Taeyong mengangguk mantap. "Ya.. aku hanya ingin menikah dengan orang yang aku cintai. Emm... meskipun aku belum tahu apakah dia juga menyukaiku. Tapi aku akan menjaga hati ini sampai tiba saatnya aku akan mengatakan perasaanku padanya."

Aku terdiam. Kata2 taeyong menyentuh hatiku. Senang rasanya bisa dicintai seperti itu, kapan yah aku bisa bertemu dengan belahan jiwaku?

"Lalu siapa namanya dan seperti apa dia? ayo ceritakan padaku!" Desakku makin penasaran. Aku memang tipe orang yang penasaran dalam segala hal, jadi jangan pernah ada yang bicara setengah2 padaku.

"hmm... namanya Seolhyun, dia itu cantik, tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang. Dia juga baik, anggun dan pintar, she is a perfect girl." Jawabnya dengan mata berbinar.

"oh.. tapi seleramu itu terlalu tinggi, apa kau tidak merasa minder? Kurasa gadis yang seperti itu cocoknya dengan laki2 yang sempurna juga. Hmm kau kan tidak sempurna" ucapku sinis (duuhh semua manusia itu gaada yang sempurna keleess--, gimana atuh ih neng iren!!)

"Apa kau bilang? Memangnya kau tidak lihat betapa tampan dan gagahnya aku, aku juga pintar. Jadi, untuk apa aku merasa minder, aku dan seolhyun itu bagaikan pangeran dan putri yang sejak lahir udah ditakdirkan bersama." (Ingin berkata kasar 😂)

"Apa?! Hahahaha.. kau ini terlalu PD atauu kau sudah gila??" Aku tergelak sambil memegang perutku, taeyong hanya cemberut, bibirnya maju beberapa senti. Dasar laki2 aneh, kalau aku sih akan merasa minder karena kuakui aku tidak sempurna. Meskipun aku terlahir sebagai putri orang kaya, tapi bagiku aku tidak sempurna.

-tbc-
mungkin besok aku kaga apdet gaes.. lusa insyaallah apdet 😂
Tunggu nextnya yaaa.. (bagiyangpenasaran)
Jangan lupa vomment 😘😘

You Are My Everything (TaeyongxIrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang