18

385 47 10
                                    

*author pov*

Irene mendesah pelan, lalu menyandarkan punggungnya kesandaran kursi kerja dikamarnya. Ini terdengar aneh--tidak, bukan hanya terdengar tapi Juga terlihat aneh. Dia dan taeyong yang dulu bersikeras menolak perjodohan dan berusaha mati2an kabur dari orang tua mereka, sekarang malah tinggal bersama. Mungkin ia sudah gila menyetujui keinginan taeyong ini. Tapi apa boleh buat, sepertinya taeyong memang sedang kesusahan. Ya, setidaknya bisa mengurangi image-nya yang selama ini jelek dimata taeyong. Ia ingin taeyong tau kalau dia adalah wanita yang sangat.... Baik.

Taeyong masuk kekamar yang ada disebelah kamar irene, beberapa menit kemudian dia keluar lagi dengan handuk yang bertengger di pundaknya .... Hendak mandi. Irene memutuskan untuk menonton televisi sambil menikmati camilan berupa kripik kentang. Saat ini memang lebih enak bersantai ria, ya, meskipun seharian ini dia lebih banyak tidur karena merasa sangat lelah. Bahkan dia lupa kalau hari ini hari minggu.

Kruukk..krukk...krukk terdengar perut irene berbunyi nyaring. Gadis itu segera bangkit dan melangkah menuju dapur. Dia memasak sigumchi namul (bayam bumbu), masakan yang paling simple--hanya bayam direbus lalu ditiriskan setelah itu baru diberi bumbu kecap, minyak wijen, biji wijen, garam, bawang putih, dan gula. Benar2 simple kan? Ini juga salah satu makanan kesukaannya, apalagi bikinan sang ibu... Enaknya tak ada yang bisa menandingi.

"Selamat makan, ayah, ibu, kakak!" Serunya sendiri, lalu melahap makanan yang ia buat sendiri.

Taeyong baru saja keluar dari kamar mandi, dia sempat menoleh kearah irene yang sedang menikmati makan malamnya. Ia menelan ludah beberapa kali. Sepertinya enak, gumamnya dalam hati.

"Apa yang kau lihat hah?" Seru gadis itu galak. Taeyong merengut dan langsung melongos pergi ke kamarnya. Beberapa menit kemudian, dia muncul dengan membawa sebungkus mi instan, lalu merebusnya. Irene masih asyik dengan acara makannya tanpa memperdulikannya. Setelah matang dia duduk dihadapan irene. baru saja ia hendak melahap mi-nya irene malah membentaknya, "hei, siapa suruh duduk disitu?!"

Taeyong mendecakkan lidah, lalu berkata, "inikan meja makan, tempat kita makan. Apa yang seperti ini juga tidak boleh? Kau ini keterlaluan." Ia kemudian beranjak dari kursinya pergi keruang tamu. Irene terdiam.

___

Irene membuka pintu kamarnya sambil menguap panjang, lalu berjalam kearah dapur dengan mata masih mengantuk. Dari arah dapur terdengar suara benda-benda saling berbenturan. Ia mengucek-ngucek matanya, terlihat taeyong tengah mengangkat mangkok ke depan wajahnya lalu menyeruput sesuatu yang ada di dalam mangkok itu. Setelah itu, taeyong menyimpan mangkok dan gelas minumnya ke bak pencucian piring. Irene melirik jam dinding yang ada di ruangan itu, matanya mengerjap-ngerjap mencoba memperjelas penglihatannya. "Setengah enam..." gumamnya lalu menguap lagi.

"Aku kerja sampai pukul 9 malam dan kalau ada cucian piring simpan saja dulu" katanya tanpa menatap irene yang ada dihadapannya, ia sedang mencuci piring bekas makanannya.
"Iya" kata irene singkat, lalu masuk ke kamar mandi. Tapi kemudian ia membuka lagi pintu kamar mandi dan melongok dari balik pintu, bertanya pada taeyong "ini masih pagi kenapa kau sudah mau berangkat?"

"Aku ada meeting jadi harus datang lebih awal" jawab taeyong.

"Oh begitu..." irene mengangguk-ngangguk dan kembali menarik kepalanya kedalam.

___

Clek. Pintu depan dibuka dari luar--taeyong pulang. Irene melirik jam ponselnya pukul sembilan lebih sepuluh menit. "Lebih awal dari kemarin" gumam irene, "sebenarnya  dia itu kerja apa sih, kenapa berangkat pagi-pagi sekali dan pulang malam?" dahi irene berkerut, tangannya mengelus-ngelus dagunya. Ia sedang mencoba menebak-nebak pekerjaan taeyong , tapi tak satupun pekerjaan taeyong yang ada di bayangannya. Ya, memang tiga hari tinggal di apartemen irene--taeyong selalu berangkat kerja pagi-pagi sekali dan pulang sekitar pukul sembilan atau bahkan hampir tengah malam. Seperti kemarin malam, taeyong pulang pukul 12 malam. Dan itu membuat irene sedikit panik, apalagi ia tidak bisa menghubungi taeyong karena laki-laki itu tidak punya ponsel.
"Kau belum tidur?" tanyanya taeyong yang mendapati irene di dapur sedang mengambil minum.

You Are My Everything (TaeyongxIrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang