Sang dewi malam sudah digantikan oleh sang raja siang. Seberkas cahaya masuk kedalam kamar melalui jendela. Aku mengerjabkan mataku untuk membiasakan dan merasakan cahaya yang masuk ke mataku. Aku melihat jam di nakas. Sudah jam enam pagi.
Aku segera bangun untuk membuat sarapan, mengingat Jungkook juga ada disini, aku harus memasak lebih banyak.
Aku melihat-lihat isi dalam kulkas. Tidak ada apa-apa ternyata. Aku lupa kalau aku belum belanja bulanan. Baiklah, aku akan memasak seadanya. Nasi goreng ayam dan sosis pun tak masalah.
Ketika aku sedang memotong ayam, tiba-tiba sepasang tangan melingkar di pinggangku dari belakang. Aku tahu itu Jungkook. Sepertinya memang baru bangun. Wajahnya pun di tenggelamkan dalam tengkuk ku dan memejamkan matanya.
"Jung, menyingkirlah. Sebentar lagi selesai."
"Aku merindukanmu, Sayang. Biarkan seperti ini sebentar."
"Setelah selesai memasak, aku akan menyiapkan bajumu. Ada beberapa baju laki-laki yang ditinggalkan kakak ku di lemari."
Dia hanya menggumam.
"Mandi dulu aja deh kamu. Bau tau nggak."
"Baru juga peluk sebentar."
"Tidak mandi, tidak sarapan."
"Iya, nyonya Jeon." katanya sambil menghembuskan napas pelan.
Setelah selesai memasak sarapan, aku meletakkannya diatas meja makan. Sambil menunggu Jungkook mandi, kusiapkan dulu bajunya. Aku memang punya beberapa baju besar disini, dan juga celana training.
Sudah hampir satu jam Jungkook berada di kamar mandi. Lama sekali dia mandinya. Aku pun bergegas menyuruhnya keluar.
"Jung, masih lama? Kamu ngapain aja sih di kamar mandi sampai satu jam?"
"Iya-iya, yang, ini udah hampir selesai. Bawel deh kamu."
Sambil menunggu Jungkook, aku pergi ke supermarket sebentar untuk membeli beberapa cemilan dan buah. Mengingat kebiasaannya dulu yang suka makan cemilan dan buah-buahan. Aku tahu karena dia sering cerita.
Setelah selesai berbelanja aku balik lagi ke apartemen. Aku pun menekan beberapa code, dan mendengar Jungkook berteriak mencariku.
"Sayang, kamu dimana? Bisa-bisanya aku ditinggal." teriaknya membelakangi ku
Oh, ternyata dia belum menyadari kalau aku sudah pulang.
"Hei. Kenapa berteriak sih?"
"Oh, astaga, sayang. Aku mencarimu. Kau kemana saja, sih? Menyuruhku keluar dari kamar mandi, tapi kamu sendiri malah pergi." Dia mengerucutkan bibirnya.
"Aku hanya membeli sedikit cemilan tadi. Kamu suka cemilan kan. Tidak usah berteriak, berisik."
"Ya ya, terserah. Sekarang, ayo kita sarapan. Aku sudah lapar."
Aku dan Jungkook segera makan. Hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar. Kami makan dalam keheningan.
Selesai makan, aku mengambil piring dan mencucinya. Setelahnya, aku menata cemilan kedalam wadah dan mengupas beberapa buah. Kulihat Jungkook menungguku sambil bersandar pada wastafel.
"Sayang?"
"Hmm."
"Kau mengabaikanku?"
"Aku tidak mengabaikanmu. Aku sedang mengupas apel."
Dia menghampiriku lalu mengambil potongan apel yang sudah kuletakkan dalam piring.
"Kau tidak pulang?" tanyaku padanya.
"Tidak, aku ingin disini menemani kekasihku."
"Setidaknya, hubungi mama kamu dulu. Biar tidak khawatir."
"Kalau nyari juga nanti telfon kok."
"Terserah."
Tiba-tiba ponsel Jungkook berbunyi.
"Halo? Ada pa, ma?"
"..."
"Aku di rumah Yeri. Ada apa?"
"...."
"Untuk apa Halla mencariku? Toh aku sudah bukan pacarnya lagi."
"...."
"Oh jadi mama telfon cuma gara-gara Halla mencariku? Biarkan saja ma, pacarku sekarang Yeri, bukan Halla. Mama juga tau itu kan?"
"...."
"Iya, kalau aku sudah tidak rindu lagi dengan Yeri, aku akan pulang." Kulihat Jungkook sambil tertawa dan sedikit melirik ku.
"...."
"Iya ma, aku mencintaimu." Aku tersenyum setelah Jungkook mengatakan itu.
"Ada apa, Jung?"
"Tidak apa-apa. Cuma Halla tadi nyariin aku. Biarin aja lah. Aku tidak peduli kok."
Aku tetap mengupas dan memotong buah tanpa menjawabnya.
"Sayang, ayo menonton tv."
"Sebentar, sedikit lagi."
"Baiklah, aku kesana dulu. Nanti kamu nyusul ya." katanya sambil mengecup pipi ku sekilas dan pergi ke ruang tv.
"Iya."
Setelah selesai mengupas dan memotong beberapa buah, aku bergegas menyusul Jungkook. Aku pun duduk disampingnya.
Aku tidak memperhatikan tv, tapi wajah Jungkook. Dia semakin tampan. Oh iya, Jungkook memang tampan dari dulu. Aku benar- benar bersyukur karena ingatanya kembali. Aku tidak pernah berpikir bahwa kisah cintaku akan kembali indah.
Dan sekarang, aku menyadari satu hal. Kesakitan di masa lalu, tak apa jika memang terjadi. Selama masih bisa bersabar dan bersyukur, maka kebahagiaan akan kembali menghampiri kita.
"Aku ganteng banget ya sampai-sampai kamu ngeliatin aku kaya gitu?" tiba-tiba dia mengejutkan ku dengan perkataannya sambil tersenyum mengejek.
"Mulai deh pedenya."
"Ya emang aku ganteng. Kalo ga ganteng, ngapain pacaran sama aku?"
"Kasian mungkin?" kata ku sambil melihat wajahnya yang cemberut.
"Gitu banget sih." katanya sambil merebahkan kepalanya di pahaku.
"Kamu tahu ga kalau dulu aku sempet mainin kamu?"
"Iya aku tahu." kataku sambil mengelus rambutnya.
"Tahu dari mana?"
"Ada deh."
"Kayanya aku kena karma kali ya, yang."
"Kenapa memangnya?" kataku sambil mengernyitkan dahi.
"Sekarang aku malah jadi cinta banget sama kamu."
Aku tersenyum kepadanya. Dia sudah berubah, dan aku bersyukur atas itu.
"Cinta itu tahu kemana ia harus pulang."
Setelah itu, Jungkook menarik tengkuk ku, menghapus jarak di antara kami. Menyatukan bibir ku dengan bibirnya.
"Jangan pernah tinggalin aku lagi, ya. Aku takut."
Jungkook pun tersenyum dan mengangguk. "Aku ga akan ninggalin kamu, kamu tahu kan aku udah tergila-gila beneran sama kamu. Dan aku ga tahu apa jadinya kalau aku ga sama kamu. I love you"
-END-
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie ; j.j.k
FanfictionJungkook.. Jeon Jungkook. Itukah kamu? Kamu masih hidup atau hanya perasaanku?