PROLOG

30 8 1
                                    

Seorang gadis muda tengah sibuk menghias dirinya di depan cermin. Sesekali ia melirik jam di dinding untuk memastikan bahwa ia sudah akan selesai saat teman kencannya tiba. Sekali lagi, ia mematut di depan cermin, sedikit berputar untuk memastikan penampilannya. Ia nampak begitu cantik dengan jumpsuit denim sepanjang betis dan kaos putih berenda. Ia segera turun untuk menanyakan pendapat ibunya.

"Mami, mami... Dala cantik kan? Gimana? Cantik ga?" tanya gadis itu.

"Anak mami kan emang udah cantik. Pake apa aja juga tetep cantik."

"Ihh serius mami," Rengek gadis itu.

"Serius, sayang. Bener deh, udah cantik. Temen kencan kamu udah dateng?"

Seketika ponsel gadis itu berdering. Layarnya menyala dan menampilkan nama penelepon. Ia menjawab panggilan telepon itu.

"Aku udah di depan rumah kamu, nih. Keluar gih," ujar suara di seberang sana.

"Eh? Kamu ga masuk dulu? Ada mami aku," ujar gadis itu sembari melirik ibunya.

Ibunya mengibaskan tangannya menandakan ia boleh langsung pergi tanpa menyuruh teman kencan putrinya berpamitan atau sekedar memberi salam.

"Engga deh, lain kali aja. Yuk buruan aku tunggu."

"Ehm, oke deh. Aku keluar sekarang."

Ia menutup panggilan itu. Sekali lagi ia melirik ibunya. Ia merasa bersalah karena tidak bisa memperkenalkan teman kencannya pada ibunya.

"Udah gapapa, sayang. Sana berangkat," ujar ibunya.

"Yaudah, Dala berangkat ya mam."

"Hati-hati di jalan ya sayang!" ujar ibunya sembari melambaikan tangan.

Setelah kepergian putrinya, sang ibu bergegas ke kamarnya untuk mengambil ponsel dan menelepon suaminya yang sedang berada di luar kota karena urusan bisnis. Ia menceritakan semua hal mengenai apa yang baru saja terjadi. Suaminya di ujung sana nampak tidak menyukai teman kencan baru putrinya.

Rose: A First Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang