1st

2.5K 156 0
                                    

Hai, perkenalkan namaku Kim Yerim. Panggil saja aku Yeri. Umurku 20 tahun. Aku tinggal sendiri di apartemen yang bisa dibilang agak besar di Seoul. Orang tuaku berada di Daegu. Aku memilih tinggal sendiri karena aku ingin mandiri. Aku bekerja di salah satu restoran besar di Seoul. 

Siang yang cerah. Sebuah restoran tempatku bekerja hari ini sedang ramai dikunjungi oleh banyak orang. Aku sibuk mengantarkan makanan dan minuman dari satu meja ke meja lainnya, mencatat daftar makanan yang dipesan dan lain-lain.

Tiba-tiba...

Bruk...

Pyarrr....

Seseorang menabrakku ketika aku sedang membawa makanan ke salah satu meja. Piring, gelas, mangkuk yang aku bawa semuanya pecah dan berceceran di lantai. Aku panik. Makanan itu milik salah satu 'tamu penting' hari ini.

"Astaga, kalau jalan lihat-lihat, dong!" Kataku dengan kesal sambil berkacak pinggang.

"Justru yang harusnya lihat-lihat itu kau, bukan aku!" Jawabnya tak kalah kesal.

"Seharusnya kau yang kasih aku jalan!"

Salah satu temanku bernama Park Jisoo yang juga bekerja disini datang dan menolongku. Aku membereskan pecahan piring itu di depan banyak orang.

"Ya sudah, aku saja yang bereskan ini. Kau ke belakang saja." Kata Jisoo padaku.

"Tidak bisa begitu, Jisoo-ya. Dia harus bertanggung jawab!" Jawabku dengan kesal.

"Kenapa jadi aku? Yang profesional dong!" Pemuda itu tidak terima.

"Hei! Jangan berteriak pada perempuan!" Jisoo membelaku. Orang-orang memandangi kami yang sedang berdebat. Aku menarik pemuda itu keluar dari restoran.

"Hei, dengar ya. Jangan sampai bosku tahu soal ini. Kamu harus ganti rugi sebesar nilai harga makanan dan piring yang pecah!"

"Hah?! Sebanyak itu? Restoran sebesar ini minta ganti rugi? Heol, seharusnya pembeli adalah raja. Lagi pula yang kurang hati-hati itu kau!"

"Aku tidak peduli. Yang penting kau harus ganti rugi!"

"Tapi... Tapi aku tidak punya uang sebanyak itu."

Aku memperhatikan penampilannya dari ujung rambut sampai sepatu. Mungkin dia seorang mahasiswa.

"Ya sudah, kalau begitu aku minta kartu identitas dan nomor teleponmu."

Pemuda itu dengan terpaksa memberikan kartu identitas dan nomor teleponnya.

"Oke. Aku tahan ini sampai kau bisa bayar ganti ruginya."

"Silahkan. Tapi ingat, aku tidak akan makan disini lagi."

"Baiklah, terserah kau saja. Pelanggan kami banyak, bukan hanya dirimu saja!"

"Kalau begitu aku akan bujuk keluarga dan temanku untuk tidak membeli makan disini dengan berbagai alasan. Salah satunya dengan ketidak profesional pelayannya." Dia tersenyum miring dengan maksud mengejek.

"Terserah. Mulai besok kau bisa mencicil. Aku akan menghitung semua jumlahnya."

"Awas saja kalau kau curang dalam menghitung!"

"Tidak akan."

Aku berjalan meninggalkan pemuda itu. Dia bergumam tidak jelas tapi aku tidak peduli.

TBC

Lie ; j.j.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang