22

582 60 18
                                    

"yoboseyo" sapaku tidak bersemangat.

"Taeyong, apa yang terjadi? Kenapa suaramu seperti tidak bersemangat?" Cerocos orang yang menelepon taeyong. Suara wanita.

"Aisshh~ bisa tidak kau kecilkan volume suaramu, telingaku seperti tersengat listrik" omel taeyong masih tidak bersemangat.

Tapi sepertinya wanita yang meneleponnya tidak mempedulikan Omelan taeyong dan semakin bercerocos mengajukan pertanyaan "hei, ayo jawab, apa yang terjadi? Kau baik-baik saja kan? Kau tidak ditolak kan?"

"Aku baik-baik saja, Irene. Soal itu akan kuceritakan nanti dirumah" jawab taeyong.

"Kau yakin baik-baik saja? Aku mengkhawatirkanmu. Kau dimana sekarang? Aku akan segera kesana."

Taeyong mendesah. "Tidak usah kesini, nanti saja tunggu aku pulang"

"Tidak mau, aku mau ke tempatmu sekarang. Ayo beritahu aku!" Paksa Irene.

Dasar gadis keras kepala, gumam taeyong dalam hati. Ia pun memberitau Irene dimana ia berada saat ini. Tidak lama terdengar sambungan diputus dari seberang.

Irene sampai di tepi sungai Han ketika langit sudah gelap, ia berlari-lari menuju tempat taeyong. Tidak lama ia sampai di tempat taeyong duduk, napasnya tersenggal-senggal. sejenak ia terdiam mencoba mengatur napasnya. Taeyong hanya menatap Irene heran.

"Kenapa kau berlari? Kau dikejar anjing?" Tanya taeyong polos. Irene mendelik tapi tidak buru-buru bicara karena napasnya belum stabil.

"Duduklah, jangan berdiri seperti itu!" Kata taeyong seraya menarik tangan Irene untuk duduk disampingnya.

Setelah napasnya stabil, Irene segera membuka mulut dan berkata, "kau ini keterlaluan ya ... Siapa yang berlari karena dikejar anjing, hah? Aku berlari karena mengkhawatirkanmu!"

Taeyong sedikit terkejut mendengar kata-kata Irene, kemudian ia menimpali, "aku kan tidak menyuruhmu berlari, aku juga tidak menyuruhmu mengkhawatirkanku. Kau pikir aku akan bunuh diri karena ditolak Seolhyun, begitu?"

Mulut Irene ternganga mendengar kata-kata​ taeyong, ada goresan kecil yang terukir dihatinya. Gadis itu lalu tertunduk dan memainkan ujung sepatunya.

"Kau ini kan temanku, jadi... Kupikir aku harus mengkhawatirkanmu" kata Irene dengan nada kecewa.

Taeyong terdiam. Ia merasa bersalah dengan apa yang ia katakan barusan.

"Maaf, aku memang keterlaluan" ucapnya tulus.

"Ayolah jangan marah seperti itu! Kau tau aku sangat takut kau marah karena jika kau marah pasti akan langsung mengusirku, hehe...." Taeyong terkekeh.

Irene mengangkat kepalanya, dan mencubit lengan taeyong. Taeyong menjerit pelan, lalu tertawa.

"Oya, apa yang terjadi? Ayo ceritakan padaku?" Tanya Irene memulai pembicaraan.

"Haaahh~ ....." Taeyong mendesah, "aku benar-benar bodoh, kenapa aku masih saja gugup saat berhadapan dengannya, aku jadi tidak bisa menyatakan cintaku. Dan ketika aku sudah siap, tiba-tiba ponsel Seolhyun berbunyi. Dia pun pamitan untuk pulang. Aku benar-benar bodoh ... Bodohhh...." Taeyong memukul-mukul kepalanya sendiri.

"Geumanhae!(hentikan)" Irene menahan tangan taeyong.

"Mengeluh tidak akan merubah apa pun, masih ada hari esok, jadi tenang saja dan mulailah mempersiapkan dirimu. Aku janji akan selalu membantumu" ucap Irene tidak lupa menyunggingkan senyum mencoba menguatkan hati taeyong.

Melihat taeyong sedih dan tidak bersemangat seperti ini .. membuatnya ikut sedih. Ia akan melakukan apapun untuk membantu taeyong, baginya taeyong adalah teman dan.. ah, dia belum bisa memastikan perasaan apa yang selama ini ia rasakan. Rasa bahagia saat berada di samping taeyong, saat tertawa, bertengkar. Rasa cemburu Saat taeyong menceritakan tentang Seolhyun. Ia masih belum memastikan itu apa?

You Are My Everything (TaeyongxIrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang